BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Terlarang 3 X



Terlarang 3 X

2Kali ini giliran pasukan wanita yang akan melakukan patroli rutin pada pemukiman penduduk Selatan. Corea dan Cane yang memimpin. Mereka membawa pasukan yang cukup banyak dan berpencar.     

Namun kali ini Corea meminta Cane untuk menemaninya karena dia masih merasa mengantuk sehingga khawatir akan kurang maksimal dan akan mengecewakan rekannya yang lain.     

Mata Corea nampak merah dan berkantung, wanita itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan menunggangi kuda dengan baik. Sebuah belati tidak pernah terpisah dari dirinya. Begitupun dengan buntelan buah yang akan dia makan saat ia mulai merasa mengantuk atau lapar.     

"Kau memiliki masalah?" tanya Cane yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Corea.     

Cane mengamati, tidak biasanya Corea terlihat kelelahan seperti itu. Lebih tepatnya, terlalu banyak pikiran. Terlihat lelah dan sangat tidak bersemangat.     

"Kembalilah ke Kerajaan. Kau membutuhkan istirhat," ujar Cane lagi.     

"Tidak apa, Cane. Aku baik-baik saja," sahut Corea yang menyunggingkan senyum.     

Cane mengangguk. "Jika kau merasa tidak enak badan, beri tahu aku."     

Corea mengangguk.     

Cane lalu kembali melanjutkan perjalanan bersama kudanya. Ia memimpin barisan, sementara Corea berada di belakang bersama dengan prajurit wanita lainnya.     

Sesekali Cane kembali menoleh kebelakang, memastikan kalau Corea masih mampu melanjutkan perjalanan.     

"Ada apa dengannya?" gumam Cane. "Apakah tadi malam terjadi sesuatu?" pikirnya lagi.     

Cane mencoba untuk mengingat hal apa kiranya yang dapat membuat rekannya itu menjadi murung. Satu per satu memori ia ulang kembali.     

Saat siang, mereka berada di kebun anggur.     

"Ahh apa karena Egara menyelamatkannya?" gumam Cane.     

Lalu ia kembali mengingat kejadian berikutnya. Dia dapat mengingat dnegan jelas kalau Corea menyebut Egara pembohong setelah pria itu mengatakan kalau dirinya tidak mengetahui jika sang Raja masih membutuhkan Buku SIhir.     

Cane menoleh pada Corea. "Apakah mereka bertengkar karena hal itu? Atau jangan-jangan … Egara menyerangnya?"     

Cane lalu menghentikan kudanya. Dia meminta prajurit lain untuk berkeliling di paar, sementara ia memilih untuk menunggu Corea di dekat gerbang.     

Masih pagi, banyak pedagang yang baru tiba dengan barang dagangan mereka. Diantaranya membawa keranjang dengan berjalan kaki, namun juga ada yang memanfaatkan kuda juga gerobak tarik.     

Cane tidak menyapa, namun para penduduklah yang menyapa pasukan Kerajaan itu dengan senyum. Tidak sedikit juga dari pedagang yang memberikan sebagian barang yang mereka bawa kepada para prajurit yang mereka temui.     

Berbagai jenis buah dan sayuran adalah yang paling sering Cane dan pasukannya bawa pulang.     

Dari arah yang berlawanan dari pasukan Cane dan Corea, terlihat sekelompok pria berjubah hitam lengkap dengan senjata sedang menunggangi kuda menuju kea rah pasar. Cane dan Corea menunggu hingga pasukan pria itu tiba untuk menyapa.     

"Beruntung kami dapat bertemu dengan tuan rumah di tempat ini," ujar seorang pria berperawakan besar tinggi dan suaranya yang sangat berat.     

"Hai, Dayi. Lama tidak berjumpa," sapa Cane pada Ketua pasukan perbatasan terluar Timur itu.     

Dayi menyunggingkan senyum kaku. "Kami kemari kemari untuk kebutuhan sehari-sehari. Apakah kami mendapatkan ijin untuk itu?" ujarnya lagi.     

"Tentu. Tapi kurasa seharusnya kalian pergi ke Timest, bukan?" Cane melirik pasukan Dayi yang lain.     

"Emm sayangnya kami sedang menginginkan buah hasil kebun di wilayah kalian," jawab Dayi.     

"Wilayah kalian miskin?" celetuk Corea yang sejak tadi diam. "Kukira wilayah Timur adalah wilayah yang kaya dan kalian bahkan selalu makan enak walau di perbatasan. Sejak kapan kalian ingin berbaur dengan penduduk di pasar?"     

Mod dan Wite saling pandang sejenak. "Hey, Nona. Pertanyaanmu ini kurasa cocok untuk kutanyakan balik padamu. Kau sudah nyaman menjadi seorang Putri di Kerajaanmu, tapi kenapa kau ingin menjadi pendamping Raja Northan?" ujar Mod seraya mengerutkan dahinya.     

"Karena aku ingin."     

"Jika begitu maka jawaban kamipun sama. Karena kami ingin," sahut Mod lagi.     

Corea hanya mengangguk pelan. Dia lalu kembali memakan buah apelnya.     

"Ah aku hampir lupa untuk menyampaikan ini. Beberapa waktu lalu kami menangkap penyusup dari Selatan. Dia membawa banyak barang curian, kurasa. Lalu setelah kami tangkap dan penjarakan beberapa waktu dia lalu kami lepas dan kembalikan ke Selatan," ujar Dayi dengan sedikit mengingat detil peristiwanya.     

"Pencuri? Lalu bagaimana dengan barang curiannya? Kalian ambil?" sahut Corea lagi.     

"Tentu. Karena itu adalah barang-barang dari Kerajaan TImest."     

Cane dan Corea mengerutkan dahi. "Bagaimana bisa?" ucap Cane.     

"Dia semula mengaku sebagai pemuda Timur dan mencoba untuk berbicara dengan aksen Timur, namun belati yang ia bawa tidak dapat berdusta. Dia jelas orang dari Selatan, namun ketika kami periksa semua barang yang ia bawa berasal dari Timur. Dia mengaku itu adalah barang yang ia dapat dari pasar perbatasan dan akan dia jual kembali."     

"Lalu? Kenapa kau mengambil semua barang itu?" tanya Cane.     

"Aku tidak mudah percaya begitu saja. Jikapun dia sangat membutuhkan barang-barang itu, kukira dia akan protes dan berusaha untuk kembali mendapatkannya setelah dari kurungan."     

"Emm … terimakasih telah memberikan info," ujar Cane.     

"Sama-sama. Aku hanya mengusulkan untuk pemaksimalan pemberantasan terhadap kejahatan. Penjaga perbatasan juga kalian belum memiliki, hanya prajurit kerajaan yang sesekali berpatroli, 'kan?" ujar Dayi.     

Cane tidak begitu minat untuk menanggapi, dia dan Corea hanya mengangguk seolah setuju selama pria dan pasukannya itu tidak berbuat hal yang merugikan.     

Ketika mereka sedang hening, tiba-tiba muncul dua orang remaja yang berlari tergesa dari arah pasar. Keduanya terlihat terkejut dengan segerombol pasukan Kerajaan dan sempat berhenti mendadak. Namun dalam hitungan detik, keduanya kembali berlari kencang dengan sedikit melirik kearah belakang.     

Para prajurit Kerajaan seketika memikirkan satu hal yang sama. Ketika Dayi hendak memacu kudanya, Corea telah terlebihdulu melemparkan dua buah apel dengan kencangnya dan berhasil mengenai kepala dari masing-masing pemuda itu hingga langkahnya terhenti.     

Melihat kesempatan, Dayi tidak ingin menyia-nyiakannya. Segera saja dia menghampiri dua remaja yang kesakitan itu dan mengepungnya bersama Mod juga Wite.     

Tidak lama berselang, terdengar ramai kelompok penduduk yang sedang mengejar 'pencuri' dari arah pasar.     

Cane dan Corea menyusul Dayi dan pasukannya. Mereka sangat terampil untuk melucuti semua senjata dan hasil curian kedua pemuda itu.     

Sempat memberontak, namun kekuatan kedua pencuri itu tidak sebanding dengan kekuatan Dayi, Mod juga Wite.     

"Ah baru saja kusebut kalian perlu memaksimalkan penganggulangan hal semacam ini," gumam Dayi yang terdengar jelas bagi Corea dan Cane.     

Dua buntelan uang koin emas, sebuah belati yang sangat tajam, beberapa buah yang dimasukkan pada buntelan besar, juga beberapa pakaian, telah dikeluarkan oleh Dayi dan pasukannya sebagai bukti hasil curian kedua pemuda tersebut.     

Keduanya segera menundukkan kepala, merasa kesal namun juga malu karena berhasil tertangkap dengan mudahnya.     

Para penduduk juga segera membawa mereka dan akan memberikan sanksi yang sesuai.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.