Hal Buruk X
Hal Buruk X
Di dalam rencana Raja Wedden, dia menambah satu Kerajaan baru yang akan menjadi pusat kepemimpinan keseluruhan wilayah negeri Persei. Dia sadar betul jika membangun sebuah KErajaan baru itu tidak akan mudah.
Dia yang sebeumnya hanya tinggal menempati dan mengatur ulang kerajaan Northan saja kesulitan dan perlu bantuan banyak pihak, kini Raja Wedden mulai memutar otak mencari bala bantuan lagi.
Wedden kembali mencoret-coret diatas kertas mengenai perpotongan wilayah untuk Kerajaan baru. DIa menginginkan wilayah Tengah negeri Persei tidak jauh lebih luas karena pada dasarnya, Raja pusat akan
memimpin dan mengurus seluruh wilayah.
Raja Wedden memahami juga kalau dia akan sangat membutuhkan prajurit dan pelayan kerajaan. Dia bahkan mencatatnya agar tidak terlupakan nantinya.
Di tengah pikiran untuk membangun Kerajaan Baru, Raja Wedden kembali teringat keadaan Egara yang telah dua kali mengalami sekarat pada dua malam berturut-turut.
Saat bertarung dengan Raja Wedden, Egara benar-benar kesakitan ketika mendapat serangan pada jantungnya. Itu berdampak pada seluruh tubuhnya yang menjadi lemah untuk waktu yang lama dan harus beristirahat total untuk waktu yang cukup lama.
Ketika bertarung dengan Jeo, terlihat kalau keadaan Egara telah pulih walau belum total. Namun setelah ia menggunakan semua kekuatannya dia menjadi lemah dan bahkan terjatuh tidak sadarkan setelah ia juga menahan hunusan pedang dari Jeo yang diarahkan padanya.
"Kegelapan ... apakah itu sudah benar-benar menghilang?"
Wedden tiba-tiba terpikir mengenai ruang bawah tanah. Dia ingat, dia belum sempat berkunjung sejak lama.
Wedden segera bangkit dari tempat tidurnya. Ditengah malam yang sangat sepi, dja berjalan seorang diri menuju ruang bawah tanah.
Hanya bersapa dengan beberapa prajurit yang bertugas, dia memilih untuk memelankan suara langkahnya agar tidak memgganggu istirahat semua anggota Kerajaan.
Tanpa tujuan pasti, Raja Wedden hanya merasa perlu untuk berkunjung ke ruang bawah tanah dan melihat keadaan disana.
Dia sempat mendapat beberapa info dari Ley mengenai baju perang dan senjata yang seolah dipersiapkan di ruang bawah tanah.
Terlihat rapi dan terawat, Ley mengatakan kalau itu sangat tidak mungkin untuk barang yang bertahun-tahun tidak dirawat oleh siapapun.
Suara burung malam terdengar samar dari kejauhan. Raja Wedden tahu keadaan di luar sana sedang baik-baik saja.
Namun dia menghentikan langkahnya sejenak, suara alam mengingatkannya pada sosok putri Leidy.
"Ah wanita itu ...," gumamnya. Dihelakan napas panjang, segera saja ia melanjutkan langkahnya.
Suasana malam di perkebunan Kale yang gelap menjadi pemandangan sepanjang perjalanan Raja Wedden menuju pintu yabg menuju ruang bawah tanah.
Wedden meraba bagian saku jubahnya. Sialnya, dia melupakan belati. Namun dia tidak akan kembali ke kakarnya untuk mengambil senjatanya itu.
Hanya berbekal kekuatan sihir, dia tidak lagi merasa khawatir hanya saja dia terbiasa untuk menyerang dengan menggunakan belati.
Sebuah pintu batu besar menyambut kedatangan Raja Wedden. Ia lalu menarik gerendel besar dan membukanya dengan kekuatan penuh.
Debu dan aroma tidak sedap mengepul keluar membuat sang Raja terbatuk tidak keruan.
Bau abu dan hawa panas dari api yang yang masih menyala di dasar ruang bawah tanah membuat Raja Wedden mengernyitkan dahi. Dia sangat tidak menyukai suasana itu.
Raja Wedden lalu menyalakan obor yang ada pada dinding dengan kekuatannya, hal itu agar ruangan menjadi bercahaya dan jika ada seseorang yang mencarinya akan mudah untuk menemukan jejak langkah sang Raja.
Langkahnya pelan. Ini adalah pertama kali baginya mengunjungi ruang bawah tanah. Bahkan saat masih berperang dahulu, ia sama sekali tidak pernah mengunjungi ruang pembuatan senjata Kerajaan Kegelapan itu.
Di setiap langkahnya, Raja Wedden dapst merasakan energi yang masih tersisa. Bangkai terabaikan menjadi saksi kehidupan yang pernah ada di tempat ini.
Seperti yang dikatakan oleh Ley, Raja Wedden menemukan meja batu yang semula menjadi tempat untuk meletakkan baju perang yang kini telah disimpan di gudang senjata agar lebih kidah untuk dijangkau.
Raja Wedden merasakan semua sisa energi. Dia masih merasakan satu yang paling kuat, berada di sekitaran meja batu tempat baju perang itu.
Ia lalu melanjutkan langkahnya hendak menuju palung ruang bawah tanah yang selalu hangat. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sesosok bayangan pria berbaju perang lengkap dengan senjatanya. Sosok bayangan yang ia lihat dsri sudut matanya itu terlihat mematung dan mengamati Raja Wedden yang berdiam diri.
Raja Wedden mehela napas panjang. Ini pertama kali baginya bersapa dengan wujud dari energi yang ia rasakan.
Raja Weddenmenoleh perlahan untuk menatap sosok prajurit itu.
"Kenapa?" ucapnya lirih. "Apa yang terjadi padamu?" Raja Wedden menghampiri sosok itu.
Sosok yang hanya diam itu masih menyimpan wajah dari bayangan bebatuan di dekatnya. Lalu saat Raja Wedden hendak kembali bertanya, sosok itu melangkah maju dan menampakkan wajahnya yang berlumuran darah dengan bentuk yang tidak dapat dikenali.
Raja Wedden hatinya bergetar, ada perasaan takut, iba yang bercampur menjadi satu.
"Apa kau Raja?" ucap sosok itu lirih dengan suara yang serak.
"Benar. Akulah rajanya," jawab Raja Wedden tanpa ragu.
Sosok iti lalu mengulurkan tangannyq hendak meraih lengan Raja Wedden yang sedari tadi mengepal.
Raja Wedden sedikit mengerutkan dahinya. "Menjauh dariku!"
"Kau putra Kimanh?" ucap sosok itu lagi.
"Aku putra Rapher sang Raja Elf. Pergilah kau dari sini dan berhenti menggangguku!" Raja Wedden mulai risih.
Sosok itu terlihat samar tertawa, namun wajahnya yang berlumur darah membuat sosok itu terlalu menakutkan.
"Kau bukan Rajanya," ucapnya. "Kau tidak akan sanggup melawan kekuatan besar yang akan datang menyerang. Semua stok baju perangmu, senjata terbaikmu. Semuanya tidak akan cukup. "
Raja Wedden mengerutkan dahinya.
"Kau tidak memprediksi perang kedua, 'kan? Perang yang lebih besar dari sebelumnya dan menyebabkan kematian di seluruh negeri Persei."
Raja Wedden mulai geram, namun dia masih membiarkan sosok itu untuk terus berceloteh.
"Kau bukan Rajanya ...."
"Tutup mulutmu!" Raja Wedden menyerang sosok itu dengan kekuatannya hingga sosom itu terpental, persis seperti Egara saat itu.
Bukan hanya sekali, Raja Wedden menyerang Sosok itu berulang hingga benar-benar melenyapkan sosok itu dari hadapannya.
Hanya sisa energi, tentu saja sosok itu tidqk memberikan perlawanan dan hanya menghilang karena dayanya telah memudar.
Raja Wedden mengepalkan kedua tangannya. Dia sangat marah mendengar semua perkataan sosok tadi. Namun dia harus menenangkan diri dan kembali pada pikirannya sendiri.
"Sisa energi sepertinya tidak tahu apa-apa tentang masa depan." Gumam Raja Wedden.
***