BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Para Raja



Para Raja

0Ren menghampiri Raja Soutra yang sedang berbincang dengan pengawal pribadinya. Sudah beberapa menit setelah kedatangan rombongan ayahnya itu tiba, namun Ren baru saja menyapa. Dia memilih untuk menikmati makanan ringan dan memperhatikan seluruh tamu yang datang dan bersikap seperti tuan rumah di Kerajaan Northan.     

Raja Soutra memindai tubuh putrnya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ada balutan perban di betisnya, juga beberapa bekas luka di wajah dan jemarinya.     

Ren menatap ayahnya tanpa ekspresi, dia hanya sedang menebak isi kepala Raja Soutra itu dengan tatapannya yang lekat.     

"Ayah ingin memarahiku karena cidera?" ujarnya, membuat Raja Soutra mengangkat kedua alis dan menggeleng.     

"Ayah tahu kau memang anak yang tidak dapat diberi aturan," ujar Raja Soutra seraya menepuk pelan bahu putranya.     

"Bukankah aku menuruti sikap ayah saat muda?"     

"Tentu. Maka dari itu ayah tidak pernah memberimu hukuman," ujar Raja Soutra lagi.     

Ren mendengkus. "Kurasa keberadaannya adalah hukuman dari ayah untukku." Ia melirik Diya yang sedang berbincang dengan prajurit lainnya.     

Raja Soutra tertawa ringan. "Dia akan menjaga dan mendampingimu, Nak."     

Ren mehela napas panjang. Ia mengalihkan pandangannya ke segala arah. Namun pandangannya bertemu dengan pandangan dari pendamping Raja Gael, Haira.     

Wanita itu semapt tidak mengedipkan mata saat memandang Pangeran Ren, namun kemudian dia menundukkan kepalanya dan kembali mendengarkan percakapan dari Raja Gael dengan Raja Wedden.     

Sudah bukan hal baru bagi Ren mendapat tatapan yang membingungkan, kebanyakan orang pasti akan menyebutnya cantik dan salah mengira kalau dia adalah seorang putri. Ah itu bukan hal yang begitu istimewa.     

Berbagai hidangan telah memenuhi meja jamuan yang memanjang. Raja Wedden mempersilahkan kepada seluruh tamunya untuk menikmati makanan sambil berdiskusi tentang banyak hal. Tidak begitu formal, Raja Wedden menginginkan suasana yang nyaman walau sedang mempersiapkan untuk ketahanan Negeri Persei dari dunia luar.     

Namun suatu kejutan bagi Egara dan para tamu, karena Raja Wedden telah mengumumkan mengenai 'Raja Baru' yang selanjutnya akan memimpin wilayah Selatan.     

"Kami telah bertarung dua kali dan dia bertahan dengan baik walau aku menyerangnya dengan kekuatan penuh," ujar Raja Wedden yang membuat para tamunya mengangguk pelan.     

"Jadi … kita akan memiliki rekan baru?" Raja Raddone menatap Egara dengan senyumnya.     

Raja Gael terlihat antusias. Walau sebelumnya ia membenci Egara, namun kali ini dia menerima keputusan Raja Wedden tanpa 'tapi'. Alih alih menantang keputusan Raja Wedden, Raja Gael akan fokus pada wilayahnya yang selama ini cukup berantakan.     

Berbeda dengan para Raja yang sama sekali tidak memberi reaksi apapun terhadap Egara. Prajurit dari Timur justru yang cukup terkejut. Vido tidak hentinya menatap Egara karena merasa kagum sekaligus belum sepenuhnya mempercayai pernyataan Raja Wedden.     

"Ah Logne harus mengetahui tentang ini segera," gumamnya. Dia tahu kalau Logne dan Egara tidak pernah berbaikan, hanya hubungan sebatas 'rekan' karena sesame pengawal Raja. Namun keduanya memiliki ego yang tidak menyatukan.     

Penambahan prajurit, pemaksimalan latihan perang untuk seluruh prajurit, lalu penambahan ilmu sihir untuk para Raja. Semula ini adalah ide dari Raja Soutra yang telah mengutus putranya terlebihdulu ke negeri Selatan. Namun sangat bertepatan dengan kebutuhan dari Raja Wedden mengenai penambahan Kerajaan.     

Percakapan santai namun tertutup. Tidak ada seorangpun diluar anggota Kerajaan yang dapat mendnegarkan isi pembicaraan itu.     

Para pelayan bahkan tidak diperkenankan untuk masuk. Hanya para prajurit wanita yang mengambil posisi sebagai pelayan selama diskusi berlangsung.     

Semua Raja menyatakan siap dan juga telah melakukan penambahan prajurit. Tidak hanya prajurit Kerajaan, juga prajurit perbatasan hingga di setiap garis wilayah mereka memiliki penjaga.     

Raja Gael juga menyatakan hal yang sama. Raja Raddone meragukan perkataan Raja Timur itu, hanya saja dia sedang tidak ingin mengungkitnya karena akan menimbulkan pembahasan baru.     

"Kali ini kita tidak membahas tentang wilayah kita masing-masing, melainkan tentang Negeri Persei. Aku yakin kita telah berhasil dengan wilayah kita, maka dari itu kini saatnya kita bergabung untuk negeri. Kalaupun masih ada kekurangan di wilayah kita, sangat besar harapan untuk kita saling membantu agar semua masalah segera terselesaikan dengan baik." Raja Wedden masih memimpin pembicaraan.     

"Bagaimana Raja Gael? Apakah kau ada hal yang ingin kau katakana?" tanya Raja Wedden sambil meminum minumannya.     

"Kenapa aku?" Raja Gael memantap Raja Wedden. Tatapan tajamnya khas sekali, sama sekali tidak terlihat bersahabat.     

"Hanya bertanya. Mungkin kau ingin mengatakan hal yang belum sempat kita bahas sebelumnya," ujar Raja Wedden.     

Raja Gael bergeleng, dia lalu menenggak Bruen dengan mengabaikan semua mata yang tertuju padanya.     

"Ah aku membutuhkan bantuan, Raja." Raja Raddone mengangkat tangannya. "Kurasa aku membutuhkan prajurit wanita. Namun selama ini kami belum memilikinya, jadi untuk berlatih kami mungkin akan membutuhkan seorang ahli," ujarnya.     

"Begitukah? Kau ingin menambah dalam jumlah banyak?" tanya Raja Wedden. "Kurasa prajurit pria, atau bahkan dirimu sendiri bisa untuk melatih mereka untuk sementara."     

"Tidak bisakah kau mengirim seorang prajurit wanita untuk kami?" ujar Raja Raddone lagi.     

Raja Wedden diam sejenak, dia menatap Egara, namun kemudian kembali menatap Raja Raddone dan menggeleng.     

Di salah satu sudut, di sebuah kursi. Corea menundukkan kepalanya berpura tidak mendengar topic pembicaraan kali ini. Cane hanya melirik tanpa memberikan reaksi apapun.     

Tetapi hal itu diketahui oleh Egara dan Pangeran Ren. Keduanya sempat mengetahui kalau Corea tertarik dengan Raja Raddone karena paras dan sikap manisnya pada sang adik, namun mereka juga mengetahui kalau Corea sudah tidak ingin lagi berurusan dengan Raja Barat itu yang kini telah memiliki pendamping, juga dahulu selalu bersikap kasar pada Corea karena adiknya, Putri Leidy.     

Setelah enatap Corea, Pangeran Ren dan Egara tidak sengaja saling memandang untuk sepersekian detik. Keduanya tidak berekspresi apapun. Egara lalu mengalihkan pandangannya begitu juga dengan Pangeran Ren yang kembali menyimak percakapan para Raja.     

"Jika aka nada kerajaan baru, lalu apakah Kerajaan Northan akan tetap menjadi Kerajaan yang terbaik?" ujar Raja Raddone lagi, kali ini pertanyaan tertuju pada Egara.     

"Tentu," sahut Egara tanpa ragu. "Prajurit kami akan tetap menjadi yang terbaik walaupun semuanya adalah prajurit baru. kami juga akan menambah prajurit wanita. Kurasa, bukan hanya Raja yang membutuhkan kekuatan sihir, tapi semuanya. Sehingga nanti aku akan melakukan itu agar system pertahanan kami semakin kuat. Jika Raja Wedden mengijinkan, maka aku juga akan membantu untuk mengajarkan kekuatan sihir untuk seluruh Kerajaan."     

Raddone berdecak. Dia mengerutkan dahi setelah mendengar kalimat panjang yang berisi kesombongan itu.     

"Kerajaan bekas Raja Elf. Bukankah itu sudah jelas akan menjadi yang terbaik? Kurasa kau harus membangun kerajaan dengan kekuatanmu sendiri, Bung. " Raja Gael ikut bersuara. Masih dengan gelas Bruennya yang terisi penuh, Raja TImur itu mulai mabuk namun masih mampu menyimak dengan baik.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.