Bukan yang Sesungguhnya X
Bukan yang Sesungguhnya X
Corea mendengkus. Dia kesal dengan Wedden yang tidak jauh berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya yang suka sekali menggodanya dengan Egara.
Ketika hendak berbalik, pandangan Corea tertuju pada seorang pelayan yang sedang membawa nampan berisi makanan dan minuman menuju ruang perawatan. Hanya ada Egara di ruangan itu, sehingga pelayan tersebut dapat dipastikan akan memberikan makanan untuk Egara.
"Kurasa dia telah sadarkan diri," ujar Cane yang ternyata juga memperhatikan pelayan yang lewat.
Corea mengangguk. Ditemani oleh Diya, ketiganya menuju ruang perawatan mengikuti pelayan.
Namun sayangnya mereka dihentikan oleh Jeo juga Han di depan pintu. Keduanya juga menahan pelayan dan hanya mengijinkan nampan untuk masuk dengan dibawa oleh Jeo.
"Ketua sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dia masih sangat lemah untuk beriteraksi," ujar Han yang menahan langkah empat wanita yang hendak menjenguk Egara.
Pelayan itu hanya segera mengangguk paham dan pergi begitu saja. Namun tidak dengan Corea, Cane dan Diya yang masih berdiri di depan pintu hingga menunggu Jeo kembali keluar.
"Apakah dia sudah sadar?" tanya Corea.
"Belum," sahut Han segera. "Kurasa ketua mengalami cidera cukup parah pada bagian kepala sehingga membuatnya membutuhkan istirahat lebih," imbuhnya.
"Begitukah? Kukira dia baik-baik saja karena kemarin ia bahkan sempat berbincang dengan Raja Wedden setelah bertarung," gumam Corea.
"Benar, kami juga tidak tahu kenapa tubuhnya bahkan masih sangat lemah. Hanya sebentar, kalian tidak perlu terlalu khawatir karena kami yang akan menjaganya dengan baik. Kalian kembalilah pada pekerjaan kalian masing-masing." Jeo mempersilahkan ketiga wanita itu pergi.
"Hanya melihat dari kejauhan? Bolehkah?" ucap Corea yang penasaran. Dia merasa tidak masuk akal jika pria yang sebelumnya tidak pernah se-lama ini tidak sadarkan diri.
"Maaf, Nona. Tidak bisa." Jeo dan Han kompak sekali. Keduanya sungguh melakukan tugas dengan baik
Cane lalu menepuk pelan bahu Corea dan mengajaknya ke halaman belakang untuk menyaksikan latihan gabungan prajurit Utara dan Selatan.
Diya menjadi semakin bersemangat ketika ia melihat prajurit Utara mendapat banyak serangan. Diya ikut geram namun dia memilih untuk memantau dari kejauhan.
"Kau ingin bertarung?" tanya Corea pada Diya yang tidak mengalihkan pandangan dari para pasukan yang berlatih.
"Tidak," jawab pengawal pribadi Pangeran Soutra itu
"Jangan sungkan. Aku biasa berlatih dengan orang lain." Corea melanjutkan langkahnya menuju area latihan.
Seperti déjà vu, Corea teringat ia pernah berlatih melawan Egara sebelumnya. Begitupun dengan Cane, ketika prajurit Northan sedang berlatih campuran antara prajurit wanita dan prajuit pria.
"Pedang atau busur panah?" tanya Cane pada Diya. Cane telah bersiap dengan dua jenis senjata tersebut yang dia dapat dari lokasi latihan.
"Pedang saja," jawab Diya.
"Eh tapi bukannya kau juga pandai dengan busur panah?" ucap Cane lagi.
"Ah aku beruntung sekarang menjadi salah satu dari ahli pedang di Utara," sahut Diya.
Cane mengangguk mengagumi. Dia lalu memberikan sebuah pedang pada pengawal Pangeran Soutra.
*
*
Raja dan para pria lainnya
Pengelana wanita dari negeri kecil di sisi barat negeri persei, yang mengaku kabur karena negerinya hancur karena serangan penyihir wanita yang mengerikan.
Famara selalu mendampingi putri Leidy, dia paham dengan wanita yang tidak lagi memiliki kekuatan itu membutuhkan bantuan untuk banyak hal. Karena sekarang Leidy kembali sangat pemilih dalam makanan, juga dia tidak boleh terlalu lelah karenawalau bagaimanapun dia harus ingat kalau selama ini dia selalu ditopang oleh roh alam sehingga dia kini adalah sosok yang lemah.
Kabar mengenai sosok Egara yang tangguh dan tetap baik-baik saja walau telah dua kali bertarung dengan Raja Wedden telah sampai di telinga Raja Raddone. Hal itu membuatnya geram. Dia yang sejak awal tidak menyukai Ketua Pasukan Selatan itu kini mulai berpikir kalau Egara benar-benar berbahaya.
Namun di sisi lain, dia juga ingin mengenal dan menjalin hubungan baik dengan pria itu. Karena dia melihat Raja Wedden sangat mempercayainya, sehingga aka nada kesempatan bagus untuk Raddone untuk mendapatkan bagian dari wilayah Selatan.
"Raa, kau tidak bercanda mengenai Egara?" Corea mengikuti langkah Raja Wedden yang sedang menikmati cahaya matahari pagi di halaman belakang. Keduanya baru selesai makan bersama dengan rekan lain, namun Raja ingin sendirian, hanya saja Corea yang selalu ingin tahu itu tidak ingin kepalanya dipenuhi hal yang membingungkan.
Diya segera menoleh kearah sumber suara. Dia seketika menggelengkan kepalanya. "Apa dia sungguh Elf?" tanyanya polos.
"Apa dia terlihat seperti gnome?" ucap Pangeran Soutra lagi.
"Tidak, hanya saja kukira dia hanya manusia keturunan Elf. Kau tahu, aku tidak pernah mengamati penampilan Raja yang benar-benar berbeda dari manusia lainnya," ujar Diya.
"Dia sangat mencolok ketika sedang bersama dengan teman-temannya yang lain."
Diya mengangguk menyetujui. "Tapi kenapa Kimanh dan anak buahnya kesulitan menemukan dia yang jelas terlihat berbeda itu?" tanyanya lagi.
"Energinya melebur dengan manusia. Kurasa itulah jawabannya, karena Rader bahkan tidak dapat mendeteksi keberadaan pria keriting itu," sahut Pangeran Ren.
"Apakah Kegelapan bodoh?" celetuk Diya yang membuat Pangeran Ren segera menjentikkan jemarinya di kepala pengawal pribadinya itu.
"Raja Wedden dilindungi oleh kekuatan leluhurnya. Itulah jawaban yang paling tepat," ujar Pangeran Soutra.
Diya masih mengelus dahinya pelan, namun dia segera mengangguk paham dengn jawaban-jawaban singkat dari Pangeran Ren.
"Kapan kau akan pergi ke hutan, Raja?" tanya Raseel yang mulai bersemangat.
"Besok sebelum matahari terbit. Kau mau ikut?" ujar Raja Wedden.
Raseel mengangguk, begitu juga dengan Hatt dan Ley. Tao yang semula tidak begitu menyimak segera bertanya pada kakaknya dan segera ikut mengangguk setuju untuk mendampingi Raja Wedden pergi ke hutan.
"Kalian meninggalkanku?" sahut Pangeran Ren yang duduk agak jauh.
"Baiklah. Kita akan bernagkat beramai-ramai. Ini akan lebih menyenangkan karena aku memiliki kekuatan tambahan," uajr Raja Wedden. "Berkuda dengan pedang, tombak, panah. Kurasa ini akan menjadi perjalanan dengan sedikit nostalgia," imbuhnya.
Pangeran Ren sedikit mencibir, namun perkataan Raja Wedden memang benar. Mereka akan kembali melakukan perjalanan bersama-sama menuju hutan dan bertemu para nimfa, hanya saja kali ini mereka akan berinteraksi dan menawarkan semacam kerja sama dengan para penyihir penjaga hutan.
Corea terlihat hendak mengajukan pertanyaan, namun Raseel segera mendeham dan menggelangkan kepalanya pada sang adik.
"Perjalanan para pria, kurasa para wanita harus berada di kerajaan untuk melakukan tugas lain," ujar Raseel kemudian.
Corea mehela napas panjang. "Aku hanya ingin bertanya apa yang akan kami lakukan jika Egara sadar. Apakah kami harus menjelaskan semua detil rencana Raja padanya ataukah membiarkannya paham dengan sendirinya dan mengatur jadwal untuk mengobrol berdua dengan Raja?"
Kaliamt panjang Corea membuat Hatt menertawakan kakaknya yang telah salah duga dengan sang adik.
***