BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Wanita yang Tersesat



Wanita yang Tersesat

2Langit masih gelap, semburat putih keorenan sudah nampak di ujung timur dengan bintang kejora yang berkelip indah sebagai petunjuk arahnya. Raja dan para pria lainnya telah meninggalkan Kerajaan dengan memacu kencang kuda mereka.     

Tanpa prajurit tambahan, hanya Raja Wedden, Pangeran Soutra, Arkenstone bersaudara, juga peri lembah bersaudara. Benar-benar seperti saat perjalanan awal mereka menjadi pengelana dari Utara.     

Persenjataan lengkap, mereka tidak membawa bekal makanan karena akan perjalanan itu tidak akan lama.     

Sebelum berangkat, Raja kembali menyempatkan diri untuk mengunjungi ruang perawatan, namun Egara masih terlelap diatas tempat tidurnya dengan dijaga oleh seorang pelayan. Raja mengerutkan dahinya, merasa aneh karena dia memperkirakan kalau pria itu akan segera sembuh karena Raja bahkan telah membantu menyembuhkan dengan mantra sihir.     

Para prajurit wanita juga telah bangun dan membantu persiapan perjalanan para pria. Cane membantu persiapan sang Raja, lalu Diya mengurus Pangeran Ren, lalu Corea yang mengurus kedua kakaknya. Ley dan Tao diurus oleh seorang pelayan yang juga dibantu oleh Corea yang telah cukup lama saling mengenal.     

Rasanya aneh ketika membiarkan para pria untuk kembali melakukan perjalanan jauh. Ini adalah kedua kalinya Corea melepas kedua kakaknya pergi. Walau saat perjalanan pencarian Buku Sihir pada akhirnya ia ikut bergabung, namun membiarkan Raseel dan Hatt berkelana itu membuatnya sedikit sedih.     

Corea masih berdiri termenung di halaman kerajaan setelah para pria itu telah jauh. Pikirannya kesana kemari, jantungnya berdebar tidak keruan.     

"Hey, ada apa?" Cane menghampiri saudarinya itu.     

"Aku merindukan ayah," ujar Corea. "Ah tiba-tiba saja bayangan wajahnya melintas di kepalaku saat memeluk Raseel dan Hatt. Ayah sendirian, ketiga anaknya malah berada di Kerajaan lain," imbuhnya.     

Cane terdiam, ia lalu mengusap pelan bahu Corea.     

"Ayahmu pasti baik-baik saja. Lagipula kau bisa berkunjung jika kau mau. Raja pasti memberikan ijin," kata Cane masih sambil menepuk bahu Corea.     

Corea mengangguk. "Nanti saat aku pulang. Kau mau ikut bersamaku, 'kan?" tanyanya.     

Cane berhenti mengusap, dia lalu mengedarkan pandangan ke halaman Kerajaan dengan pandangan kosong.     

"Cane … ayah pasti juga sangat merindukanmu."     

Cane masih diam.     

"Ayah mungkin jahat untukmu, tapi percayalah dia sangat menyayangimu bahkan aku sempat iri padamu. Tapi aku sadar karena kau memang anak baik dan sangat wajar jika mendapatkan kasih saying yang lebih. Jangan memikirkan Hatt, anggap saja dia tdak ada. Dengan begitu kau akan baik-baik saja."     

Cane menatap Corea. "Aku sudah tidak masalah dengan Hatt. Dia tidak lagi menggangguku, justru dia sangat baik dan memperlakukanku seperti bagaimana dia memperlakukanmu," ujarnya.     

"Kau adalah kakak perempuanku, Cane. Aku sangat beruntung ketika kembali bertemu denganmu karena selama kau pergi aku hanya seorang diri tak berteman," ujar Corea lagi.     

Cane tersenyum samar. "Mungkin jika jadwal kepulanganmu tepat, aku akan ikut."     

"Ah aku akan pulang ketika kau yang senggang." Corea menatap Cane girang.     

Cane segera berdecak. Kali ini dia tidak bisa menolak. Sama persis dengan sikap Hatt, Corea senang sekali memberikan tawaran namun tidak bisa dipilih ataupun ditolak oleh Cane.     

"Hey, teman-teman. Apakah kita akan pergi berpatroli hari ini?" Diya menghampiri Corea dan Cane.     

"Emm kurasa kelompok lain yang akan melakukannya," jawab Corea.     

"Ah begitukah. Apakah aku boleh ikut dengan mereka?" Tanya Diya lagi.     

"Tidak." Cane membuat Diya terdiam. Corea menyenggol lengan saudarinya.     

"Maksudku kau tidak boleh ikut dengan mereka, namun boleh dengan kami. Kita harus makan pagi terlebihdulu sebelum berangkat patrol," ujar Cane merevisi kalimatnya.     

Diya tersenyum, jelas sekali dia sangat senang karena ini.     

Corea mengangguk samar. Pengawal pribadi Pangeran Soutra memang sangat berambisi mengenai banyak hal, maka tidak heran jika diapun ingin mengetahui dan belajar banyak hal pula selama ia berada di Selatan.     

Mereka pergi dengan kuda tanpa pendampingan. Tiga prajurit wanita itu menuju ke daerah perkampungan yang tidak begitu jauh, mereka akan mengunjungi pusat perdagangan wilayah Selatan yang menjual banyak ikan dan daging hewan buruan.     

Diya sangat bersemangat, Corea dan Cane membiarkan wanita itu untuk berada di paling depan dengan sesekali diteriaki oleh Cane mengenai arah jalan yang harus diambil.     

"Wahh kalian memiliki perkebunn Berry Emas?" Diya turun dari kuda dan langsung menghampiri seorang wanita paruh baya yang berjualan buah serta hasil kebun lainnya.     

"Kebun kami cukup luas, Nona." Wanita itu menjawab dengan sopan. Namun dia memperhatikan jubah yang dikenakan oleh Diya yang terlihat berbeda dari jubah prajurit wanita yang sering ia temui.     

"Apakah di wilayah kalian tidak memilikinya?" tanya Corea nyaring, hingga membuat pedagang itu menoleh padanya dan mengangguk samar tanda paham kalau wanita yng sebelumnya bukan berasal dari Selatan.     

"Aku hanya menemukan di beberapa desa perbatasan," jawab Diya yang siap untuk membeli banyak buah.     

"Kalau begitu mintalah pada Pangeran untuk menanamnya di halaman kerajaan. Dengan begitu kau tidak perlu kesulitan untuk menemukannya," sahut Cane sedikit menggoda.     

"Emm dia sedang mengurusnya. Kurasa sudah mulai tumbuh hanya perlu bersabar sedikit lagi menunggu buahnya." Jawaban Diya membuat Cane dan Corea saling pandang.     

Keduanya lalu memiringkan kepala bersamaan, cukup memahami kalau Diya dan Pangeran Soutra sudah cukup dekat.     

"Hey, jika boleh jujur. Semula aku mengira Pangeran menyukaimu," bisik Cane lirih.     

"Ey! Dia hanya bersikap baik pada semua orang."     

Cane tertawa samar melihat ekspresi Corea yang berubah.     

"Kalian ingin juga?" Diya menawarkan buah Berry emas pada bungkusan besar pada kedua rekan barunya.     

Corea menggeleng, namun Cane mengambil beberapa dan menyuapi Corea dengan paksa. "Ayolah ini enak," ujar Cane yang membuat Corea berdecak kesal.     

Dari kejauhan, pandangan Corea tertuju pada seorang wanita muda dengan jubah abu tua yang lusuh sedang berdiri memandangi para pedagang di pasar. Penampilannya sangat menyedihkan, wanita muda itu juga memegangi erat perutnya.     

Beberapa saat kemudian dia terlihat mendekati seorang pedagang buah dan membeli satu buah apel yang kecil dengan beberapa koin kecil.     

Corea masih terus memandanginya, hingga wanita muda itu menjauh dari para pedagang dan duduk di dekat gentong air sehingga tubuhnya tidak terlihat.     

Orang-orang yang lewat membiarkan wanita itu. Terlihat juga seorang pria tua yang memberikan sepotong roti pada wanita muda itu dengan melemparkannya.     

Corea tiba-tiba mehela napas panjang. Cane yang merasa saudarinya itu berbeda segera mengikuti arah pandang Corea.     

"Kurasa dia tersesat," ujar Corea.     

"Kenapa? Kurasa dia hanya terlihat … miskin," sahut Cane.     

Corea tanpa berpikir panjang lagi berjalan untuk berjalan menghampiri wanita muda yang sedang makan itu. Cane dan Diya mengekor dengan masih mengamati.     

"Hey, dari mana asalmu?" Tanya Corea tanpa basa basi membuat wanita muda itu terkejut dan ketakutan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.