Penambahan Prajurit X
Penambahan Prajurit X
Itu adalah surat dari Raja Wedden yang memerintahkan untuk pelatihan perang dan penambahan prajurit baik untuk di Kerajaan maupun di wilayah perbatasan.
Di kerajaan Timest.
Seorang pelayan muda yang biasa dipanggil Adik oleh Raja Gael, adalah yang pertama melihat burung merpati yang bertengger di balkon. Segera saja dia menghampiri burung itu dan mengecek pesan yang dibawanya.
Digulung dengan rapi, jelas sekali itu merupakan surat untuk sang Raja yang berasal dari Kerajaan Selatan.
Adik tidak berpikir macam-macam, dia hanya segera membawa surat itu untuk diserahkan pada sang Raja yang sedang duduk di dekat jendela dengan menatap ke arah luar, arah taman yang masih direnovasi oleh para pekerja yang merupakan mantan tahanan Kerajaan kasus perampokan waktu itu.
Pelayan itu mengetuk pelan pintu ruangan Raja Gael kemudian masuk dan menyerahkan surat dari merpati itu.
Raja Gael hanya menyuruhnya untuk meletakannya diatas meja, dengan raut yang menampakkan keadaan emosinya sedang tidak stabil.
"Kurasa itu penting, Tuan. Raja Wedden ingin menyampaikan sesuatu padamu, Tuan." Pelayan enggan menjauh sebelum sang Raja menyentuh kertas yang telah ia letakkan.
"Aku akan membacanya nanti," ujar Raja Gael sambil menikmati minumannya.
Pelayan muda itu masih diam di tempat, memperhatikan semua hal yang dilakukan oleh Raja Gael dengan kesendiriannya.
==
==
"Kau menang," ucap Raja lirih. Egara hanya menatapnya tanpa ekspresi, dia masih menahan nyeri di bagian dada.
"Jika kau bertanya kenapa aku benar-benar mengetesmu, jawabannya adalah karena aku percaya padamu. Lekaslah pulih, kita akan segera melantik Raja Baru untuk kerajaan Northan." Kalimat Raja Wedden membuat Egara mengerutkan dahi. Begitupun dengan prajurit lain yang berada di sekitar.
"Bisakah kau tidak membuatku berpikir keras dengan keadaan lemah seperti ini?" ujar Egara dengan helaan napas yang tidak stabil.
Raja Wedden lalu tertawa. Ia kemudian berdiri menatap seluruh penghuni Kerajaan, prajurit, pelayan juga pekerja yang berada di sekitarnya.
"Kalian semua telah menyaksikan bagaimana keseimbangan antara kekuatan kami berdua. Kalian juga telah menjadi saksi dari betapa tangguhnya dia (Egara) menahan seranganku, betapa patuhnya dia terhadap perintahku. Dia telah cidera namun tetap memenuhi perintahku untuk melakukan pertarungan kedua. Semua ini kulakukan karena aku meyakini satu hal, yaitu dia (Egara) bukanlah manusia biasa, bukan prajurit yang biasa, melainkan manusia kuat yang benar-benar tidak dapat diremehkan."
Egara berdecak mendengar kalimat panjang Raja Wedden itu.
"Aku telah memikirkan hal ini sejak lama …."
Semua orang terdiam, suasana menjadi tegang menunggu kelanjutan dari kalimat sang Raja yang terputus.
"Aku akan mengangkat Egara sebagai Raja Northan!" teriak Raja Wedden lantang.
Suasana mendadak hening. Semua rekan dan tamu yang bahkan telah mengetahui rencana Raja Wedden itu, hanya diam, menarik napas panjang dan saling pandang sesekali.
"Aku yakin dia mampu untuk memimpin dan melindungi penduduk wilayah Selatan dengan baik," imbuh Raja Wedden.
Masih hening, tidak ada seorangpun yang berani mengutarakan pendapatnya. Terlihat ekspresi bingung di wajah Pangeran Soutra dan rekan yang lain. Namun mereka memilih diam.
"Kau gila?" ucap Egara cukup nyaring, membuat Raja Wedden meliriknya karena mendengar kalimat itu.
"Aku keberatan!" ujar Egara yang berusaha untuk berdiri dengan dibantu oleh Jeo. "Kau tidak bisa semuda itu menunjuk orang lain untuk menggantikan posisimu, Raja. Keturunan Raja, itulah syarat untuk menjadi Raja selanjutnya. Begitu, 'kan? Kurasa itu hanyalah kau. Itulah yang telah tertanam dalam benak kami. Jika kau ingin digantikan, maka itu adalah putramu."
"Buku Sihir Raja Elf hanya bisa dibaca dan dipahami oleh Keturunan Raja Elf. Bukankah itu adalah sebuah bukti kalau kau juga merupakan keturunan Raja Elf?" ujar Raja Wedden kembali membuat orang-orang berpikir.
"Bukan begitu," sahut Egara seketika. "Aku hanya memiliki kelebihan sedikit. Bukan berarti kita adalah saudara. Lagipula … aku telah memiliki sumpah untuk menjadi prajurit terbaik. Aku tidak menyetujui idemu, Raja. Itu sangat konyol!" Egara kembali pada perangainya.
"Kau manusia kuat, Egara. Kau layak untuk ini …."
"Tidak, Raja." Egara memotong kalimat Raja Wedden. "Aku hanya ingin mengabdi padamu. Biarkan kekuatanku menjadi pelindung untukmu, juga untuk wilayah Selatan," ujar Egara lagi.
*
*
Egara duduk di tempat tidurnya di ruang perawatan. Kali ini dia ditemani oleh Jeo dan Han, serta beberapa prajurit yang keluar dan masuk bergantian dengan membawakan beberapa buah untuk cemilan Ketua Pasukan mereka.
Egara masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia kesal, namun juga bingung karena gagal paham dengan maksud dari perkataan Raja Wedden.
Seorang pelayan datang dengan membawakan sup hangat, Jeo mengambil nampan itu dan segera menyuruh pelayan itu kembali keluar dan meningglkan mereka di ruang perawatan.
"Ah dia gila!" geram Egara yang kepalanya masih pening. Ia memijat pelan tengkuk lalu dahinya, sama sekali tidak membantunya untuk berpikir jernih.
"Aku bertarung dengannya untuk membuktikan kekuatanku dan akan menjadi Raja?" gumamnya cukup nyaring.
Jeo dan Han masih diam, keduanya belum mendapatkan respon yang tepat untuk sikap Ketua mereka.
"Hey kalian! Apa kalian pikir pertarungan dan pembuktian kekuatanku itu sia-sia?" Tanya Egara pada kedua anak buahnya.
"Tidak, Ketua."
"Sama sekali tidak, Ketua."
Jawaban keduanya sama. Egara kembali mehela napas panjang. "Lalu apakah menurut kalian aku pantas untuk menajdi Raja?" ucap Egara lagi.
Kedua prajurit itu saling diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab 'iya' bebarengan.
Brakk!!
Egara memukul keras meja makanan di hadapannya, nyaris menumpahkan sup dan gelas minuman diatasnya.
"Kalian bercanda denganku?!" ucap Egara nyaring. Kedua manik matanya membulat karena emosinya.
Han sempat melangkah mundur karena terkejut, sementara Jeo hanya terkejut namun tetap pada posisi semula.
"Kau memiliki banyak kekuatan, Ketua. Kurasa kau bahkan yang terkuat dari Raja wilayah lain. Jadi, aku merasa kau sangat layak." Jeo mengutarakan pendapatnya.
"Benar. Raja Timur bahkan tidak turun tangan saat berperang, kurasa itu salah satu bukti kalau dia tidak memiliki kekuatan dan hanya dinobatkan karena putra dari Raja sebelumnya."
Egara menatap Han, kalimat prajuritnya terdengar masuk akal. Hanya saja Egara masih belum bisa menerima kalimat candaan Raja Wedden itu untuk masuk ke dalam pikirannya.
"Maaf aku bukan ingin menggurui," ujar Jeo. "Tapi Ketua, jika kau berkata ingin mengabdi pada Raja Wedden, kurasa dengan kau menjadi Raja Northanpun kau tetap mengabdi pada Raja Wedden. Karena dia adalah Raja dari semua Raja di negeri Persei. Kau tetap menjalankan sumpahmu," imbuh Jeo.
***