Kantuk X
Kantuk X
Seluruh penghuni Kerajaan, terutama mereka yang belum tidur, seperti pelayan dan prajurit yang berjaga segera saling memanggil dan berkumpul pada satu titik yang ditentukan.
Tidak sedikit dari mereka juga mulai mengalami sesak napas, beruntung mereka masih dapat bertahan dengan mengatur kepanikan.
Seorang pelyan jatuh pingsan karena terlalu panic dan mengalami sesak napas, begitu juga Cane yang terbangun dengan tiba-tiba dan memanggil siapapun di dekatnya untuk memberikan bantuan pernapasan.
Hal itu membuat orang di sekitar mereka semakin panic, karena mereka juga kebingungan bagaimana cara untuk menolongnya.
Beruntung. Cahaya kembali menyala, seolah mereka kembali pada kehidupan hingga membuat semua orang lega dan tidak sedikit pula yang menangis.
"Kenapa?"
"Dunia terasa kiamat."
"Apakah akhir dunia?"
Terlalu banyak persepsi orang-orang yang panic.
Semua orang yang masih kesulitan untuk mengatur napas mereka segera menuju ruang perawatan. Begitu juga dengan seorang pelayan dan Cane yang pingsan dengan seluruh tubuh berpeluh.
Corea sangat panic. Dia menyesali kemampuannya yang hanya terbatas pada meniupkan angina.
Setelah dapat kembali bernapas lega, semua orang kembali saling berjaga satu sama lain. Mereka mencari dan memastikan kalau Tamu Raja baik-baik saja.
Bukan hanya kepanikan dan kekacauan di dalam kerajaan. Namun banyak juga penduduk yang berbondong menuju Kerajaan untuk mencari perlindungan karena mereka juga tidak tahu arah karena gelap yang ternyata melanda seluruh wilayah Barat.
Para prajurit yang berjaga di gerbang terluar dikejutkan dengan banyaknya penduduk yang saling mendorong dan rusuh, beberapa juga ada yang pingsan. Bocah menangis, para orang tua merengek karena sudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
Saat cahaya kembali pada dunia, para prajurit meminta pada penduduk untuk kembali ke rumah masing-masing. Mereka juga mebagi pasukan dengan beberapa prajurit mengawal sekaligus memberikan penjagaan pada mereka yang takut akan kegelapan.
*
*
Raja Wedden kembali dari ruang bawah tanah saat kegelapan telah lenyap. Dia dikejutkan dengan keberadaan para prajurit yang siaga di depan pintu batu untuk menunggunya keluar.
"Kau baik-baik saa, Tuan?" Tanya mereka nyaris bersamaan.
"Ada apa?" Tanya Raja balik. Tidak biasanya para prajurit terlihat panic seperti itu.
Seorang prajurit menjelaskan apa yang terjadi. Sontak saja Raja Wedden menuju Kerajaan dan mengecek seluruh anggota Kerajaan juga para tamunya yang sedang beristirahat.
"Semuanya baik-baik saja, Tuan. Hanya seorang pelayan dan Nona Cane yang sempat mengalami sesak napas dan pingsan. Lalu para penduduk berbondong meminta bantuan, namun kami telah membereskan mereka semua untuk tetap berada di rumah namun dalam pengawasan para prajurit." Seorang prajurit bernama Roto menjelaskan.
Raja Wedden berdecak setelah mendengar semuaya. Ia lalu bergegas menuju ruang perawatan untuk mengecek keadaan para rekannya.
Corea dan Diya sedang berdiri di dekat tempat tidur Cane. Peri hutan itu masih belum sadarkan diri, namun detak jantungnya sudah kembali normal seperti sedia kala.
Raja Wedden juga meminta laporan dari para prajurit mengenai keadaan semua rekan dan tamunya yang tak seorangpun ia temui di ruang perawatan.
Seorang prjaurit mengatakan kalau sebelumnya semapt terjadi kepanikan di setiap kamar, lalu semuanya kembali normal setelah cahaya yang kembali.
Perhatian Raa Wedden kembali tertuju pada Egara. Dia memindai tubuh pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seraya mehela napas panjang, Raja Wedden meyakini kalau pria itu masih akan mampu untuk menyerang dan bertarung melawan Raja Wedden.
"Raja, apa terjadi sesuatu padamu?" Tanya Corea yang membuyarkan lamunan sang Raja.
Wedden mengangguk samar. "Aku memadamkan api abadi," jawabnya.
Corea melotot, dia benar-benar tidak mempercayai kaimat Raja Wedden itu.
"Hanya sejenak, namun api itu kembali menyala dan aku meninggalkannya begitu saja," tambah Raja untuk menjelaskan.
===
Hanya sisa energi, tentu saja sosok itu tidak memberikan perlawanan dan hanya menghilang karena dayanya telah memudar.
Raja Wedden mengepalkan kedua tangannya. Dia sangat marah mendengar semua perkataan sosok tadi. Namun dia harus menenangkan diri dan kembali pada pikirannya sendiri.
"Sisa energi sepertinya tidak tahu apa-apa tentang masa depan." Gumam Raja Wedden.
Dengan napas yang masih tersengal, ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju ke palung api abadi.
Udara di sekitar menjadi semakin panas. Lagi-lagi Raja Wedden merasakan kehadiran energi lain yang semakin mendekat kearahnya.
Raja Wedden diam, dia memekakan seluruh inderanya untuk mengecek sekitar.
Semula dia hanya melihat cahaya terang yang merupakan pantulan dari api abadi. Kemudian dia melihat banyak peristiwa yang terjadi di tempat ia berdiri sekarang. Peristiwa sejak awal berdirinya Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Rapher, lalu direbut oleh Raja Kimanh yang penuh kekejaman lalu Kembali direbut oleh Raja Wedden dengan pertarungan dengan persiapan yang apa adanya.
Raja Wedden banyak diam, namun jiwanya seolah terbawa ke masa lalu untuk melihat dan ikut serta dalam semua peristiwa yang telah terjadi.
"Argh! Aku tidak ingin mengetahui semua ini," geramnya. Dia memijat pelan kepala seraya memejamkan kedua matanya.
Perubahan udara di sekitar tubuh Raja Wedden membuatnya mulai merinding. Tidak lagi dapat diam, Raja Wedden segera melindungi diri dengan kekuatan sihirnya. Seluruh tubuhnya terbalut cahaya hijau begitu juga dengan kedua manik matanya yang nampak menyala.
"Tunjukkan dirimu," ucap Raja Wedden semakin geram. Dia semakin merasa dipermainkan dengan energy yang terus mengeliinginya.
Hanya dalam sekali kedipan, Wedden merasakan tubuhnya yang tertarik kuat hingga membentur dinding batu di belakangnya.
"Agh!" dia bahkan tidak mampu menahan diri.
Raja Wedden lalu menyerang seluruh sisi dengan kekuatan sihirnya. Tanpa arah, Raja Wedden sama sekali tidak dapat mendeteksi keberadaan energy yang berpindah-pindah.
Tiba-tiba Raja Wedden kembali diam. Dia sengaja mematung dan memekakan semua inderanya. Dengan pikiran yang fokus, Raja Wedden mulai dapat mengendalikan dirinya.
Merasakan panas di bagian belakang, dengan segera Raja Wedden menyerangnya dengan kekuatan penuh.
Sama sekali tidak terlihat, namun kali ini Raja Wedden benar-benar merasakan pertarungan yang sesungguhnya. Beberapa serangan ia terima di bagian tubuh, wajah, juga punggungnya.
Beruntung Raja dapat mengendalikan diri agar tetap tenang dan menyerang dengan lebih hati-hati.
BRUK!!
Tubuh Raja terjatuh setelah mendapat serangan kuat dari kepulan asap yang selalu gagal untuk diserang olehnya.
Raja mulai lelah, dia belum mampu menemukan cara untuk mengalahkan musuh tak kasat mata itu.
Sedikit terpikir olehnya untuk kabur, namun itu akan melukai harga dirinya sebagai Raja Northan.
"Kalahkan aku, Raja. Jika kau bahkan tidak dapat mengalahkanku, maka kau tidak selayaknya menjadi Raja di Kerajaan ini karena aku akan menguasainya kembali."
Suara menggelegar terdengar jelas di telinga Raja Wedden. Seketika ia bangkit, dia mengenali suara itu. Sangat persis dengan suara kegelapan yang pernah ia dengar dahulu, hanya saja … kali ini dia tidak melihat sosoknya sama sekali.