Bukan Ini X
Bukan Ini X
Raja Wedden mengepalkan kedua tangannya. Dia sangat marah mendengar semua perkataan sosok tadi. Namun dia harus menenangkan diri dan kembali pada pikirannya sendiri.
"Sisa energi sepertinya tidak tahu apa-apa tentang masa depan." Gumam Raja Wedden.
Dengan napas yang masih tersengal, ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju ke palung api abadi.
Udara di sekitar menjadi semakin panas. Lagi-lagi Raja Wedden merasakan kehadiran energi lain yang semakin mendekat kearahnya.
Raja Wedden diam, dia memekakan seluruh inderanya untuk mengecek sekitar.
Semula dia hanya melihat cahaya terang yang merupakan pantulan dari api abadi. Kemudian dia melihat banyak peristiwa yang terjadi di tempat ia berdiri sekarang. Peristiwa sejak awal berdirinya Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Rapher, lalu direbut oleh Raja Kimanh yang penuh kekejaman lalu Kembali direbut oleh Raja Wedden dengan pertarungan dengan persiapan yang apa adanya.
Raja Wedden banyak diam, namun jiwanya seolah terbawa ke masa lalu untuk melihat dan ikut serta dalam semua peristiwa yang telah terjadi.
"Argh! Aku tidak ingin mengetahui semua ini," geramnya. Dia memijat pelan kepala seraya memejamkan kedua matanya.
Perubahan udara di sekitar tubuh Raja Wedden membuatnya mulai merinding. Tidak lagi dapat diam, Raja Wedden segera melindungi diri dengan kekuatan sihirnya. Seluruh tubuhnya terbalut cahaya hijau begitu juga dengan kedua manik matanya yang nampak menyala.
"Tunjukkan dirimu," ucap Raja Wedden semakin geram. Dia semakin merasa dipermainkan dengan energy yang terus mengeliinginya.
Hanya dalam sekali kedipan, Wedden merasakan tubuhnya yang tertarik kuat hingga membentur dinding batu di belakangnya.
"Agh!" dia bahkan tidak mampu menahan diri.
Raja Wedden lalu menyerang seluruh sisi dengan kekuatan sihirnya. Tanpa arah, Raja Wedden sama sekali tidak dapat mendeteksi keberadaan energy yang berpindah-pindah.
Tiba-tiba Raja Wedden kembali diam. Dia sengaja mematung dan memekakan semua inderanya. Dengan pikiran yang fokus, Raja Wedden mulai dapat mengendalikan dirinya.
Merasakan panas di bagian belakang, dengan segera Raja Wedden menyerangnya dengan kekuatan penuh.
Sama sekali tidak terlihat, namun kali ini Raja Wedden benar-benar merasakan pertarungan yang sesungguhnya. Beberapa serangan ia terima di bagian tubuh, wajah, juga punggungnya.
Beruntung Raja dapat mengendalikan diri agar tetap tenang dan menyerang dengan lebih hati-hati.
BRUK!!
Tubuh Raja terjatuh setelah mendapat serangan kuat dari kepulan asap yang selalu gagal untuk diserang olehnya.
Raja mulai lelah, dia belum mampu menemukan cara untuk mengalahkan musuh tak kasat mata itu.
Sedikit terpikir olehnya untuk kabur, namun itu akan melukai harga dirinya sebagai Raja Northan.
"Kalahkan aku, Raja. Jika kau bahkan tidak dapat mengalahkanku, maka kau tidak selayaknya menjadi Raja di Kerajaan ini karena aku akan menguasainya kembali."
Suara menggelegar terdengar jelas di telinga Raja Wedden. Seketika ia bangkit, dia mengenali suara itu. Sangat persis dengan suara kegelapan yang pernah ia dengar dahulu, hanya saja … kali ini dia tidak melihat sosoknya sama sekali.
"Kau berani meyebutmu sebagai Raja, artinya kau siap untuk melawanku."
Suara itu kembali terdengar.
Raja Wedden kembali terdiam. Dia berpikir, tidak seharusnya dia takut karena apapun yang dikatakan oleh suara itu, itu tidak akan naik ke permukaan sehingga tidak akan mengganggu peradaban di atas tanah.
Namun kembali dia teringat kisah dari Ley mengenai Egara yang mengalahkan monster api seorang diri. Jiwa Raja Wedden tersentil dengan kisah itu. Tidak seharusnya seorang Raja sepertinya kalah dari Egara yang hanya prajurit Kerajaan.
Mungkin … jika memang ternyata Egaralah yang benar-benar manusia terkuat dan yang seharusnya menyandang status 'Raja' karena semua kekuatannya yang tak terbendung.
Raja Wedden mehela napas panjang. Di kepalanya, dia masih memikirkan hal apa yang akan dia lakukan untuk mengalahkan itu.
Detik berikutnya Raja Wedden menjentikkan jemarinya untuk menghentikan waktu. Segera setelahnya ia kembali menyerang ke segala arah dengan kembali fokus. Dia sadar, hanya dengan fokus dia dapat mengalahkan segala jenis serangan yang berhasil mengacaukan pikirannya.
Sekali, dua kali, hingga tiga kali Raja Wedden menyerang apapun yang ada di hadapannya. Lalu dia berhasil menemukan sosok yang berdiri di hadapannya dengan bertudung rapat. Tanpa basa basi lagi, Wedden segera menyerangnya.
Tanpa perlawanan, sosok itu nampak meledak dan berhamburan menjadi debu yang segera hilang setelah ditiup oleh angin yang dihembuskan oleh Raja Wedden.
Kembali hening. Udara di sekitar Raja Wedden menjadi lebih sejuk dari sebelumnya. Raja Wedden hanya mehela napas panang, dia mengutuki dirinya sendiri yang dengan mudahnya terbawa suasana dan hingga emosi dengan suara-suara tidak jelas itu.
"Hanya halusinasi, Wedden." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Setelah dirasa aman. Wedden melanjutkan langkahnya dan mengunjungi api abadi.
Terlihat menyala dengan kobaran yang tidak begitu besar. Suasana di sekitar juga nyaman, tidak semengerikan yang diucapkan oleh Ley sebelumnya.
"Apakah ini benar api abadi?" gumamnya.
Raja Wedden lalu menyentuhnya. Dia lalu kembali menjentikkan jemarinya dan mematikan api itu.
Dua kali jentikan. Api di hadapannya itu mati dan meninggalkan kegelapan yang mencekam di seluruh ruangan.
Raja Wedden hanya berdiam, dia menoleh kanan dan kiri, benar-benar tidak dapat melihat apapun di sekitarnya.
Namun hanya berselang beberapa saat, api itu kembali menyala dari bara kecil yang tersisa di lubang.
Raja Wedden tidak terkejut, namun dia telah menyimpulkan untuk tetap mempertahankan keberadaan api itu sebagai sumber energy sekaligus sumber cahaya di tempat yang sangat gelap dan kemungkinan besar tidak akan lagi digunakan sama sekali.
*
*
Prajurit yang berjaga di bagian luar Kerajaan, juga yang sempat mengetahui kalau Raja Wedden pergi ke ruang bawah tanah, dikejutkan dengan padamnya seluruh penerangan yang ada di sekitar mereka.
Mereka segera saling memanggil dan berkumpul untuk memastikan seluruh kerajaan juga sang Raja baik-baik saja.
Menjadi sangat hening, kegelapan yang tiba-tiba itu seolah melenyapkan dunia tanpa memberi sedikit cahayapun untuk melihat arah benar untuk melangkah.
Bukan hanya di sekitar kerajaan Northan, namun kegelapan melanda seluruh negeri persei bagian selatan. Membuat beberapa warga mengalami kesulitan bernapas karena kehilangan oksigen.
Raja Wedden kembali dari ruang bawah tanah saat kegelapan telah lenyap. Dia dikejutkan dengan keberadaan para prajurit yang siaga di depan pintu batu untuk menunggunya keluar.
"Kau baik-baik saa, Tuan?" Tanya mereka nyaris bersamaan.
"Ada apa?" Tanya Raja balik. Tidak biasanya para prajurit terlihat panic seperti itu.
Seorang prajurit menjelaskan apa yang terjadi. Sontak saja Raja Wedden menuju Kerajaan dan mengecek seluruh anggota Kerajaan juga para tamunya yang sedang beristirahat.
"Semuanya baik-baik saja, Tuan. Hanya seorang pelayan dan Nona Cane yang sempat mengalami sesak napas."
***