Bertemu Putri Biru
Bertemu Putri Biru
Wedden sedang duduk bersila diatas tempat tidurnya dengan Buku Sihir yang terbuka di hadapannya, tepat terbuka pada halaman yang membahas mengenai keturunan sang Raja Elf, Rapher ELfkinn.
Wedden sedang berada pada fase fokus paling maksimal. Dia lalu menemui roh leluhur yang selama ini membimbingnya untuk menjadi seorang Raja yang baik juga mengajarinya mengenai segala sesuatu tentang sihir.
Raganya hanya berdiam diatas tempat tidur, namun jiwanya sedang berjalan menuju suatu tempat.
Sebuah hutan lebat yang sangat menyejukkan, Wedden sudah pernah berkunjung sebelumnya. Hanya saja kali ini dia masih belum menemukan siapapun walau telah berkeliling dan memanggil.
"Halo, Kakek?" ucap Wedden memberanikan diri untuk terus melangkah. Pepohonan seolah menyapanya, namun tidak berangin.
"Bisakah kau menemuiku sebentar saja? Aku hanya ingin menanyakan sesuatu,'" ujarnya lagi.
Wedden lalu menghentikan langkahnya di dekat sebuah danau yang berair tenang dan sangat jernih. Ia bahkan dapat bercermin dengan sempurna pada permukaan airnya.
Wedden mengamati bayangan wajahnya sendiri untuk beberapa saat, lalu kemudian mencoba untuk mengingat wajah Egara. Sama sekali tidak mirip, pikirnya.
Wedden masih jelas mengingat mengenai Buku SIhir Raja Elf yang hanya dapat dibaca oleh keturunan Raja Rapher. Saat menemukan Buku itu, Raseel mengatakan kalau dia tidak melihat sesuatu tertulis disana, namun Egara jelas membacanya walau dengan bahasa kuno.
"Mungkinkah kami bersaudara?" gumam Wedden. "Kami bahkan sama sekali tidak mirip. Pria itu tidak memiliki telinga meruncing, kurasa dia memang bukan Elf. Tapi kenapa dia mampu membacanya?" pikirannya mulai kesana kemari.
Wedden juga ingat saat ia dan EGara bertarung adu kekuatan dan sihir. Dia dapat merasakan energy kuat dalam tubuh Egara. Bukan sembarangan energy, melainkan perpaduan energy yang sempurna yang dapat dirasa oleh Wedden kalau prajurit kepercayaannya itu uga memiliki kekuatan kegelapan dalam dirinya.
Wedden kembali memandangi wajahnya pada permukaan danau.
Tiba-tiba saja menyentuh air itu seraya berucap. "Hey, bangunlah. Bisakah kau menyapa dan berbincang denganku?"
Tidak terjadi apapun. Wedden segera memijat pelankepalanya dan mengutuki kepolosan dirinya sendiri. Namun ketika ia hendak melangkah menjauh, air danau yang semula tenang itu tiba-tiba mulai beriak dan berarus.
Wedden terkejut, dia kembali sangat antusias karenanya.
Buih putih mulai muncul di tengah danau, berangsur semakin banyak dengan diameter yang semakin besar dan menepi. Wedden membenarkan posisinya dan bersiap untuk melihat apa yang akan muncul kemudian.
Beberapa saat menunggu, perlahan lalu muncullah sesuatu dari tengah buih itu. Kecil dan berkelip, rupanya itu adalah ujung dari mahkota seorang putri cantik bergaun biru yang sedang memegang tongkatnya.
Wedden melangkah mundur, belum pernah sebelumnya ia bertemu dengan putri itu.
Sang putri yang semula terpejam, lalu membuka mata dan menatap sosok Wedden manik matanya yang senada dengan gaunnya, biru dan indah.
"Apa kau yang mengganggu tidurku?" Tanya putri itu dengan suara yang sangat lirih.
Wedden mengangguk, "Maafkan aku. Aku sama sekali tidak menduga jika ucapanku mengganggumu," ujarnya.
Wanita itu melangkah ke daratan. Gaun panjangnya terseret di rerumputan, terlihat oleh Wedden wanita itu tidak basah sama sekali.
"Kau? Siapa kau?" Tanya putri biru itu lagi. Dia telah memindai tubuh Wedden dari ujung kaki hingga ujung kepala namun dia gagal untuk mengenalinya.
"Aku Wedden, Putri. Wedden Rapherson," jawab Wedden.
Putri biru bergeming, dia hanya terus memandangi Wedden tanpa bereskpresi apapun.
"Bisakah kau katakana padaku dimana Kakek leluhurku? Aku ingin sekai berbincang dengannya mengenai sesuatu yang penting," kata Wedden.
"Kau tidak membutuhkan bantuanku?"
"Butuh. Aku perlu tahu dimana kakekku."
Wanita itu mehela napas panjang. "Katakan saja apa tujuanmu kemari."
Wedden ragu. Dia hanya terbiasa untuk menceritakan tentang semuanya pada leluhurnya.
"Jangan membuatku terbangun dengan sia-sia, Nak." Tatapan wanita itu tajam.
Wedden menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf. Namun dia benar-benar tidak tahu apakah harus menagtakannya pada putri Biru itu.
"Kau menemukan saudaramu. Apakah begitu? Namun kau bertanya-tanya kenapa kalian tidak mirip satu sama lain bahkan mengenai kekuatan kalian juga tidak imbang."
Wedden sedikit memiringkan kepalanya, dia terpukau dengan kemampuan wanita itu untuk membaca isi kepalanya.
"Pria itu, yang kau kira adalah saudaramu. Hanya seorang manusia yang diberikan keistimewaan berupa energy yang kuat karena kedua orang tuanya memiliki kekuatan sihir. Dia juga berbakat, sehingga mampu mempelajari banyak hal dalam waktu singkat, namun dia bukanlah saudaramu. Dia sama sekali tidak memiliki darah Elf dalam dirinya." Putri Biru berkata-kata dengan tatapan kosong. Dia sedang melihat ke satu titik yang embuatnya mengetahui banyak hal mengenai pertanyaan Wedden.
"Tapi kenapa dia bisa membaca sihir Raja Elf?" Tanya Wedden.
"Itu karena dia adalah keturunan penyihir. Di dalam dirinya terdapat kekuatan besar yang membuatnya dapat dengan mudah menyerap energy lain. Apakah kau pernah melihatnya menggunakan kekuatannya untuk halsepertimu? Berperang atau melakukan hal lain dalam kehidupan sehari-harinya?"
Wedden menggeleng. Dia bahkan baru pertama kali melihat Egara menggunakan kekuatannya, kemarin ketika mereka berdua beradu kekuatan.
"Ada kegelapan dalam dirinya," ucap Wedden.
"Lalu?"
"Apakah dia berbahaya?" tanyanya lagi.
Wanita itu lau tersenyum. "Kau di kelilingi oleh sisa kegelapan. Kenapa kau hanya berfokus pada pria itu? Kau tidak merasa dalam bahaya dengan yang lain."
Wedden engerutkan dahinya. "Kegelapan di sekitarku?" ia segera mengerutkan dahi.
"Api abadi itu, salah satu sumber kekuatan kegelapan pada masanya. Kau tidak dapat melenyapkannya begtiu saja yang artinya kau memelihara kekuatan kegelapan di bawah bangunan kerajaanmu." Putri biru kembali menatap Wedden.
Raja Northan itu diam. "Jika aku menjadikannya seorang Raja, apakah menurutmu itu akan baik?"
"Tentu. Namun kau juga harus memberikannya arahan yang sesuangguhnya. Yah kurasa sama sepertimu yang selalu membutuhkan pendamping dari seluruh wilayah," ujar putri biru dengan senumnya.
Wedden tersipu. Namun dia sudah cukup paham untuk saat ini. DIa hanya perlu memastikan kalau Egara benar-benar siap dengan tugas baru yang akan ia terima.
Sementara Wedden sedang memikirkan tentang sebuah Kerajaan pusat untuk Negeri Persei.
"Kau kembalilah. Aku akan menyampaikan semuanya pada kakekmu."
Belum sempat mengucap terimakasih, Wedden sudah terbangun dan kemali berada diatas tempat tidurnya.
Napasnya tersengal, dia merasa dikembalikan pada raganya dengan paksa.
Tanpa berpikir panjang lagi, Wedden segera keluar dari kamarnya dan menuju ruang perawatan untuk menjenguk prajurit kepercayaannya.
Diatas tempat tidur,Egara masih terbaring dengan terpejam. Wedden masuk dan mengecek keadaan pria itu dengan kekuatannya. Mulai normal. Kembali algi dia harus mengakui kalau Egara benar-benar kuat dan hebat.
***