BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Kunjungan Pangeran Utara



Kunjungan Pangeran Utara

2Raja Wedden belum keluar dari kamar sejak pagi. Padahal biasanya pria keriting itu telah rajin untuk berkeliling kerajaan dengan berjalan kaki seraya menikmati embun yang menyejukkan.     

Matahari sudah semakin tinggi, pelayan sudah tidak terhitung lagi berapa kali mengunjungi kamar sang Raja dan mengetuknya dari luar namun tidak ada jawaban.     

Ley, Tao, Raseel dan Hatt menjadi penyambut tamu dari Utara. Kali ini Pangeran Soutra berkunjung dengan didampingi oleh Diya, prajurit wanita pilihan Raja yang ditugaskan untuk selalu bersama dengan Pangeran Ren.     

Keempat pria itu sempat terkejut karena sama sekali tidak ada kabar apapun mengenai perjalanan panjang pasukan Kerajaan Soutra itu.     

Mereka yang mendapat kabar dari prajurit Selatan segera menuju halaman depan ntuk menemui Pangeran Ren.     

"Kalian disini?" ujar pangeran Ren pada keempat sahabatnya itu. "Apakah sesuatu terjadi pada Raja?" tanyanya lagi. Seolah dia mengetahui ada hal yang tidak baik-baik saja.     

"Tidak," jawab Ley. "Kami hanya berkunjung namun terlalu nyaman sehingga belum ingin untuk kembali," sambungnya.     

"Begitukah? Kurasa kalian nyaman karena tidak terbebani masalah di Utara, 'kan?" pangeran Ren membiarkan prajurit untuk membawa kudanya.     

Ley tertawa kecil. Keduanya kini semakin jarang bertemu karena kesibukkan masing-masing terlebih pangeran Ren yang mulai diberi tanggung jawab Kerajaan untuk persiapan penobatan.     

Diya mendampingi pangeran, dia menyapa keempat pria yang pernah ia temui sebelumnya itu dengan ramah.     

Ley dan Raseel mempersilahkan Pangeran dan pasukannya untuk masuk. Ren memilih untuk berkeliling sejenak. Terlalu banyak perubahan yang terjadi selama ia tidak berkunjung ke Kerajaan Northan.     

Beberapa sudut bangunan terlihat baru, namun masih ada sisi lain yang retak belum diperbaiki.     

Pangeran Ren berhenti di bangunan tengah, bangunan tempat para prajurit serta pelayan Kerajaan Northan berkumpul untuk saling melindungi dari badai yang menghantam bangunan Kerajaan dari luar.     

Dipandanginya sekitar, secara keseluruhan keadaan bangunan baik-baik saja. Namun dia melihat ada bekas sabetan pedang di sana sini. Dia segera dapa membayangkan apa yang terjadi di tempat ini sebelumnya.     

"Kenapa mereka saling menyerang?" tanya Ren pada Ley yang menyusulnya.     

"Entahlah. Dari informasi yang kudapat mereka seperti terbawa emosi masing-masing karena kekacauan akibat badai, lalu tiba-tiba saling serang begitu saja," jawab pria berambut marun itu.     

Pangeran Ren masih mengedarkan pandangannya. Dia ingat bagian luar kerajaan di dekat taman yang dahulu pernah ia jadikan tempat bersantai sore, juga mengalami perubahan.     

"Jadi, apakah ada korban?" tanya Ren lagi.     

"Ada, seorang prajurit dari kerajaan Barat yang diduga sedang berkunjung untuk menemui putri Leidy. Tapi aku tidak tahu keaslian kisahnya," jawab Ley lagi.     

Pangeran Ren lalu mengangguk pelan. "Rupanya dia benar-benar Raja," gumamnya. Terdengar samar oleh Ley yang membuatnya mengerutkan dahi.     

"Kau tahu, aku semula juga meragukan kemampuan bocah itu untuk memimpin sebuah Kerajaan. Aku juga tidak ingin jika harus menyebutnya sebagai Raja jika dia hanya cengengesan dan tidak tahu apa-apa," ujar pangeran Ren pada Ley.     

Ley seketika tertawa. "Lalu apa yang membuatmu yakin?" tanyanya.     

"Kau ingat saat ia berbicara pada air sungai Sophen menuju Timur? Itu gila, tapi saat itu aku sudah dibuat kagum olehnya," sahut pangeran Ren. "Bagaimana denganmu?" tanyanya balik pada Ley.     

"Aku mempercayai Rader. Aku mulai meyakini Wedden, sejak dia mampu bertahan dengan semua pertarungan yang kita alami walau dia hanya bersenjatakan pedang. Bukankah dia uga belum pernah memainkan pedang sebelum melakukan perjalanan itu? Kurasa dia memang berbakat, hanya saja sama sepertimu, aku masih enggan mengakui dari hati. Hanya mendukung dan yakin dengan yang dikatakan oeh Rader." Ley menjelaskan.     

Pangeran kembali mengangguk. "Dia memang bukan manusia biasa," ucapnya. "Bagaimana bisa seseorang memiliki kekuatan super hanya dengan mantra yang asal-asalan? Kukira dia mendapat bisikan langsung pada jiwanya, walau Buku Sihir itu tidak ketemu."     

Ley cukup terentil ketika pangeran Ren menyebutkan mengenai Buku SIhir. Segera saja ia menceritakan mengenai penemuan Buku berharga itu di ruang tersembunyi oleh Egara.     

Pangeran Ren tertarik dengan kisah ini. "Egara?" ucapnya seraya memiringkan kepalanya.     

Ley mengangguk. "Ketua pasukan Kerajaan Northan, prajurit kepercayaan Raja Wedden," tambahnya.     

Percakapan mereka menjadi semakin panjang ketika Ley memberitahukan semua kisah secara detil. Hingga saat Egara berteriak meminta Raja berhenti membaca dan kemudian Egara terbaring dalam keadaan yang penuh luka dan tidak sadarkan diri.     

"Maksudmu, apakah Egara dan Raja Wedden bersaudara?" ucap pangeran Ren. Sebuah pertanyaan yang tidak terpikir sebelumnya oleh Ley.     

"Mungkinkah begitu?" Ley kembali berpikir dengan teorinya sendiri.     

*     

*     

Saat matahari tepat diatas kepala, pangeran Ren dan para sahabatnya sedang berada di halaman belakang Kerajaan Northan. Mereka melihat para pekerja Raja Wedden yang sangat rajin dan selalu produktif.     

Suasana damai dan nyaman terasa sangat menyenangkan bagi pasukan Utara, tidak sedikit pula dari mereka yang turut membantu untuk menghilangkan bisan.     

Begitu juga dengan Diya yang ikut serta membersihkan rumput pengganggu di kebun wortel. Dia terlihat sangat ceria berbeda jauh dari sikapnya yang selalu bawel dan menyebalkan saat menjadi penjaga pangeran Soutra.     

Pasukan wanita yang dipimpin oleh Corea dan Cane tiba di Kerajaan dengan membawa dua pria muda yang kedua tangan mereka diikat kuat dengan tali.     

"Kalian anak muda pemalas!" sentak Corea cukup nyaring. "Seharusnya kalian bekerja bukan mencuri!" imbuhnya.     

"Kami akan menjalankan hukum yang berlaku di wilayah Selatan. Kalian harus di proses dengan adil," ujar Cane lagi.     

Sebuah pemandangan yang cukup menarik karena biasanya pasukan pria lah yang menangkap penjahat.     

Pasukan wanita itu belum mengetahui kehadiran rombongan Kerajaan Soutra. Mereka segera memasukkan dua pencuri tadi dalam penjara lalu mengembalikan kuda pada kandang dan berkumpul sejenak untuk berbincang.     

Tatapan pangeran Soutra tertuju pada Corea. Entah sejak kapan peri lembah wanita itu selalu berhasil membuatnya tersenyum dan termenung.     

Hal itu diketahui oleh Raseel dan Hatt yang saling pandang. "Jadi bagaimana menurut kakak? Pangeran Utara atau prajurit kepercayaan Raja Selatan?" bisik Hatt lirih.     

"Ah sial. Kenapa kau bertanya begitu," umpat Raseel yang juga lirih.     

"Aku sudah mengawasi pangeran cantik itu sejak lama yang selalu memandangi Corea. Kurasa prajurit terbaik Raja Wedden juga selalu melakukan hal yang sama. Selalu memandang dan lebih memperhatikan." Kali ini Hatt berperan sebagai pengamat karakter orang lain.     

Raseel tertawa simpul. Segera saja dia memukul pelan kepala adiknya itu. "Kau ingin menjual adikmu dengan keuntungan besar?" ujar Raseel.     

"Tidak menjual, hanya menawarkan dan membiarkan dia memilih jalannya sendiri," sahut Hatt kemudian.     

Ketika masih sibuk mengobrol, Corea menoleh kearah rombongan kedua kakaknya berada. Disana, manik matanya menangkap tatapan dari seorang pria cantik dengan rambut merah muda yang tidak lagi panjang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.