Perjalanan Tugas Baru
Perjalanan Tugas Baru
Egara tidak menolak, dia segera bersiap untuk melakukan perjalanan sebelum matahari terbit. Namun Corea dan Ley menyatakan kalau mereka ingin ikut. Sementara Tao, dan dua peri bersaudara ingin tetap menemani dan menjaga Raja mereka di Kerajaan Barwest.
Egara mengerutkan dahinya, penuh pertanyaan mengenai Corea dan Ley yang hanya akan mengganggu pekerjaannya.
"Aku harus memastikan Kerajaan dalam keadaan rapi selama kita tinggal," ujar Corea beralasan. "Aku adalah prajurit wanita yang merangkap sebagai ketua pelayan, apa kau lupa akan hal itu?" imbuhnya.
"Aku akan menjadi rekanmu untuk bertarung. Kurasa kau membutuhkan ahli pedang sepertiku," ujar Ley meyakinkan.
Keduanya sama-sama tidak diinginkan oleh Egara, namun tidak juga dibenci. Hanya saja … rasanya aneh ketika mendapat rekan tambahan yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Raseel dan Hatt sempat menghampiri adik bungsu mereka, Corea, dan memintanya untuk berjanji kalau dia akan baik-baik saja selama perjalanan dan di Kerajaanpun.
Corea hanya tertawa, dia merasa aneh dengan sikap kedua kakaknya itu terlebih selama ini dia terbiasa dengan hidup yang mandiri dan tidak pernah diperingatkan mengenai apapun.
"Sejak kapan kalian mengkhawatirkanku?" ucap Corea menggoda kedua kakak laki-lakinya.
"Sejak kau dekat dengan pria kegelapan itu," celetuk Hatt.
Tawa riang Corea lalu meredup. "Pria kegelapan?" dahinya berkerut bingung.
"Dia," sahut Raseel menunjuk Egara yang sedang memasang jubahnya. Tanpa diduga Egara menoleh kearah mereka bertiga dan membuat Corea merasa malu.
"Sialan kalian! Dia bisa mendengarnya!" geram Corea.
"Apa kami baru mengatakan hal yang salah?" uajr Raseel lagi.
"Tidak, eh maksudku tidak begitu. Ah jangan terlalu berprasangka buruk. Dia tidak sejahat apa yang kalian pikirkan!" bela Corea.
"Begitukah? Apakah ada bukti kebaikannya?" sambung Hatt lagi.
"Dia membantu putri Leidy padahal dia berkeinginan untuk menyingkirkannya karena selalu bersikap kasar," jawab Corea. "Dia patuh pada Raja Wedden padahal dia tahu kalau Raa Wedden menghancurkan kerajaan dan pimpinannya sebelumnya."
Hatt dan Raseel terdiam.
"Dia tidak sempurna, aku yakin kita semua juga begitu, tapi dia berkeingan untuk menjadi lebih baik, apakah kita masih akan mengungkit masa lalunya?"
"Ah ya ampun adik kecilku ini sekarang pandai menceramahi." Raseel mengusap kasar kepala Corea. Wanita itu hanya menyeringai.
"Percaya saja padaku. Aku akan baik-baik saja dan melakukan yang terbaik untuk diriku sendiri, untuk keluarga kita, juga untuk kerajaan Northan," ujar Corea penuh percaya diri.
Tidak ada alasan lagi untuk menahan Egara, Ley dan Corea di kerajaan Barwest. Mereka harus segera tiba di kerajaan Northan dan menyelesaikan tugas.
Akan sangat adil jika Raa telah mengorbanan diri untuk melenyapkan sumber bencana alam, kini giliran Egara yang melenyapkan sumber kegelapan di bawah tanah.
Dibekali dengan sihir Raja Wedden, namun mereka akan tetap menempuh perjalanan panjang yang sangat melelahkan.
Sepanjang perjalanan, Ley disibukkan dengan pikirannya sendiri yang sedang memperkirakan apa kiranya yang sedang direncanakan oleh Egara sehingga dia bersedia untuk menghabisi makhluk yang semua ia ajak untuk bekerja sama membuat senjata terhebat dan untuk melenyapkan 'seseorang'.
Sementara Corea sedang sibuk memuji dan memikirkan semua kebaikan yang pernah dilakukan oleh Egara selama mereka menjadi rekan dalam pasukan kerajaan Northan.
Egara yang berkuda di barisan depan merasa pening dengan semua hal yang merasuk ke telinganya, semua hal yang tidak terucap namun dapat ia dengar. Sesekali dia mengutuki dirinya sendiri yang memiliki kemampuan menyebalkan ini.
"Argh padahal sebelumnya aku baik-baik saja," gerutunya.
Egara menarik napas panjang. Pikirannya sangat terganggu dengan semua isi kepala Ley dan Corea. Dua buah pemikiran yang berbanding terbalik yang mengacaukan,
Namun tidak dapat dipungkiri kalau dia tersipu tiap kali Corea memikirkan tentang dirinya yang 'baik'. Dia bahkan hingga tersenyum dan memaksa diri untuk memandangi hutan agar ekspresinya tidak diperhatikan oleh para pasukan.
"Wanita itu ah menyebalkan sekali! Kapan aku pernah baik padanya!" geramnya, namun detik berikutnya dia kembali tersipu.
*
Rencana Egara mengenai makhluk ciptaan kegelapan.
Semula dia ingin mengajaknya kerja sama dengan mencipatakan banyak senjata perang untuk menyingkirkan putri Leidy, namun ternyata Raja Wedden memiliki rencana yang jauh lebih bagus dengan hanya memutus ikatan antara Leidy dengan roh alam, walaupun hal itu menyebabkan banyak pihak yang terluka.
Egergi kegelapan yang tersisa memang tidak begitu banyak, namun jika semua itu diadopsi olehnya, maka Egara akan dapat menjadi sosok yang sangat kuat. Yang sedang ia pikirkan adalah bagaimana cara untuk mengadopsi energy dari makhluk itu.
Dia akan membnhnya, mungkin. Tapi apakah dengan mengambil jantungnya? Dia ingat betul kalau Kimanh tidak memberikan jantung pada makhluk itu.
Satu hal yang dia pikirkan hanyalah menyerapnya dengan kemampuan yang masih ia kuasai hingga sekarang. Dengan demikian, jika itu berhasil maka dia akan memiliki energy tambahan dan dapat menjadi yang terkuat, bahkan jika terus berlatih, dia akan menjadi lebih kuat dari Raja Wedden yang hanya memiliki satu garis keturunan penyihir.
*
Samar Egara tersenyum, hal itu terlihat oleh Ley yang segera mengerutkan dahi.
Huhh. Egara menghembuskan napas kasar.
"Hey, bisakah kau tidak selalu memperhatikanku seperti itu?" teriak Egara pada Ley yang mengiringinya.
"Aku hanya memastikan ketua pasukan baik-baik saja," sahut Ley. Dia lalu mengalihkan pandangannya.
Egara kembali diam. Dia mengingat saat ritual di kerajaan Barwest. Dia benar melindungi putri Barwest itu dari para hantu hutan, namun dengan hal itu dia juga mendapat energy tambahan dari Corea dan Cane. Itulah yang menyebabkan kedua wanita itu lemas setelah pertarungan Raja Wedden selesai, padahal mereka hanya saling berpegangan melingkar melindungi putri Leidy.
Egara memandangi telapak tangannya. Energy roh hutan, energy dua peri, lalu sedikit energy dari Raja Wedden. Setelah ini dia akan kembali mendapat tambahan dari energy kegelapan. Maka ini akan sempurna, karena dia akan menjadi satu-satunya yang sanggup dengan banyak energy dalam tubuhnya.
"Fokus ke depan! Kita akan beristirahat setelah tiba di hutan pertama!" teriak Egara yang memacu kudanya lebih kencang dari sebelumnya.
Ley dan Corea menjadi yang paling lambat diantara pasukan yang lain, namun mereka tidak ingin ketinggalan dengan terus memacu kudanya.
Mengetahui Corea yang tertinggal, Egara sempat melambat dan menyempatkan diri untuk menolah. Namun sesuatu menyadarkannya, sesuatu yang seolah membuatnya bertanya 'apa yang kau lakukan? Apa kau sungguh menyukainya?'
"Ah sialan!" umpat Egara pada dirinya sendiri. Dia lalu kembali fokus dengan perjalanannya dengan terus berdampingan dengan pasukan yang lain.
***