BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Tidak ada yang Berubah



Tidak ada yang Berubah

2Seluruh tubuh Putri Leidy dingin dan berpeluh. Napasya terasa sangat berat. Jelas sekali dia menahan sakit di tubuhnya, namun Corea dan Cane tidak apat memberikan bantuan selain memijat pelan bagian telapak tangan Leidy yang terus gemetar.     

"Bertahanlah Putri," ucap Cane yang membantu mengusap peluh di dahi dan tangan Leidy.     

Leidy hanya mengangguk samar, dia menggenggam erat tangan kedua wanita di sampingnya itu.     

Tidak adaseorangpun yang berani menengok keadaan di luar. Perjalanan mereka terasa tidak biasa karena kekuatan sihir sang Raja. Mereka hanya berharap kalau semuanya akan baik-baik saja, terutama keadaan Leidy.     

Corea menarik napas panjang. Dia sangat mengkhawatirkan Leidy. Walau dia sempat merasakan ketidaknyamanan saat bersama dengan wanita itu selama menjadi pendaming di kerajaan Northan, namun tidak dapat dipungkiri kalau Corea sangat peduli pada Leidy.     

Walaupun dia juga sangat marah sebelumnya karena kebaikannya dan pengorbanannya untuk membantu putri Barat itu tidak dianggap dan seolah sia-sia bagi keluarga besar Barwest.     

"Mungkin mereka lupa cara berterimakasih, atau bahkan belum mempelajarinya." Kurang lebihnya begitu kalimat yang diucapkan pangeran Soutra dahulu mengenai hal ini.     

.     

.     

Sementara itu di kerajaan Barwest. Raja Raddone yang telah siap menyambut para tamunya, sedang berdiri di halaman depan dengan mengenakan jubah kebesarannya lengkap dengan mahkota.     

Di tangan kirinya, ia memegang gelas kecil berisi Bruen yang sesekali ia teguk isinya.     

Gerombolan burung hutan berterbangan menyapa langit kerajaan Barwest.pemandangan yang indah, namun itu bukanlah hal biasa.     

Angina yang berhembuspun terasa berbeda, begitu deras dengan banyak membawa dedaunan bersamanya.     

Raja Raddone berdecak kesal, hal itu membuat halaman Kerajaannya kotor dan sangat tidak rapi.     

Sudah paham dengan tugas masing-masing, para pelayan dan prajurit segera membantu untuk membersihkan semua sampah yang jika dibiarkan akan semakin menumpuk.     

Raddone memandangi langit yang masih terang, jika perhitungannya benar, maka mala mini adalah bulan baru. Tidak pernah sebelumnya ia melakukan ritual atau apapun disaat bulan baru, namun kali ini sangat mendesak dan berharap pada keajaiban sihir.     

Para penjaga hutan Barwest sudah mengetahui mengenai keadaan putri Leidy. Beberapa prajurit bahkan telah melihat banyaknya bayangan hitam dari makhluk penaga hutan yang berkeliaran seolah tak tenang.     

Nimfa penjaga hutan juga telah mengetahuinya. Ialah yang akan dimusnahkan oleh Raja Wedden, karena roh alam yang selama ini menghidupkan Leidy juga berasal darinya.     

Saling menunggu, nasib dari Putri Leidy akan menjadi jelas setelah ini.     

Raja Raddone menarik napas panjang. Dari kejauhan dia dapat merasakan kalau pasukan yang membawa adiknya akan segera tiba.     

"Aku hanya mempersilakan Raja beserta seorang prajurit, juga dua pelayan yang menjaga adikku. Untuk yang lainnya, tahan saja di luar kerajaan," ujar Raja pada prajuritnya yang segera mengangguk patuh.     

"Ritual harus khusuk, tidak akan berhasil jika dihadiri oleh banyak orang terlebih mereka yang tidak dapat memberikan bantuan apapun," gumam Raddoneyang masih terdengar oleh prajuritnya yang lain.     

Seorang pelayan menghampiri Raddone dan menyampaikan kalau semua persiapannya telah siap.     

Raddone tidak begitu menanggapi, pandangannya tertuju pada sesuatu di kejauhan yang telah dia tunggu sejak pagi.     

"Persiapkan tandu!" teriaknya segera menghampiri pasukan dari kerajaan Northan yang telah berhenti di depan gerbang utama kerajaan Barwest.     

Raddone menyerahkan gelasnya pada seorang pelayan yang ada di dekatnya, kembali berteriak memerintah prajuritnya yang lamban.     

"Kakak …," ucap Leidy lirih saat ia keluar dari kereta dengan dibantu oleh Corea dan Cane.     

"Leidy, bagaimana keadaanmu?" segera saja Raddone memeluk erat sang adik. Tidak dapat berbohong, walau dengan amarah dalam hatinya namun jelas sekali kalau raja Barwest sangat mengkhawatirkan adiknya itu.     

Leidy hanya tersenyum, tubuhnya terlalu lemas untuk dapat memberikan respon lebih.     

Para prajurit dari kerajaan Barat membawa putri dengan tandu. Tnpa basa basi lagi Raddone bergegas menuju halaman belakang untuk melangsungkan ritual.     

Dia hampir saja melupakan Wedden, Raddone kembali berbalik dan mencari sosok Raja yang menjadi penanggung jawab utama atas keadaan Leidy.     

"Kau bersama seorang prajurit yang kau percayai, lalu kalian berdua. Ikutlah melakukan ritual ini," uajr Raddone tanpa basa basi.     

Wedden terlihat sudah siap dengan kalimat dari Raddone itu. Dia segera mengangguk paham dan mengajak Egara untuk bergabung. Sementara Ley, Tao, Raseel, Hatt dan pelayan serta prajurit yang lain hanya diperkenankan untuk menunggu di dekat gerbang utama.     

Mereka semua memilih untuk beristirahat, karena walau perjalanan yang mereka tempuh sangat singkat namun rasa lelah yang didapat terasa berlipat. Hatt bahkan segera merebahkan tubuh diatas rerumputan membiarkan aliran darahnya kembali normal setelah berkuda.     

Raja Raddone terus menggenggam tangan Leidy selama perjalanan menuju halaman belakang. Wedden meraba sakunya, memastikan kalau berlian dari penjaga hutan masih tersimpan dengan baik. Egara berjalan dengan tenang mendampingi, begitu juga dengan Corea dan Cane yang memilih untuk berdiam diri dan terus melanjutkan langkahnya.     

Corea masih mengingat beberapa sudut kerajaan Barwest. Satu hal yang sangat berbeda adalah … sikap Raddone yang menjadi semakin kasar, namun kecintaannya pada sang adik sama sekali tidak berubah.     

"Apa yang kau cari?" tanya Cane lirih. Dia mengetahui kalau Corea sedang mencari 'sesuatu' di lingkungan kerajaan.     

"Tidak ada," sahut Corea segera. "Hanya melihat-lihat untuk memastikan kalau Kerajaan ini masih kokoh seperti sebelumnya," sahutnya dengan senyum.     

"Begitukah? Lalu apakah ada yang berubah?" tanya Cane lagi.     

"Tidak sama sekali, hanya …." Kalimat Corea tertahan setelah dia melihat sosok Famara yang menghampiri Raja Raddone dengan membawa baki berisi semua perlengkapan ritual.     

"Hanya?" Cane penasara dengan kelanjutan kisah si peri lembah.     

"Hanya ada beberapa bagian yang baru, kurasa." Corea lalu menunjuk sebuah taman kecil yang dipenuhi bunga di sepanjang jalan yang mereka lalui.     

"Emm kurasa mereka sekarang memiliki penata taman yang handal," sahut Cane.     

"Emm, kurasa juga begitu," imbuh Corea lagi.     

Egara yang sejak awal menyimak percakapan kedua wanita itu hanya diam. Tanpa dibertahu apapun, dia telah mengetahui tentang semuanya termasuk kalimat yang diucapkan oleh Corea dalam hatinya.     

Sesekali Egara memandangi sekitar. Benar tidak ada perubahan.     

Putri Leidy dibantu untuk duduk. Sebelumnya ia harus meminum air suci terlebihdulu sebelum memulai semua rangkaian acara.     

Tidak begitu banyak hal yang terjadi saat ritual. Sejak awal mereka datang bahkan penjaga hutan telah menolaknya.     

Wedden langsung berkomunikasi dengan roh alam, semula ia meminta dengan baik dengan menawarkan sebuah perjanjian. Namun gagal karena penjaga hutan menginginkan wanita itu sebagai media untuk mendapatkan energy manusia. Lagipula, sejak awal seharusnya pihak keluarga Barwest sudah memahaminya kalau hidup si putri bungsu ada di tangan alam, tidak dapat hidup jika tanpa roh alam.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.