BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Bertemu dengan Pangeran Soutra



Bertemu dengan Pangeran Soutra

0Wedden membantu Ser dengan ranting pohon berdaun banyak untuk menyerang pasukan lebah hutan. Sementara Corea, dia meniupkan angina kencang hingga pasukan lebah itu berterbangan kesana kemari dan pergi dari Seredon.     

"Hey bisakah kalian pergi!" teriak Ser yang rupanya masih dikejar oleh beberapa ekor lebah.     

Corea yang mengetahui hal itu segera mengusirnya dan menarik tubuh Ser hingga bertabrakan dengan tubuh Wedden.     

Fuuuhhh …     

Corea kembali meniupkan angin pada pasukan lebah. Bukan hal yang sangat berbahaya, namun hanya dari serangan mereka yang sedikit saja, tubub ketiga pengelana itu telah mengalami bengkak dan nyeri nyaris di seluruh tubuh.     

"Kau harus lebih berhati-hati," ujar Corea yang segera berbalik dan menatap Ser lekat.     

Bocah itu hanya mengangguk, namun dari tatapannya, bocah itu Nampak meriang. Segera saja Corea menghampirinya dan mengecek suhu tubuhnya.     

"Siapa kalian! Apa yang kalian lakukan disini!"     

Terdengar saura pria berat dan sangat nyaring dari balik semak yang semula hendak diintip oleh Wedden dan Ser.     

Berjubah hitam dengan tubuh besar dan berjambang, sorot mata mereka saling bertemu. Wedden dan Ser dapat mengenali mereka, lebih tepatnya mereka sangat familiar dengan para pria yang berpenampilan seperti itu.     

"Kalian siapa!" tanya Corea balik dengan suara yang tidak kalah nyaring.     

"Kau sungguh wanita?" celetuk salah seorang pasukan berjubah hitam. Hal itu membuat Wedden teringat akan sesuatu.     

"Hey apa kalian pasukan yang menangkap kami waktu itu? Kalian mengingatku?" tanya Wedden sedikit antusias.     

"Benar," jawab pria berjambang tipis yang semula diam. "Dan kami sedang mencari kalian," imbuhnya.     

Seredon segera bersembunyi dibalik tubuh Wedden. Dia yang sebelumnya juga mendapat perlakukan tidak menyenangkan dari pasukan berjubah hitam itu merasa tidak nyaman untuk kembali bertemu disaat mereka sedang tidak siap.     

"Ikutlah dengan kami, seseorang telah menunggu kalian." Wite dan Mod membiarkan tiga anggota pasukan menggiring langkah Wedden, Corea dan Ser.     

Corea hendak memberontak, namun Wedden memberinya istyarat untuk tetap diam dan mengikuti perintah mereka.     

"Terakhir kami bertemu, mereka membiarkan kami pergi. Kurasa dia tidak akan mencelakai kita," bisik Wedden pada kedua rekannya yang melangkah dengan berat hati.     

Beberapa saat sebelum pasukan berjubah hitam menemukan Wedden dan kedua rekannya, mereka mendengar ada suara rebut dibalik semak yang tidak jauh dari tempat mereka beristirahat.     

Suara teriakan Ser adalah yang paling mengejutkan, hal itu pula yang membuat Nig memerintahkan pasukannya untuk mengecek apakah ada pasukan lain yang sedang mengintai dan membahayakan bagi mereka.     

Nig sedang bersama dengan Ren juga beberapa pasukan yang tertinggal sedang membakar kelinci hutan untuk makan malam. Mereka berburu dan berhasil menangkap sedikitnya lima hewan yang akan mereka makan sekaligus.     

Sejak awal mereka memutuskan untuk membantu pasukan Wedden, mereka tidak ingin membuang banyak waktu agar tujuan mereka segera tercapai, yaitu tiba di Selatan dan mengalahkan kegelapan.     

"Aku menemukan mereka, Nig." Wite kembali ke tempat pasukan Tentara perbatasan hutan timur berkumpul.     

Pandangan Wedden dan dua rekannya segera tertuju pada seorang pria berambut panjang merah muda yang sedang menyiapkan api di dekat Nig, ketua pasukan berjubah hitam itu.     

Nig menatap ketiganya degan seksama, dia lalu mengangguk dan memberikan isyarat pada Wite dan Mod untuk mengajak mereka bergabung.     

"Pangeran! Kenapa dia disini? Ada apa? Apa kalian menangkap dan akan menawan kami lagi?" Tanya Wedden nyaring, namun masih tidak dihiraukan oleh Ren yang nampak sibuk.     

"Argh bisakah kau tutup saja mulutmu itu!" ujar Nig kesal.     

Wite menepuk pelan bahu Wedden. "Kami menyelamatkan dia dari perangkap Ratu Putih. Kurasa dia masih belum sepenuhnya pulih, jadi tidak perlu memaksanya untuk dapat kembali seperti semula," ujarnya.     

Wedden terdiam.     

"Dia …," ucap Ser tertunda. Pandangannya segera bersambut dengan pandangan Pangeran Soutra yang tiba-tiba menoleh kearah mereka datang.     

Ren segera berdiri setelah melihat Wedden, dia jelas mengingatnya. Wedden, Ser dan Corea menghampiri Ren untuk menyapa dan memastikan kalau keadaan Pangeran Soutra itu benar-benar baik-baik saja.     

Masih dengan sikap dinginnya, Ren menyapa mereka dan sedikit bercerita tentang apa yang terjadi. Tidak banyak yang dia ceritakan, hanya beberapa hal dia ingat.     

Nig sedikit melirik pasukan yang 'temu kangen' lalu mehela napas panjang. Dia memiliki tugas untuk memberikan bantuan dan mengringi perjalanan Wedden, dia paham betul dengan itu. Dia juga harus mulai bersikap baik, setidaknya selama mereka tidak menyebabkan masalah.     

Suasana di tempat istirahat itu semakin hangat saat semua api telah menyala, sekitar ada tiga api unggun dengan dua diantaranya yang digunakan untuk membakar kelinci.     

Wite menjadi juru bicara ketua pasukan, dia yang menjelaskan semuanya. Mengenai surat perintah Raja hingga rencana perjalanan mereka untuk menuju Barat yang kemudian disesuaikan dengan perintah dari Rader, putra kegelapan, yang disampaikan pada Wedden.     

Tidak ada yang aneh dengan Ren, setelah beristirahat cukup, dia kembali seperti biasa yang juga bicara mengenai perjalanan saat matahari terbit dan beberapa hal untuk menjaga keselamatan mereka selama perjalanan.     

"Aku pernah ke hutan Wilayah Barat, kurasa disana lebih aman dari Wilayah Timur. Hanya saja kita akan dipertemukan dengan banyaknya wilayah sungai bahkan rawa," kata Ren mencoba mengingat perjalanan berburunya dahulu.     

Mod mengangguk, dia menyetujui kalimat Pangeran Soutra itu. "Kita bisa melewati jalan yang nyaman, jika mau. Tapi itu akan membutuhkan waktu lebih panjang karena jalan yang memutar cukup jauh," ucapnya.     

"Maksudmu padang kaktus hijau?" tanya Ren yang segera diiyakan oleh Mod yang sedang makan.     

"Itu jalan yang lebih berbahaya kurasa. Kita bisa saja kembali ditemukan oleh Kucing raksasa dan akan tewas bahkan sebelum berhasil mencapai gerbang Wilayah Barat," kata Ren.     

"Ahh aku hanya mengatakan itu sebagai informasi tambahan, tidak perlu dipikirkan," uajr Mod.     

"Melewati banyak sungai dan rawa membutuhkan kecekatan untuk melompat dan manahan tubuh diatas kayu atau batu kecil. Apa kalian bisa seperti itu?" tanya Nig menatap Wedden.     

"Aku? Tentu!" sahut Wedden penuh percaya diri.     

Nig mengangkat kedua alisnya, dia meragukan pria Vitran itu namun kali ini dia memutuskan untuk percaya.     

"Kita berangkat saat matahari terbit, aku akan memimpin kalian," ujar Nig yang segera bangkit untuk mencari tempat merebahkan tubuh.     

"Maaf! Kurasa aku yang akan memimpin perjalanan." Ren berdiri, dia menahan langkah Nig.     

Keduanya saling bertatap cukup lama. "Berhentilah bersikap kalau kau adalah seorang pangeran. Aku adalah prajurit terbaik Wilayah imur! Aku yang akan memimpin kalian!" suara Nig meninggi. "Jika kalian tidak ingin, kalian bisa pergi sebagai pasukan yang berbeda. Tetapi jangan pernah menyebut kami tidak mau membantu kalian."     

Nig menatap Ren tajam. Kedua pria berambut panjang itu menampakkan kekuatan masing-masing dalam diam.     

Ren tidak mengatakan apapun lagi, namun Nig segera berbalik dan pergi.     

Wedden yang merasa tidak nyaman segera berdiri dan menepuk pelan bahu Pangeran Soutra agar pria cantik itu tenang.     

Pasukan berjubah hitam yang lain juga segera bersiap untuk istirahat setelah membereskan sisa makanan dan mematikan api.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.