Berlanjut Menuju Barat
Berlanjut Menuju Barat
Mereka juga memberi peringatan untuk tidak membunuh lebih banyak karena akan datang lebih banyak pasukan ular yang akan menyerang mereka semua.
Setelah membuat keadaan semakin aman, mereka semua segera meninggalkan sarang ular itu menuju tempat yang kering dan dibawah terik matahari.
Cane berperangai ketus dan kasar, hanya dari sorot matanya, Wedden dapat menilai kalau wanita itu lebih mengerikan dari Ren ataupun Nig.
Pasukan peri hutan nan cantik-cantik itu masih terus menemani langkah pasukan Wedden dan Nig hingga ke tempat yang dirasa aman.
Corea sempat berbincang sejenak dengan ketua pasukan peri wanita itu, tanpa ada ekspresi apapun sehingga Wedden dan para pria lainnya tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
Saat tiba di batas hutan dengan tanah luas yang menghijau Cane dan pasukannya menghentikan langkah dan nampak mengangguk pelan dengan Corea.
"Kami tidak bisa mengantar kalian ke Barat. Kami akan mencari pasukan tambahan untuk membantu kalian bertarung di Selatan. Bisakah kalian pastikan kapan kita akan berkumpul dan bersiap untuk berperang?" ujar Cane pada Wedden.
"Kalian akan membawa berapa banyak? Apa itu akan segera?" tanya Ren.
Cane nampak mengerutkan dahinya, bukan sesuatu yang baru bagi Ren kalau ada seseorang yang merasa aneh dengan dirinya yang cantik.
"Kami telah mengirim setidaknya dua puluh ribu pasukan, aku dapat menambahkan lagi dari kerabat di wilayah lain," jawab Cane. "Aku hanya berharap, usaha dan perjuangan semua orang tidak akan sia-sia. Kuharap, kau memang layak untuk dibantu dan menjadi raja yang baru," imbuhnya. Tatapan Cane tajam pada Wedden yang juga membalas tatapannya.
"Aku memang bukan calon raja, tapi aku akan membantu untuk mengalahkan kegelapan dan mendamaikan dunia." Ucapan Wedden sama sekali tidak terdengar ragu.
Cane tidak berekspresi.
"Maaf, Nona. Tapi tidak bisakah kalian mengantar kami hingga memasuki wilayah Barat?" celetuk Mod dari barisan belakang.
"Kukira kalian adalah pasukan yang tangguh dan tidak membutuhkan bimbingan para wanita," sahut Cane.
"Kalian hanya perlu berjalan terus hingga tanah luas hijau ini berakhir, maka kalian akan menemukan gerbang pertama. Ah aku yakin kalianpun tahu tentang hal ini. Baiklah, aku tidak ingin membuang waktuku lebih banyak lagi. Kami akan pergi sekarang." Cane dan pasukannya kembali memasang tudung kepala mereka.
"Ahh Cane ...," tahan Corea yang menunda langkah wanita bertudung itu.
"Jangan halangi langkahku lagi, Corea. Apa kau masih tidak mengerti dengan kalimatku tadi!" sentak Cane yang berhasil membuat Corea terdiam.
Wedden iba, dia belum pernah melihat Corea yang notabennya adalah seorang Putri diteriaki oleh orang lain yang jika hanya dilihat sekilas, wanita itu hanya seorang peri petarung.
Namun Wedden segera mengalihkan perhatiannya, dia tidak ingin Corea menjadi tidak nyaman karena Wedden mendengar sedikit ucapan Cane padanya.
Mod mendengkus, ia lalu terdengar memuji pasukan wanita petarung yang tangguh itu. Namun tidak dengan ketua pasukan, Nig. Sejak awal dia melihat Cane, dia nampak tidak suka dan dia bahkan sama sekali tidak ingin merespon wanita itu dan semua anak buahnya.
"Kita menuju sisi kiri untuk istirahat dan minum!" teriak Ren mengejutkan. Ia lalu menghampiri Nig dan sedikit meliriknya.
Tidak ada interaksi selain itu, namun keduanya nampak setuju dan segera berjalan bersama menuju sisi kiri hutan yang teduh
Tanah luas nan hijau sungguh tidak berujung saat dipandang dari tempat mereka berdiri sekarang.
Ser berdecak, namun dia tidak mengucapkan apapun setelahnya.
"Hey Nona peri! Apa kau mengenal pasukan wanita tadi?" tanya Nig pada Corea yang sedang mengambil air di anakan sungai kecil yang mengalir tenang.
Corea menoleh lalu mengangguk singkat. Setelah dia minum ia lalu mulai memberikan jawaban yang panjang.
"Dia adalah seorang peri hutan yang berada di wilayah Selatan, seluruh keluarga besarnya juga banyak peri yang menjadi korban dari serangan Kimanh. Mereka yang tersisa segera mengasingkan diri. Kami saling kenal karena dia sempat berkunjung ke tempat kami untuk mencari peri lain. Berhubung kami tidak memiliki hubungan baik dengan peri hutan lainnya, kami tidak memperkenankan dia untuk mendekat. Hingga akhirnya ayahku bersedia untuk membantunya. Aku dan Cane tumbuh bersama, dia cukup dengan Hatt, bahkan pria tengil itu meminta untuk dinikahkan. Ahh masih sangat bocah. Tapi suatu hari, saat kegelapan kembali menyebarkan sihir mereka, Cane menghilang dan kami sama sekali tidak mengetahui kabar mengenai dirinya hingga suatu saat aku mendapat kabar dari seorang prajurit yang mengatakan kalau mereka bertemu dengan Cane di dalam hutan bersama dengan koloni besar kerajaan.." Corea menceritakan semuanya.
"Dia mengatakan sesuatu tadi? Kalian nampak bicara serius?" tanya Nig lagi.
Corea menggeleng. "Dia hanya mengatakan kalau dia telah menemukan keluarganya. Keluarga yang benar-benar menerima dan memperlakukannya dengan tulus. Dia bilang, dia menemukan rumah."
Hening sejenak, semua orang sedang mendengarkan kisah dari peri wanita itu.
"Kau yakin kalian tidak memiliki masalah sebelumnya? Kurasa dia membencimu," celetuk Wedden.
"Kami berteman baik. Selalu bersama dan tumbuh menjadi petarung yang hebat. Kurasa dia merahasiakan sesuatu," sahut Corea.
"Apapun masalahnya itu tidak penting. Dia dan pasukannya hebat, kurasa mereka dapat menjadi pasukan yang baik.." Ren bersuara, dia mengedarkan pandangannya dan menikmati udara yang mulai terasa sejuk.
Beberapa pasukan lain membersihkan sebagian tubuh mereka. Perjalanan masih sangat jauh, namun mereka dapat bernapas lega karena dapat melihat langit dan menikmati angina yang melintas.
Namun sayangnya hal itu tidak bertahan lama. Mereka kemudian mulai melihat awan hitam yang bergerak cepat.
Wedden memicingkan kedua matanya, memastikan kalau hal itu bukanlah awan melainkan pasukan gagak yang dikirim Kimanh untuk mencarinya.
"Sial! Mereka akan menyerang kita!" ucap Wedden nyaring. Ia segera berdiri dari tempatnya duduk dan panik.
"Tenanglah! Mereka tidak akan mengenalimu dari kejauhan," ujar Ren.
"Mereka tidak ditugaskan untukmu. Lihat saja cara mereka terbang jelas dengan gerakan lurus ke depan dan seirama. Kurasa Kimanh ingin menyerang wilayah Barat," sahut Nig.
"Ah apakah mereka akan baik-baik saja? Maksudku … seluruh penduduk Barat?" tanya Wedden.
"Entah. Apa kau ingin mengetahuinya segera?" tanya Nig. Pria berambut panjang itu berdiri dan seolah siap untuk kembali melakukan perjalanan panjang.
"Istirahatlah dulu! Kau bahkan belum dapat mengendalikan kekuatanmu," sahut Ren.
"Walau kau hidup sebagai manusia, kau tetaplah keturunan penyihir. Sehingga kami sangat berharap kalau kau dapat melakukannya.," imbuh Ren. "Apa kau tahu? Kalimat Cane sesungguhnya mewakili pemikiranku."
Wedden cukup terkejut.
Nig segera menarik napas panjang, diamenunduk sejenak lalu menatap lekat Wedden. Sikapnya itu seolah menandakan kalau diapun sependapat dengan Ren.
"Akupun berharap seperti itu. Aku dapat menyelamatkan dunia dan tidak menyia-nyiakan perjuangan kalian semua," ucap Wedden dengan suara beratnya.
"Maka munculkan api dari tanganmu!" seru Ren.
***