BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Peri Hutan Pembunuh Hebat



Peri Hutan Pembunuh Hebat

1Setelah hal itu, semua orang segera siaga dengan apapun yang ada di sekitar mereka. Wedden berjingkat mendekat pada Ren yang masih kalem dengan memekakan pendengarannya. Sementara Ser yang sudah nyaris menangis karena merasa takut dan jijik, kembali tenang saat ia dihampiri Mod dan ditepuk pelan bahunya.     

"Tenanglah, mereka tidak menghisap darah manusia. Mereka memakan kayu, mereka tadi hanya menempel karena mungkin merasa ada tempat bagus untuk hinggap," ujar Mod yang berjalan didekat Ser.     

Ser jelas sekali masih sangat takut, Mod menyuruhnya untuk selalu siap dengan belatinya untuk berjaga-jaga.     

Wedden mendadak merinding hebat saat ia merasakan sesuatu terasa menyentuh kakinya di dalam air keruh. Pandangannya tertuju pada ujung rawa, masih cukup jauh dan akan cukup untuk membuat dirinya semakin merinding geli juga ketakutan.     

"Percepat langkah kalian! Dengan begitu makhluk itu (lintah) tidak akan dapat menempel, karena mereka hanya akan menempel pada media yang diam," seru Nig yang memahami keadaan pasukan.     

Wedden, Ser, dan Corea segera menuruti perkataan ketua pasukan berjubah hitam itu. Namun tidak dengan Ren, sang Pangeran Soutra masih memilih untuk berjalan santai.     

Nig yang melihatnya hanya diam dan mengabaikan.     

Suasana di sekeliling menjadi semakin hening. Suara angin yang menyapa dedaunan diatas mereka yang semula cukup ribut kini sepi. Ren kembali mengedarkan pandangannya, tidak ada suara apapun ayng mencurigakan, dia yakin.     

Nig juga nampak siaga.     

Kembali melanjutkan langkah, para pasukan akhirnya tiba di penghujung rawa. Seluruh kaki mereka tidak lagi tenggelam di air keruh, namun belum juga sepenuhnya menapak ke tanah yang keras.     

Srk srk.     

Ren memerintahkan pasukan di dekatnya untuk diam, begitupun dengan Nig yang segera mengedarkan pandangan kearah dahan pohon yang tinggi.     

"Ada apa?" tanya Wedden penasaran.     

"Kita mendapatkan tamu," gumam Mod yang segera menarik pedangnya.     

Hanya dalam hitungan detik, belum sempat para pasukan yang berjumlah belasan itu bersiap keseluruhan, mereka telah dikejutkan dengan hadirnya puluhan anak panah yang menghujam tanah mengelilingi mereka.     

Anak panah perak, nyaris sama dengan milik pasukan Corea, hanya saja lambang sayapnya berwarna hitam.     

Merasa déjà vu dengan suasananya, Ser menoleh Wedden yang sedang mengamati anak panah. Ser sedikit membayangkan tentang pasukan yang akan menyerang mereka.     

Setelah melepaskan sekali anak panah, rupanya 'tamu' mereka belum puas. Mereka kembali melepaskan anak panah dengan jumlah yang lebih banyak hingga benar-benar membuat pasukan Wedden berada di lingkaran anak panah yang sangat rapat.     

Sempat melihat sekilas, Wedden tahu kalau pemilik anak panah itu sedang bersembunyi dibalik pohon-pohon yang tinggi.     

"Hey! Keluarlah! Kenapa kalian menyerang jika hanya mampu bersembunyi? Kalian pengecut?" teriak Wedden nyaring dengan suara yang terdengar nyaris di seluruh bagian wilayah yang hening.     

Hal itu cukup mengejutkan pasukan lainnya, karena tidak seperti biasa pria Vitran itu berkata kasar dan bersikap seperti seorang kesatria sungguhan.     

"Hey Corea, kurasa kau bisa bicara dengan mereka." Wedden sdikit berbisik pada Corea.     

Corea mengerutkan dahi, belum sempat ia memberikan respon untuk perkataan sang pewaris raja Elf, Corea telah bergerak cepat untuk menyingkirkan tubuh Wedden dan menyerang seseorang yang datang dari atas dahan pohon tinggi.     

BRRUK!!     

Tubuh Wedden terjatuh di dekat Seredon. Hal itu sontak membuat pasukan yang lain memasang sikap siap bertarung.     

Kini telah ada puluhan pasukan berjubah emas yang mengepung langkah pasukan Wedden. Semuanya menutup bagian wajah hingga tidak terlihat identitas mereka. Namun dari busur dan anak panahnya jelas menunjukkan kalau mereka adalah pasukan peri, entah peri hutan atau peri lembah.     

"Siapa kalian?!" tanya Nig lantang.     

"Kalian yang siapa?! Berani beraninya memasuki wilayah kami tanpa permisi!" ujar salah seorang yang diduga oleh Wedden dan kawan-kawan adalah sebagai ketua pasukan. Suaranya terdengar lembut, namun mereka tidak dapat memastikan apakah wanita atau pria.     

"Cane? Apa itu kau?" ucap Corea yang tetiba merasa kenal dengan suara peri itu.     

"Siapa kau! Jangan mencoba untuk menjebakku dengan kepura-puraanmu! Katakan siapa kalian dan apa tujuan kalian kemari!" suara ketua pasukan peri itu kembali nyaring.     

Nig hampir menjawab, namun Corea memintanya untuk diam. Peri lembah wanita itu meniupkan angin yang cukup kencang pada beberapa orang yang berdiri di hadapannya. Tiupannya itu berhasl membuat tudung kepala jubah emas yang pasukan itu kenakan terjatuh dan menampakkan sebagian wajah mereka yang tidak tertutup penutup wajah.     

Hal unik sekaligus mengejutkan adalah … rupanya mereka semua adalah peri wanita petarung, jelas terlihat dari sorot mata juga rambut mereka yang panjang dan rupawan.     

"Argh! Beraninya kau!" teriak ketua pasukan itu segera menatap Corea tajam.     

"Hey berhentilah bersikap seperti ini! Aku yakin kalian sudah mengetahui tentang kami," ujar Corea. "Pasukan kami telah tiba di kerajaan kalian, 'kan?" imbuhnya.     

Pemimpin pasukan yang benar bernama Cane mendengkus kasar. Dia memang telah mengetahui semuanya, namun dia membenci jika harus benar-benar berbuat kebaikan kepada pasukan penerus Raja Elf.     

Sempat beberapa saat saling diam dengan keadaan pasukan Wedden masih tertahan oleh barisan anak panah, akhirnya pasukan Cane mengaku kepada Corea.     

"Aku hanya perlu memastikan apakah kalian adalah orang yang benar dan bukan pasukan asing yang menyamar," aku Cane.     

Pasukan peri wanita itu rata-rata memiliki kecantikan yang dapat disebut tidak sesuai dengan paras pembunuh.     

Setelah menjelaskan semuanya, mereka lalu kembali membiarkan pasukan Wedden untuk melanjutkan perjalanan. Paras Cane dan pasukannya tidak terlihat gembira, namun mereka benar-benar tidak menyakiti atau melukai siapapun dari pasukan yang mereka anggap asing itu.     

Srk srk!     

Kali ini Nig yang menghentikan langkah seluruh pasukan. Semuanya kembali siaga, namun mereka segera menatap sekitar dimana pasukan Cane masih mendampingi langkah pasukan Nig.     

Srk srk!     

Semakin jelas dan sangat nyaring, semua orang siap dengan posisi tempurnya masing-masing.     

"Ini ular raksasa," celetuk Wite yang merasa tidak akan ada hal lain selain hewan itu yang mampu mengeluarkan suara mengerikan.     

Nig dan Ren memerintahkan pasukan untuk mempercepat langkah dan mengabaikan suara dahan yang terus berderak karena sesuatu yang melewatinya.     

Namun saat mereka fokus dengan langkah cepat, pasukan wanita peri hutan telah bersiap dengan anak panah dan segera melepaskannya pada sebuah pohon yang menjulang tinggi.     

Siapa sangka kalau yang sedang para wanita peri hutan itu serang adalah seekor ular raksasa dengan warna yang berkamuflase dengan alam sekitar.     

Berukuran sangat besar, ular itu bahkan masih sempat meraih tubuh salah satu pasukan Wedden dan mencengkeramnya erat hendak dijadikan makanan.     

Nig tidak terima dengan hal itu, ia dan pasukan lain segera memberi perlawanan pada ular raksasa itu guna menyelamatkan pasukan dan semuanya.     

Semula ular yang dilawan Nig hanya seekor, namun rupanya mereka sedang sial karena harus berada di tempat yang merupakan sarang dari para hewan melata raksasa. Hal itu cukup membuat semua pasukan ketakutan dan segera menyerang dengan membabi buta.     

Pasukan peri hutan wanita yang sudah terbiasa dihadapkan dengan makhluk itu, segera memberikan perlawanan semampu mereka. Dengan berbagi tugas, para wanita itu memamerkan kepiawaiannya bertarung dan membunuh yang memukau.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.