Perang di Barat
Perang di Barat
Ribuan buruk gagak juga telah tiba dan menyerang, mereka adalah pasukan pembunuh yang sulit untuk dikalahkan. Ukuran gagak yang kecil dan juga mampu berterbangan, membuat sebagian warga harus semakin gesit untuk menyerang balik burung-burung itu.
Sang Raja menjaga wilayah kerajaan yang mulai dipenuhi oleh warga yang berlindung dari kegelapan. Dengan ratusan prajurit, kerajaan dijaga ketat dengan perlindungan berlapis.
Sementara Raddone memimpin pasukan perang melawan kucing sihir dan gnome hutan yang mulai memasuki wilayah Barat. Bersama dengan para tamu yang bahkan belum disambut kedatangannya, Raddone terus menyerang dan menyelamatkan sebagian warga yang tersisa.
Hatt dan Raseel melepas banyak anak panah ke berbagai arah. Keahlian yang mereka miliki sejak kecil itu membuat keduanya tidak pernah luput sasaran.
Tao dan Ley, keduanya sibuk dengan pertarungan yang lebih menggunakan tenaga. Pedang mereka berlumuran darah. Si kecil Tao bahkan sempat mendapat serangan dari gnome hutan dengan batu besarnya, beruntung Ley dapat melindungi sang adik dan membereskan gnome hutan itu.
Belum sempat bertegur sapa, Pangeran Barat hanya membaca gerakan dari para pria Utara dan mengira-ngira kalau keempatnya adalah orang baik.
Leidy memimpin pasukan prajurit wanita di sisi lain. Tugas utama mereka adalah menyambut dan menyelematkan keturunan terakhir sang raja Elf yang telah mereka dengar kabar kedatangannya.
Leidy sebenarnya bukankah tuan putri yang jago bertarung, dia hanya memiliki keahlian sebagai tuan besar dengan segala titahnya. Namun dalam keadaan mendesak seperti sekarang, dia mau tidak mau harus turun tangan dan ikut membantu keselamatan warganya.
Rambut putih yang digelung tinggi dengan beberapa hiasan bunga nan cantik, gaunnya yang berjuntai berwarna coklat muda, penampilan tuan Putri Leidy benar-benar anggun.
Perempuan itu sedang diatas kuda putihnya bersama beberapa prajurit wanita dan pria, menunggu di gerbang perbatasan Wilayah.
"Apa mereka sudah terlihat, Putri? Aku khawatir gnome hutan mampu mengalahkan pasukan kita dan kemari sebelum kita menyelematakan keturunan Raja Elf itu," ujar seorang prajurit pria yang baru kembali dari penjagaan bersama sang Pangeran Raddone.
"Kurasa aku melihatnya," sahut Leidy tenang. Pandangannya tertuju pada beberapa titik hitam samar di padang rumput yang sangat luas erbentang dihadapannya.
Hanya dalam hitungan menit, angina kencang mulai berhembus dengan awan yang mulai gelap. Bukan hal bagus.
Leidy memerintahkan semua prajuritnya untuk menjemput sekelompok pria berpakaian hitam yang sedang menuju kerahanya itu dengan semua kuda yang ada.
"Jangan lengah! Segera bawa mereka ke kastil belakang!" perintah Leidy nyaring.
Pasukan Wedden, Ren, dan para pria prajurit perbatasan hutan Timur sangat terkejut dengan kedatangan pasukan prajurit Barat. Namun kemunculan sosok Putri yang memimpin pasukan berkuda itu membuat Wedden dan pasukanna yakin serta merasa aman.
Terlebih saat keadaan langit tidak lagi bersahabat, semuanya segera saja pergi menuju kastil belakang seperti yang iperintahkan tuan Putri mereka.
Sama dengan Pangeran Raddone yang belum berkenalan dengan tamunya, Putri Leidypun belum berkenalan namun telah membawa semuanya ke tempat persembunyian yang dianggap paling aman.
Perempuan itu bahkn belum bisa memastikan pria mana yang merupakan Keturunan Terakhir sang raja Elf.
Tatapan Leidy tertuju pada Ren, namun sosok berambut merah muda itu tidk terlihat seperti peri. Dia kembali melirik Corea, jelas sekali kalau peri itu perempuan, sudah pasti bukan keturunan Raja Elf.
"Ada yang mendekat," uajr Ren cukup nyaring. Hal itu segera membuat semua orang bersiaga dengan hal sekitar.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, pasukan berkuda telah tiba di sebuah kastil yang berukuran sedang. Itu adalah kastil penjagaan yang juga digunakan untuk memantau perbatasan hutan Barat.
Mereka masuk dan menutup gerbang tinggi lalu mengamankan kuda dari pandangan para kucing sihir.
"Kalian berlindunglah disini untuk sementara, ketika keadaan pulih kita akan keluar dan melanjutkan perjalan menuju Selatan," ujar Leidy yang sangat panik.
Leidy belum pernah mengalami perang sebelumnya, hal itulah yang membuatnya sangat takut namun harus tetap menjaga sikap karena dia tidak ingin disebut lemah.
"Kau yakin kami harus berdiam di tempat ini? Kurasa jika kami ikut bertarung, maka semuanya akan segera beres," ujar Nig yang tidak suka dengan penyambutan wilayah Barat.
"Diam! Ikuti saja perintahku atau kalian tidak akan selamat!" sentak Leidy nyaring.
Hening sejenak.
"Maaf, Nona. Bisakah kau jelaskan terlebihdulu tentang apa yang terjadi dan kenapa kami diasingkan? Kau tidak ingin kami terluka karena bertarung dengan kucing sihir?" tanya Wedden.
"Nona percayalah, kami terlatih. Kami dapat membantu kalian," imbuhnya.
Rupanya kaliamt Wedden itu membuat Leidy tidak nyaman. Perempuan itu segera menatap Wedden lekat.
"Apa kau meremehkan kami? Kami mengalami perang seperti ini karena menyelamatkan kalian! Kalian justru ingin bertarung? Kalian ingin membuat kami terlihat buruk karena membiarkan itu terjadi? Hah!" kedua bola mata Leidy melotot ngeri.
Nig menarik napas panjang, dia seolah dapat merasakan ketakutan pada Leidy hanya dari sorot matanya.
"Kalian ingin melindungi Keturunan Terakhir Raja Elf, 'kan? Maka biarkan dia dikurung ditempat ini sementara kami membantu peperangan diluar. Apa kau tahu, Nona. Ini tidak adil. Aku sebagai seorang petarung akan merasa sangat terhina karena hanya diam saat diluar ada peperangan berdarah," ujar Nig.
Sempat hening. Leidy masih menatap semua orang dengan lekat dan otot dahi yang nampak menegang.
Suasana berubah seketika saat terdengar suara lengkingan kucing hitam diluar kastil dan suara hentakan kaki para gnome hutan serta angina dengan aroma busuk.
Leidy semakin panic, dia sempat melangkah mundur walau akhirnya dia kembali menahan diri.
"Kurasa kau adalah tuan Putri. Benar, 'kan? Maka ijinkan aku membantumu dan melindungi wilayahmu, Nona." Corea menghampiri Leidy dengan ramah.
Sempat tidak memberikan respon, namun Leidy tidak memiliki jawaban selain 'iya' untuk para tamunya itu, terlebih saat ia mendnegar dengan jelas suara para rajurit saat melawan pasukan kucing sihir dan gnome hutan.
Wedden dengan ditemani oleh Ser, lalu Putri Leidy dengan ditemani seorang prajurit pria, masih bertahan di dalam kastil yang lebih aman sementara pasukan lainnya turun ke medan perang.
Leidy mengintip dari jendela kecil, pandangannya tertuju pada pepohonan di sekitar mereka yang menyaksikan pertarungan berdarah itu.
Sedikit terlihat olehnya dahan kayu yang bergerak tidak seirama seperti jika itu terkena angin pada biasanya. Segera saja ia mengerutkan dahi, lalu detik berikutnya dia mencoba untuk bergumam seraya memanggil pelan.
'Pasukan Pohon Ajaib, bantulah kami. Lindungi wilayah Barat dari kejahatan', gumam Leidy yang terdengar samar oleh Wedden.
Untuk sasaat si keriting Wedden tertawa, dia seketika mengingat dirinya yang dulu yang berusaha untuk membangunkan air di sungai dan meminta bantun untuuk mengalahkan kegelapan.
***