BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Tidak Baik



Tidak Baik

3Seorang pelayan wanita sedang memetik tomat di kebun seorang diri. Dia hendak menyiapkan makan malam untuk Raja juga para pendamping juga menyajikan banyak hasil kebun yang segar. Angin sepoy yang menyapa lembut membuatnya merasa tenang setelah sebelumnya disapa badai yang sangat meresahkan.     

Tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti saat ia melihat suatu objek yang sangat tidak biasa di perkebunan.     

Perlahan ia mendekati, mulai terlihat olehnya sepasang kaki yang terbujur kaku lalu semakin ia mendekat semakin jelas pula sosok pria berseragam terbaring kaku dalam keadaan pucat membiru dan cidera di bagian leher juga lengannya.     

Pelayan itu sempat mematung sejenak lalu berteriak sekencang mungkin semampunya karena tidak tahu lagi harus melakukan apa.     

"Aaaaaaaaa!!!"     

Teriakan pelayan dari halaman belakang terdengar nyaring hingga ke dalam Kerajaan.     

Semua orang yang dikejutkannya segera berlari untuk mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.     

"Aaaaaa! Tolong! Ada mayat!" teriak pelayan lagi. Dia telah terduduk karena seluruh tubuhnya lemas dan hanya kuat untuk berteriak.     

Seluruh prajurit dan pelayanan yang ada di sekitar segera menghampiri wanita itu, begitu juga dengan Raja, Ley dan Raseel yang belum selesai menikmati minuman mereka.     

Egara datang paling terakhir namun dia segera bergabung dengan prajurit lain yang mengamati sosok pria yang terbujur kaku di perbatasan halaman belakang.     

Egara tidak dapat mengingat dengan jelas sosok pria itu, namun dia yakin pernah bertemu dan bersapa karena sesama prajurit walau dengan seragam dan lencana yang berbeda.     

"Bukankah ia dari Kerajaan Barwest?" ujar Ley yang mengenali warna seragam serta lencana yang ada pada seragamnya.     

Raja Wedden menjentikkan jemarinya, dia berharap sihirnya kali ini dapat membantu sesuatu, namun dia tidak dapat melihat peristiwa yang baru saja terjadi pada prajurit itu.     

"Jana?" ucap putri Leidy lirih. Spontan saja semua orang di sekitar menoleh pada sosok wanita berambut coklat itu yang baru saja tiba.     

"Benar dari Barwest? Kau mengenalnya?" ujar Egara.     

Putri Leidy mengangguk. "Dia adalah pengawal Raddone. Apa yang terjadi padanya? kenapa dia bisa tewas di wilayah Selatan? Siapa saksi yang pertama bertemu? Bisakah jelaskan mengenai detil awal mayat pria ini?"     

Seorang pelayan wanita angkat tangan, dia menceritakan semuanya namun sama sekali tidak membantu. Lagipula keadaan tubuh oria Barat itu sudah terlalu parah untuk bisa diidentifikasi. Putri Leidy menatap pelayan wanita itu dengan penuh harap, menunggu adanya jawaban yang pas atas hilangnya seseorang yang ia kenal.     

Raja Wedden memerintahkan prajuritnya untuk mengurus mayat itu, ia juga segera mengirim kabar pada Raja Raddone melalui burung merpati yang telah ia beri kekuatan sihir sehingga akan menyampaikan pesan dengan segera.     

Pelayan yang masih gemetar itu diberikan perawatan oleh pelayan yang lain agar menjadi lebih tenang. Sementara putri Lidy sedang duduk termenung menatap halaman belakang dengan ditemani oleh Cane.     

Suasana kembali menjadi hening. Masing-masing dari mereka sedang memikirkan kemungkinan yang terjadi hingga menyebabkan kematian salah seorang prajurit dari Barat itu.     

"Untuk apa dia kemari?" gumam putri Leidy yang didengar oleh Cane.     

"Mungkin dia diutus Raja untuk menjengukmu," jawab Cane menanggapi.     

Putri Leidy kembali diam, dia lalu menarik napas panjang.     

"Putri, kau sudah meminum obatmu?" tegur Raja Wedden tiba-tiba. Dia menghampiri dua pendampingnya yang sedang duduk bersama.     

"Kurasa iya," sahut Ley. "Kami sebagai penduduk desa pinggiran Utara mulai sering mengalami keterlambatan pasokan makanan. Aku juga sempat berkunjung ke Vitran, saudaramu bilang penjualan kopi cukup sulit dan sepi."     

"Begitukah? Tapi Utara tetap tenang, tidak seperti Timur yang benar-benar terdengar hingga semua wilayah mengenai kekacauannya," ujar Raja Wedden.     

"Mungkin karena Raja Gael hanya seorang diri sehingga dia membutuhkan banyak pasukan yang mana para pasukan berpencar lalu ada pelayan kerajaan yang membawa berita hingga keluar. Dia memang membutuhkan pendamping," celetuk Raseel.     

"Ahaha apakah begitu? Kurasa semua Raja tidak memiliki pendamping dan dapat memimpin dengan baik, bukan?" sahut raja Wedden lagi.     

Raseel tertawa, dia baru saja menyadari kalau gurauannya mungkin telah sedikit menyinggung Raja di dekatnya yang juga belum memiliki pendamping.     

Disaat mereka sedang berbincang, tiba-tiba saja Raja Wedden terdiam. Dia merasakan hawa dingin merambati seluruh ruangan. Raseel dapat merasakan keanehan itu, namun dia tidak memahami perubahan sikap dari sang Raja.     

Beberapa saat kemudian, muncullah sosok putri Leidy bersama dengan seorang pelayan dan ikut berkumpul bersama dengan Raja juga dua rekannya.     

Masih sangat lemah, namun Leidy terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Dia juga sudah berani untuk bergerak serta berjalan-jalan untuk melatih kembali motoriknya.     

Seperti yang dialami oleh Egara dan Corea sebelumnya. Ketiga pria yang berbincang denga putri Leidy itu merasakan ada keganjilan pada wanita itu.     

Terlihat ada dua sosok dalam satu wujud karena perubahan emosi juga ekspresi yang hanya dalam hitungan detik.     

Mencoba untuk berpikiran positif, Ley menyimpulkan kalau itu semua adalah akibat dari lamanya putri Leidy tidak bertemu dengan banyak orang dengan emosi yang berbeda-beda.     

"Aaaaaaaaa!!!"     

Teriakan seorang pelayan dari halaman belakang terdengar nyaring hingga ke bagian Kerajaan.     

Semua orang yang dikejutkannya segera berlari untuk mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.     

"Aaaaaa! Tolong! Ada mayat!" teriak pelayan lagi. Dia telah terduduk karena seluruh tubuhnya lemas dan hanya kuat untuk berteriak.     

Seluruh prajurit dan pelayanan yang ada di sekitar segera menghampiri wanita itu, begitu juga dengan Raja, Ley dan Raseel yang belum selesai menikmati minuman mereka.     

Egara datang paling terakhir namun dia segera bergabung dengan prajurit lain yang mengamati sosok pria yang terbujur kaku di perbatasan halaman belakang.     

Egara tidak dapat mengingat dengan jelas sosok pria itu, namun dia yakin pernah bertemu dan bersapa karena sesame prajurit walau dengan seragam dan lencana yang berbeda.     

"Bukankah mereka dari Kerajaan Barwest?" ujar Ley yang mengenali warna seragam serta lencana yang ada pada seragamnya.     

Raja Wedden menjentikkan jemarinya, dia berharap sihirnya kali ini dapat membantu.     

"Jana?" ucap putri Leidy lirih. Spontan saja semua orang di sekitar menoleh pada sosok wanita berambut coklat itu yang baru saja tiba.     

"Benar dari Barwest? Kau mengenalnya?"     

Putri Leidy mengangguk. "Dia adalah pengawal Raddone. Apa ayng terjadi padanya, kenapa dia bisa tewas di wilayah Selatan? Siapa saksi yang pertama bertemu? Bisakah jelaskan mengenai detil awal mayat pria ini?"     

Seorang pelayan wanita angkat tangan, dia menceritakan semuanya namun sama sekai tidak akan membantu karena keadaan tubuh oria Barat itu sudah terlalu parah untuk bisa diidentifikasi. Putri Leidy menatap pelayan wanita itu dengan manja, berharap ada jawaban yang pas atas hilangnya seorang teman.     

Seorang pelayan wanita angkat tangan, dia menceritakan semuanya namun sama sekai tidak akan membantu karena keadaan tubuh oria Barat itu sudah terlalu parah untuk bisa diidentifikasi. Putri Leidy menatap pelayan wanita itu dengan manja, berharap ada jawaban yang pas atas hilangnya seorang teman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.