BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Mulai Tidak Beres



Mulai Tidak Beres

1Logne pergi dengan diantar oleh beberapa prajurit berjubah hitam menuju desa. Jam untuk bertamu telah selesai, Logne kembali dengan perasaan serta pikiran yang masih belum tenang.     

Dia teringat secuil memori saat ia dan Nig masih dalam pendidikan prajurit yang sama. Berlath dan bertarung dengan pelatih yang sama, juga dengan lingkungan yang sama. Namun Niglah yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan perbatasan hutan TImur.     

Logne jelas masih mengingat sosok Nig yang baik baginya. Walau sangat kejam saat bertarung, namun Nig benar-benar setia kawan.     

Logne lalu kembali teringat sosok Dayi yang kini merupakan pengganti Nig. Pria dengan kepribadian yang sangat berbeda dari teman baiknya itu.     

Suaranya yang lebih berat, tatapannya yang sangat tajam juga seringkali terdengar merendahkan rekan yang lain. Membuat Dayi kurang disenangi prajurit lain, namun memang tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya untuk bertarung. Lencana istimewa dari Raja, adalah hal yang sulit untuk disaingi oleh siapapun.     

..     

..     

"Itu bukan kalian, 'kan?" ucap Logne tiba-tiba dengan tatapan tajam pada Dayi.     

"Eh? Bisa-bisanya kau menuduh kami?" Dayi mengerutkan dahinya.     

"Tidak menuduh, aku hanya bertanya. Karena hanya kalianlah yang memiliki akses terhadap hutan ini secara keseluruhan."     

Dayi menarik napas panjang, dia lalu tertawa. Tidak menduga kalau pria dihadapannya itu akan mengatakan hal demikian.     

"Bagaimana jika iya?" sahut Mod yang baru saja memasuki ruangan bersama dnegan Wite. "Kami membunuh mereka dan mengambil semua harta rampasan lalu menyerahkannya pada Raja. Apa itu sebuah pelanggaran? Mereka memasuki wilayah kami, sehingga kami memiliki hak untuk itu," imbuh Mod panjang lebar.     

..     

..     

Huhh. Logne mehela napas panjang. Pikirannya masih pada percakapannya bersama dengan Dayi juga beberapa prajurit perbatasan. Dia sedang memikirkan banyak hal, salah satunya dia sedang mencurigai kalau pasukan berjubah hitam sedang merahasiakan sesuatu darinya. Sesautu yang pasti sangat luar biasa.     

..     

..     

Logne menatap Dayi lekat. "Aku tidak menginginkanmu menukar posisi ini padaku."     

"Posisi? Ah Ketua Pasukan Perbatasan dan Ketua Pasukan Kerajaan?" tanya Dayi.     

Logne tidak menjawab, namun hal itu meyakinkan Dayi mengenai pertanyaannya.     

"Kau tahu, Kawan. Aku memang tidak menginginkan posisi ini sebelumnya, tapi kau juga tahu kalau tidak ada seorangpun yang dapat menolak permintaan Raja. Aku hanya sedang menjalankan tugas dengan baik. Percayalah, aku tidak ingin bertukar dengan posisi apapun karena tanggungjawabku belum selesai." Dayi menjelaskan.     

..     

..     

Huhh.     

Kembali dengan helaan napas panjangnya. "Apakah kalimatnya dapat dipercaya?" gumam Logne.     

"TIdak melakukan apapun kepada para buronan, juga tidak pernah berharap ingin berganti posisi? Kukira dua hal itu justru yang paling jelas terlihat di wajahnya," gumamnya lagi.     

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, pasukan berjubah hitam lalu membiarkan Logne kembali setelah bertemu dengan Prajurit Timur yang telah menunggu Ketua mereka.     

"Semuanya baik-baik saja, Ketua?" tanya Tima, salah seorang prajurit yang cukup dekat dengan Logne.     

"Emm," Logne mengangguk.     

Tima menatap satu per satu pasukan berjubah hitam yang mendampingi ketuanya. Semuanya berekresi datar, sangat tidak bersahabat. Dia mengkhawatirkan keadaan Logne yang tidak terlihat bersemangat, namun dia hanya menganggukkan kepala sebagai tanda terima kasih dan segera mendampingi Logne untuk perjsalanan selanjutnya menuju kerajaan.     

"Kalian menemukan kelompok pencuri yang lain?" tanya Logne.     

"Pasukan dari sisi tenggara kerajaan berhasil menangkap kelompok baru, Ketua. Masih dalam penyelidikan apakah mereka juga komplotan pasukan Vernon apakah bukan."     

"Mereka pencuri?" Logne menyimak.     

"Pencuri, perampok, penipu," sahut Tima. "Mereka segerombolan orang yang meminta-minta di perkampungan dengan penampilan menyedihkan padahal mereka adalah penjahat. Kami juga mendapat laporan kalau ada pembunuhan yang mereka lakukan terhadap salah seorang penduduk, namun kami belum mendapatkan bukti kuat untuk itu," jelas Tima.     

"Ah apakah wilayah Timur adalah yang paling buruk?" gumam Logne. "Kenapa sangat banyak penjahat di wialayah kita ini?"     

Tima diam, dia tidak memiliki kalimat yang tepat untuk merespon ketuanya.     

.     

.     

Semua pelaku keahatan yang telah ditangkap oleh pasukan keamanan telah dikumpulkan menjadi satu pada ruang tahanan di lokasi yang sama. Semuanya dalam keadaan yang sehat, hanya ketua pasukan perampok, Vernon, yang masih belum sepenuhnya pulih dari cidera kepalanya.     

Hari keadilan yang seharusnya menjadi prosesi eksekusi para komplotan perampok ulung Wilayah Timur, justru malah berubah jadi pemberontakkan brutal hingga menyebabkan pertumpahan darah dikerajaan Timur.     

Para perampok yang seharusnya hanya tinggal diam dan pasrah, tanpa diduga menyerang para prajurit yang sedang bertugas. Mereka menyerang seolah tidak sadar dengan tatapan mata kosong dan gerakan cepat membabi buta.     

Kerusuhan itu sangat meresahkan Raja Gael. Dia hingga kembali memerintahkan para prajurit untuk memasukkan semua tersangka pada jeruji besi dan akan memberikan hukuman yang lebih sesuai.     

Tidak ada yang mengetahui apa penyebab dari perubahan sikap dari para tahanan. Hal ini membuat para undangan mengerutkan dahinya, mereka bingung namun juga takut. Karena walau bagaimanapun para tersangka adalah penjahat dengan keahlian berkelahi dan membunuh yang memadai.     

Para Raja dan pendamping ikut beraksi memberikan perlindungan pada sesama tamu. Para penjaga bahkan tidak segan memukul hingga menyabetkan pedang pada para pemberontak sebagai bentuk perlindungan diri.     

Bukan hanya perubahan sikap dari para perampok, cuaca yang semula hanya mendung berubah menjadi semakin gelap dengan angin yang bertiup kencang disertai guntur yang saling bersahutan.     

Raja Gael memicingkan kedua matanya, dipandangi keadaan sekitar yang semakin kacau. Dia kesal dengan semua hal yang terjadi namun tidak dapat berpikir dengan jernih dalam waktu singkat.     

Dia memanggil seluruh tamu istimewanya untuk berlindung ke dalam kerajaan. Raja Raddone, juga pangeran Soutra telah memasuki kerajaan bersama dengan para pendamping. Mereka membiarkan prajurit Kerajaan mereka untuk membantu mengamankan suasana karena serangan para perampok. Namun tidak dengan Raja Wedden yang justru disibukkan dengan sihirnya untuk menyerang sekaligus mengamankan.     

Putri Leidy ikut mendampingi Raja Wedden. Semua orang terheran-heran dengan kemampuan bertarung Putri Leidy yang sangat baik, bukan hanya itu, paras cantik dan sikap anggun yang selama ini dipuji banyak pria itu rupanya menutupi keganasan seorang Leidy yang mampu mengalahkan banyak pemberontak sekaligus.     

Raja Wedden dibuat kagum dengan hal itu. Terlebih saat hujan badai mulai menerpa, Putri Leidy dengan spontan memberikan perlindungan pada Raja dengan menggunakan sihirnya.     

Saat itulah semua mata hanya tertuju pada wanita berambut coklat itu. Berbagai komentar terucap dari para tamu, begitu juga dengan Raja Gael yang sangat terkejut karena rupanya wanita yang selama ini dia kagumi kelembutannya adalah pemilik kekuatan sihir yang luar biasa.     

Bertolak dengan decak kagum para Raja juga tamu mengenai kekuatan Leidy saat bertarung dengan para pemberontak juga cara dia melindungi Raja Wedden dengan kekuatannya, Selina justru berdecak kesal dan tidak jarang dia menyumpah serampah hingga membuat Vido mulai ketakutan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.