BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Badai di Seluruh Negeri



Badai di Seluruh Negeri

3Sementara itu, Dayi dan Mod yang telah kembali ke perkemahannya segera memindahkan dua pemuda desa di sebuah ruangan tahanan setelah sebelumnya diperlakukan dengan baik.     

Guide dan Frag tidak memberontak, keduanya sedang berpikir untuk kabur, namun merasa belum cukup tenaga untuk melawan pasukan bersenjata yang sangat ahli berperang. Lagipula, mereka akan segera sampai di tempat yang mereka tuju, yaitu Kerajaan. Hanya saja, prajurit yang ia temui berbeda dari yang seharusnya.     

Mod dan wite diperitnah oleh Ketua mereka untuk menanyai Guide dan Frag mengenai belati perak yang ada di buntelan mereka. Karena itu adalah satu-satunya benda tajam bukan milik Raja yang mereka miliki.     

"Bisakah kalian berkata jujur saja? Aku sudah cukup lama tidak menghajar seseorang, aku khawatir tidak akan memberi ampun jika harus melakukan kekerasan pada kalian." Kali ini Mod dan Wite memberi tekanan.     

Guide memilih untuk diam, dia merasa telah menceritakan banyak hal pada Dayi sebelumnya, walau belum semuanya.     

Frag menatap rekannya yang menunduk, dia yang masih memegangi lengan yang belum pulih itupun merasa bingung.     

Mod dan Wite mengikat kuat tangan kedua pemuda itu dengan tali yang tidak mudah untuk diputis jika hanya dengan benda tumpul. Tentu saja, hanya pedang yang dapat memutus tali itu, kecuali jika mereka beruntung.     

"Apa harapan kalian setelah mengembalikan semua barang itu kepada Raja? Apa kalian akan menceritakan semuanya? Ataukah kalian mengakui kalau kalianlah yang mencurinya bekerjasama dengan Seredon?" ucap Mod.     

Atmosfer di ruangan itu terasa sangat berbeda, sangat tidak bersahabat seperti saat kedua pria itu baru menemukan Guide dan Frag.     

Guide Nampak menahan diri untuk mengucapkan sesuatu.     

"Apakah kalian berada di pihak kami?" ucap Frag yang menarik perhatian Mod juga Wite.     

"Frag …," tegur Guide yang enggan merespon kedua pria prajurit Kerajaan Timur itu.     

"Guide, bukankah kita memang bertujuan untuk bertemu mereka?" ujar Frag berbisik.     

"Bukan," sahut Guide segera.     

Frag bingung, ia menatap rekannya itu lekat. Guide meliriknya tanpa mengucapkan apapun, interaksi yang menyebalkan bagi Mod dan Wite.     

"Hey kalian! Berani berbisik dihadapan kami" sentak Mod yang segera meraih belatinya.     

Frag menelan ludah karena takut, dia khawatir akan megucapkan sesuatu yang salah yang justru akan membahayakan nasib ia dan Guide. Ia sudah sering melakukan itu, terakhir dia salah bicara, ia dan Guide harus menadi bulan-bulanan ketua kelompok pencuri dan berakhir di tempat pasukan berjubah hitam ini.     

"Kami tidak akan melakukan kekerasan, hanya tidak akan memberi ampun jika sampai kalian tetap diam hingga matahari terbenam," ujar Wite yang duduk di pojok ruangan. Pria itu sambil meminum Bruen dan mengamati Guide dan Frag yang terikat dan tidakberdaya.     

Frag memilih untuk melangkah mundur dan sedikit bersembunyi dibalik tubuh Guide yang lebih besar.     

"Kami akan menuntut hadiah kami!" ujar Guide tiba-tiba.     

"Eh? Guide?" Frag terkejut, dia semakin menghilang dibalik tubuh rekannya itu.     

Mod dan Wite segera memfokuskan diri pada jawaban pemuda bermata biru.     

"Aku akan membuat pengakuan, tapi ini tidak gratis." Guide mencoba untuk bernegosiasi. Hal itu membaut Mod dan Wite mengerutkan dahi bersamaan.     

"Hanya satu kotak koin emas. Itu akan cukup untuk kami," jar Guide lagi.     

Mod berdecak, dia seketika tertawa mendengar kalimat pemuda itu. "Kau mencoba bernego dengan memeras kami? Ah bocah berandal!"     

"Aku tidak bernego, hanya menjual informasi yang sama sekali tidak murah karena kamipun mengorbankan nyawa kami untuk ini." Guide sama sekali tidak gemetar.     

"Baiklah. Katakana saa semuanya sekarang. Kami akan memberikan sekotak koin emas itu pada kalian," ujar Mod lagi.     

Guide menelan ludah, dia tidak yakin dengan perkataan dari pria berjubah hitam di hadapannya itu. Namun dia tidak dapat berpikir jernih lagi.     

Semua pelaku kejahatan yang telah ditangkap oleh pasukan keamanan telah dikumpulkan menjadi satu pada ruang tahanan di lokasi yang sama. Semuanya dalam keadaan yang sehat, hanya ketua pasukan perampok, Vernon, yang masih belum sepenuhnya pulih dari cidera kepalanya.     

Pria botak itu menyandarkan kepala pada dinding dengan tatapan tajam yang dia edarkan ke seluruh ruangan. Sedang mencari-cari dimana kiranya sosok pemuda yang membuat hidupnya semakin berantakan.     

Tidak ada luka di seluruh tubuh, namun kepala Vernon rupanya mengalami benturan hebat sehingga dia sering kesakitan dan seperti orang linglung sejak sadar dari tidur panjangnya.     

Pria yang mengaku bernama Seredon sedang duduk bermain bersama kucing hitamnya. Sesekali melirik semua orang yang ada di sekitarnya. Sebagian besar dari mereka duduk dengan memeluk lutut mereka. Lantai tanah yang dingin menjadi alas dengan udara pengap mengelilingi.     

Dari raut wajah, tidak semua tampak ketakutan. Bahkan diantaranya ada yang masih bergurau satu sama lain.     

Seredon itu mehela napas panjang, dia lalu menggumamkan sebuah lagu samar dengan telus mengelus si kucing hitam.     

"Payah. Kekayaan sebanayk itu, hilang?" gumamnya. Dia mendengar samar bisik-bisik dari anak buah Vernon yang lain yang menyebutkan kalau mereka dilucuti dan ketua mereka mendapat serangan hingga setengah gila.     

Udara malam masih terasa dingin. Entah sudah berapa lama semua orang merasakan kegugupan menjelang hari eksekusi. Sudah dua hari mereka bahkan tidak diberikan makanan layak seperti sebelumnya.     

Para prajurit kerajaan hanya sesekali mengecek keadaan para tawanan dan kembali keluar dan mengunci pintu utama.     

"Semuanya aman?"     

Terdengar suara raja Gael samar. Semua tahanan mengubah posisi mereka, seolah siap untuk menyambut kedatangan sang Raja Timur.     

"Besok sebelum matahari terbit … mereka … segera …."     

Suara percakapan yang terputus, terdengar samar dan membuat semua orang saling pandang.     

"Sialan! Berhenti bicara diluar sana! Kemarilah kalian dan bicara di hadapanku!" teriak Vernon yang menggila.     

Dia bangkit dari tempatnya duduk dan segera mendobrak-dobrak jeruji yang terkunci rantai.     

"Kalian telah menyengsarakan masyarakat! Lalu kini merampasku dan hendak membunuhku?! Mari kita bertarung saja, Raja!" teriaknya lagi.     

Suara seraknya nan berat memekakan pendengaran semua orang yang berada di dekatnya.     

Hal itu tentu membuat suasana mulai hangat dan semakin panas saat seorang tahanan lainnya ikut berteriak menggila seperti Vernon.     

Mereka tidak terima karena telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka karena mereka selalu beranggapan kalau mereka melakukan kebaikan untuk warga.     

"Meooww," si kucing hitam menggerakkan telinga lalu mengubah posisi tidurnya di dekat tubuh Seredon.     

"Kau terganggu? Para pria sialan itu memang sangat berisik, bersabarlah sebentar lagi," bisik Seredon lirih.     

"Penjahat merasa benar, berpura untuk benar dan menuntut kebenaran. Penjahat menjadi prajurit keamanan menegakkan kebenaran. Memang dunia seunik ini, Ming. Kurasa hanya kita yang konsisten menjadi amfibi yang dapat hidup di daratan sebagai penjahat lalu menyelam sebagai warga biasa yang lugu dan baik."     

Seredon menikmati pertunjukkan ricuh di hadapannya. Menunggu hingga kapan tokoh utama akan muncul dan babak baru akan dimulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.