Jiwa Putri Leidy
Jiwa Putri Leidy
Kakak beradik dari Utara itu semula hanya hendak berkunjung sekaligus menjenguk keadaan putri Leidy, namun mereka mendapat kejutan dengan keadaan dari kerajaan yang sangat berantakan.
Bukan hanya Arkenstone bersaudara yang datang, namun juga Hatt dan Raseel yang juga berkunjung untuk menjenguk keadaan adik bungsu mereka.
"Tidak bisakah Raja membereskan semua ini dalam sekejap?" tanya Hatt yang mengerutkan dahi karena kekacauan yang ada.
"Bisa. Tapi tidak semuanya harus dibereskan dengan sihir. Kurasa Wedden mempunyai alasan tersendiri untuk itu," sahut Raseel yang berjalan beriringan dengan saudaranya.
Pandangan Hatt diedarkan ke seluruh bagian kerajaan. Dia telah menduga mengenai hujan badai, namun ini adalah sebuah musibah besar karena bangunan kerajaan yang kokoh dapat kacau parah bahkan hingga mengalami kebocoran dan rembes hingga bagian dalam.
Bukan hanya para prajurit manusia, banyak prajurit peri yang tinggal di wilayah Selatan ikut membantu renovasi Kerajaan Northan ini. Hanya saja tidak ada monster ataupun gnome yang ikut campur. Hatt, Raseel, Ley dan Tao malah menikmati pertunjukan dari gotong royong dan hubungan baik antara manusia dan peri hutan.
"Kurasa ini bukan sekedar hujan badai, tapi serangan untuk Raja Wedden," celetuk Ley saat masih mengamati sekitar.
"Hemm, aku juga berpikir demikian. Tapi, siapa yang berani menyerang Raja negeri Persei? Apakah mereka sedang menguji kekuatan Raja, ataukah menguji kekuatan mereka sendiri yang sudah jelas akan kalah?" sambung Raseel.
Mereka masih terus mengamati seraya berjalan hendak menemui sang Raja.
Hatt yang memiliki penglihatan bagus, menghentikan langkahnya saat ia melihat ada sesuatu yang bergerak di area perkebunan Kale. Sejenak ia mengamati, dan segera berlari menghampiri setelah mengetahui kalau itu adalah seekor Iguana yang berukuran cukup besar dan berwarna hitam.
Raseel dan Ley terkejut namun mereka membiarkan Hatt dengan kelakuannya. Berbeda dengan Tao yang memiliki rasa ingin tahu tinggi sehingga dia ikut berlari bersama dengan Hatt menuju perkebunan.
Hatt dan Tao berdecak kagum dengan ukuran Iguana hitam itu yang juga mampu menghabiskan banyak Kale dalam sekali hadap saat ia makan.
"Hey, Bocah. Mau kah kau membantuku menangkapnya?" ucap Hatt lirih.
"Tentu. Aku sangat penasaran dengan gurih dagingnya," sahut Tao yang sama sekali tidak diprotes Hatt.
Keduanya segera bergerak pelan bersiap untuk menangkap hewan itu. Hanya tangan kosong, namun mereka sudah memiliki pengalaman untuk hal berburu.
Bersusah payah, Hatt dan Tao harus mengatur strategi karena tanpa mereka duga kalau Iguana itu bergerak lincah dibandingkan dengan Iguana yang pernah mereka temui sebelumnya.
"Ah menyebalkan sekali!" geram Tao. Ia sangat berambisi untuk menangkap hewan reptile itu.
"Ah dapat!" teriak Hatt histeris saat ia berhasil menangkap bagian kepala Iguana dengan melemparkan jubahnya terlebihdulu lalu selanjutnya Tao memegangi bagian ekor dengan sangat erat.
Keduanya nampak sangat bersemangat, bahagia karena usaha mereka tidak sia-sia.
"Hey! Kalian merusak perkebunan kami!" teriak seorang wanita berambut coklat dari kejauhan. Ekspresinya yang datar, membuat Hatt dan Tao merasa sangat bersalah. Terlebih setelah mereka sadari kalau baris kebun Kale menjadi semakin kacau karena mereka berdua yang memburu Iguana.
"Putri Leidy …," gumam Hatt. "Maafkan kami, kami tidak bermaksud merusak. Hanya menangkap hama yang menghabiskan tanamanmu," ujarnya nyaring agar wanita itu mendengar.
Leidy hanya menggeleng, dia tidak mengucapkan apapun lagi. Hal itu membuat Hatt dan Tao semakin canggung. Mereka berdua segera berjalan menghampiri putri Leidy dan meminta maaf untuk kesekian kalinya.
"Apakah manusia selalu seperti ini? Berdalih menyingkirkan satu masalah, namun justru menambah masalah lain yang jauh lebih parah?"
"Emm tidak, Putri. Sungguh itu dikarenakan medan yang sangat sulit untuk kami lewati sehingga kami tidak sengaja merusak barisan tanaman itu," ujar Hatt mengelak seperti bocah.
"Kalian tamu Raja?" ucap Leidy denga mengamati dua sosok pria muda itu.
Hatt dan Tao mengangguk.
"Baiklah aku maafkan. Namun jika di masa yang akan datang aku mengetahui kalian kembali merusak sesuatu di kerajaan ini, maka aku akan memberikan hukuman. Tidak peduli kalau kalian adalah tamu Raja."
Hening.
"Terimakasih telah menangkap hama itu untuk kami," imbuh putri Leidy dengan senyum ramahnya.
Hatt dan Tao merinding seketika. Keduanya merasa aneh karena baru saja mendapat omelan kemarahan namun tiba-tiba mendapatkan senyuman yang sangat ramah.
Hatt dan Tao lalu menemui seorang prajurit yang sedang bergotong royong merenovasi kerajaan. Mereka berencana untuk menyembelih hewan itu namun prajurit bernama Nadio melarang keduanya karena itu adalah peliharaan Ketua pasukan mereka, Egara.
"Ketua pasti akan sangat marah besar jika mengetahui hal ini. Sebaiknya kalian kembalikan pada kandang hewan di sebelah sana," ujar Nadio menunjukkan sebuah bangunan kecil.
"Peliharaan? Ah benarkah? Bisa-bisanya dia memelihara jewan yang menghancur perkebunan mereka," gumam Hatt.
"Ah apakah artinya perjuangan kita sia-sia?" gerutu Tao.
Hatt hanya menggeleng. Ia telah menyerahkan hewan itu pada salahs eorang prajurit dan memintanya untuk mengembalikan hewan itu pada kandangnya.
Hatt dan Tao mendengkus beberapa kali. Keduanya menjadi hilang semangat karena jawaban dari prajurit Selatan tadi.
"Aku akan menemui Egara dan mengatakan kalau kita akan menyembelihnya," ujar Hatt.
"Bukankah dia adalah pria keturunan kegelapan? Apa menurutmu berurusan dengannya adalah ide yang bagus?" ucapan Tao membuat Hatt kembali berpikir keras.
"Eh kakak!"
Corea yang baru saja selesai membantu para pelayan mengurus bunga di taman belakang melihat sosok Hatt yang sedang berjalan bersama dngan bocah Utara.
Hatt seketika menoleh pada sang adik, saat ia ketahui kalau Cane sedang bersama dengan COrea, Hatt segera menghampiri dan mengubah sikapnya seratus delapan puluh derajat. Sangat berbeda dari sebelumnya yang menyesuaikan dengan sikap kekanakan Tao, kini bersikap sebagai seorang 'kakak' nan dewasa.
"Hey, kalian sibuk sekali." Hatt berjalan santai sembari kembali mengenakan jubahnya.
Cane yang sedang sibuk hanya menyempatkan diri untuk menoleh sejenak lalu kembali dengan kegiatannya.
"Hujan badai merusak semuanya," ujar Corea.
Hatt mengangguk samar. Dia masih mencari kesempatan untuk dapat menyapa peri hutan, Cane. Namun semakin dia memandangi sekitar, semakin dia menyadari kalau sosok Leidy tidak ada di dekat mereka.
"Semua pelayan dan pendamping Raja sedang bergotong royong?" tanya Hatt. "Kalian lusuh sekali … kenapa hanya Leidy yang tetap berpenampilan menarik walau sedang sibuk dengan hal yang kotor."
"Leidy? Haha kau bercanda? Dia sedang sakit dan terbaring diatas tempat tidur, tentu saja dia tetap cantik dan rapi," sahut Corea yang kembali merapikan serpihan pot dengan dibantu oleh Tao.
***