Roh dan Jiwa
Roh dan Jiwa
Corea yang baru saja selesai membantu para pelayan mengurus bunga di taman belakang melihat sosok Hatt yang sedang berjalan bersama dngan bocah Utara.
Hatt seketika menoleh pada sang adik, saat ia ketahui kalau Cane sedang bersama dengan COrea, Hatt segera menghampiri dan mengubah sikapnya seratus delapan puluh derajat. Sangat berbeda dari sebelumnya yang menyesuaikan dengan sikap kekanakan Tao, kini bersikap sebagai seorang 'kakak' nan dewasa.
"Hey, kalian sibuk sekali." Hatt berjalan santai sembari kembali mengenakan jubahnya.
Cane yang sedang sibuk hanya menyempatkan diri untuk menoleh sejenak lalu kembali dengan kegiatannya.
"Hujan badai merusak semuanya," ujar Corea.
Hatt mengangguk samar. Dia masih mencari kesempatan untuk dapat menyapa peri hutan, Cane. Namun semakin dia memandangi sekitar, semakin dia menyadari kalau sosok Leidy tidak ada di dekat mereka.
"Semua pelayan dan pendamping Raja sedang bergotong royong?" tanya Hatt. "Kalian lusuh sekali … kenapa hanya Leidy yang tetap berpenampilan menarik walau sedang sibuk dengan hal yang kotor."
"Leidy? Haha kau bercanda? Dia sedang sakit dan terbaring diatas tempat tidur, tentu saja dia tetap cantik dan rapi," sahut Corea yang kembali merapikan serpihan pot dengan dibantu oleh Tao.
"Eh? Sakit? Apa baru terjadi sesuatu padanya?" tanya Hatt terkejut.
"Luka akibat pertarungan di Timur waktu itu belum pulih sepenuhnya. Dia kehilangan banyak energy sehingga belum dapat melakukan banyak aktifitas," jawab Corea santai.
"Maksudmu, apakah dia berbaring sejak itu? Belum bangun sekalipun?" Hatt bertanya-tanya. Tao juga menatap peri lembah itu dengan heran.
"Ada apa?" tanya Corea.
"Kami bahkan baru saja bertemu dan berbincnag dengannya di perkebunan Kale," ujar Hatt yang disetujui oleh Tao dengan anggukannya.
Corea terdiam seenak alu dia tertawa setelahnya, "Kalian bermimpi?"
"Tidak. Dia menyapa dan menegur kami yang merusak barisan tanaman Kale."
"Ah benarkah? Mungkin dia memang sudah pulih dan sedang berjalan-jalan untuk menikmati udara luar," ujar Corea menenangkan. Namun jauh dalam pikirannya sendiri, Corea teringat dengan kalimat Egara yang menyebutkan kalau pria itu melihat Leidy di ruang kerusuhan, namun faktanya adalah putri Barat itu tidak meninggalkan tempat tidurnya walau hanya sebentar.
"Kakak ingin membantu?" Corea menawarkan sebuah pot tanah liat yang pecah pada Hatt.
"Emm biarkan aku yang menyelesaikan semuanya." Hatt bergegas memberikan bantuan untuk sang adik bersama dengan Tao. Dia hanya berpikir kalau dengan melakukan kesibukan yang sama, ia dan Cane dapat saling bersapa sesekali.
Raja Wedden masih menikmati minuman panas ketika para tamunya datang dengan dikawal oleh beberapa prajurit. Raja terlihat kelelahan karena rupanya kekuatannya belum kembali seutuhnya sehingga dia erlu bekerja keras untuk menyudahi serangan dari energy yang lain pada Kerajaan.
Banyak perbincangan yang terjadi pada mereka, tidak begitu formal namun juga tidak dapat dilewatkan begitu saja kunjungan kali ini.
Raja Wedden membutuhkan bantuan dari banyak pihak kali ini. Bukan hanya untuk keamanan wilayah Selatan, namun seluruh pelosok negeri Persei membutuhkan pengamanan ganda agar tidak terserang oleh energy lain yang hendang menghancurkan.
"Fakta bahwa Buku Sihir telah lenyap, rupanya membuat kegelapan semakin ingin untuk mengincar negeri Persei yang sangat kaya ini. Banyak media yang mereka gunakan sebagai penyalur energy kegelapan, bahkan aku yakin tidak menutup kemungkinan kalau kegelapan juga sedang berusaha untuk menyusup dalam kehidupan kita." Kali ini Raja Wedden, Ley juga Raseel sepemikiran mengenai hal ini.
"Bagaimana keadaan Utara? Aku sempat mendnegar kalau pangeran Ren sering mendapat ancaman untuk keselamatannya. Apa itu juga berdampak pada wilayah bagian dan penduduk?" tanya Raja Wedden.
"Kurasa iya," sahut Ley. "Kami sebagai penduduk desa pinggiran Utara mulai sering mengalami keterlambatan pasokan makanan. Aku juga sempat berkunjung ke Vitran, saudaramu bilang penjualan kopi cukup sulit dan sepi."
"Begitukah? Tapi Utara tetap tenang, tidak seperti Timur yang benar-benar terdengar hingga semua wilayah mengenai kekacauannya," ujar Raja Wedden.
"Mungkin karena Raja Gael hanya seorang diri sehingga dia membutuhkan banyak pasukan yang mana para pasukan berpencar lalu ada pelayan kerajaan yang membawa berita hingga keluar. Dia memang membutuhkan pendamping," celetuk Raseel.
"Ahaha apakah begitu? Kurasa semua Raja tidak memiliki pendamping dan dapat memimpin dengan baik, bukan?" sahut raja Wedden lagi.
Raseel tertawa, dia baru saja menyadari kalau gurauannya mungkin telah sedikit menyinggung Raja di dekatnya yang juga belum memiliki pendamping.
Disaat mereka sedang berbincang, tiba-tiba saja Raja Wedden terdiam. Dia merasakan hawa dingin merambati seluruh ruangan. Raseel dapat merasakan keanehan itu, namun dia tidak memahami perubahan sikap dari sang Raja.
Beberapa saat kemudian, muncullah sosok putri Leidy bersama dengan seorang pelayan dan ikut berkumpul bersama dengan Raja juga dua rekannya.
Masih sangat lemah, namun Leidy terlihat lebih ceria dari sebelumnya. Dia juga sudah berani untuk bergerak serta berjalan-jalan untuk melatih kembali motoriknya.
Seperti yang dialami oleh Egara dan Corea sebelumnya. Ketiga pria yang berbincang denga putri Leidy itu merasakan ada keganjilan pada wanita itu.
Terlihat ada dua sosok dalam satu wujud karena perubahan emosi juga ekspresi yang hanya dalam hitungan detik.
Mencoba untuk berpikiran positif, Ley menyimpulkan kalau itu semua adalah akibat dari lamanya putri Leidy tidak bertemu dengan banyak orang dengan emosi yang berbeda-beda.
"Aaaaaaaaa!!!"
Teriakan seorang pelayan dari halaman belakang terdengar nyaring hingga ke bagian Kerajaan.
Semua orang yang dikejutkannya segera berlari untuk mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
"Aaaaaa! Tolong! Ada mayat!" teriak pelayan lagi. Dia telah terduduk karena seluruh tubuhnya lemas dan hanya kuat untuk berteriak.
Seluruh prajurit dan pelayanan yang ada di sekitar segera menghampiri wanita itu, begitu juga dengan Raja, Ley dan Raseel yang belum selesai menikmati minuman mereka.
Egara datang paling terakhir namun dia segera bergabung dengan prajurit lain yang mengamati sosok pria yang terbujur kaku di perbatasan halaman belakang.
Egara tidak dapat mengingat dengan jelas sosok pria itu, namun dia yakin pernah bertemu dan bersapa karena sesame prajurit walau dengan seragam dan lencana yang berbeda.
"Bukankah mereka dari Kerajaan Barwest?" ujar Ley yang mengenali warna seragam serta lencana yang ada pada seragamnya.
Raja Wedden menjentikkan jemarinya, dia berharap sihirnya kali ini dapat membantu.
"Jana?" ucap putri Leidy lirih. Spontan saja semua orang di sekitar menoleh pada sosok wanita berambut coklat itu yang baru saja tiba.
"Benar dari Barwest? Kau mengenalnya?"
Putri Leidy mengangguk. "Dia adalah pengawal Raddone. Apa ayng terjadi padanya, kenapa dia bisa tewas di wilayah Selatan? Siapa saksi yang pertama bertemu? Bisakah jelaskan mengenai detil awal mayat pria ini?"
Seorang pelayan wanita angkat tangan, dia menceritakan semuanya namun sama sekai tidak akan membantu karena keadaan tubuh oria Barat itu sudah terlalu parah untuk bisa diidentifikasi. Putri Leidy menatap pelayan wanita itu dengan manja, berharap ada jawaban yang pas atas hilangnya seorang teman.
***