BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Benar Mimpi



Benar Mimpi

2"Bangunlah! Kita harus bertarung dan merebut kembali kemenangan."     

Suara berat nan serak terdengar jelas di telinga Egara. Dia masih belum bisa membuka matanya, namun suara itu sangat tidak asing untuknya.     

"Siapkan pasukan untuk menyerahkan nyawanya. Latih mereka dengan baik agar kita menang," ucap suara itu lagi.     

"Raja Wedden? Kau kah itu? Kau dimana? Disini sangat berkabut aku tidak dapat melihat apapun," ucap Egara yang masih berusaha membuka mata dan mengatur penglihatan dalam kegelapan.     

"Apa kau mendengarku?" ucapnya lagi. Dia segera menyentuh tenggorokannya yang bergetar untuk memastikan kalau dirinya benar-benar mengeluarkan suara.     

DARRR!!     

Ledakan nyaring terdengar hingga menggetarkan tempat tidur Egara. Segera saja dia terbangun lalu beranjak dan mengambil pakaian serta perlengkapan perangnya.     

Seluruh rekannya telah bersiap lebih dulu beberapa detik sebelum dirinya.     

Semuanya berhamburan memencar untuk melindungi Kerajaan dari seluruh sisi.     

Egara bersama dua rekannya yang lain menuju kamar Cane dan Corea. Betapa terkejutnya mereka saat mengetahui kalau kedua kamar itu dalam keadaan terbuka dan kosong.     

Kembali memencar, namun tidak ada satupun yang dapat menemukan dua peri itu. Raja Wedden juga tidak ditemukan.     

Egara marah dan memaksa semua pasukannya untuk menemukan Wedden, Cane dan Corea.     

"Aku jelas mendengar suara Raja. Temukan dia dan pastikan keadaannya baik-baik saja!" perintahnya sangat nyaring.     

Hujan badai kembali terjadi setelah sekian lama. Guntur saling bersahutan dari segala sisi membuat suasana malam menjadi semakin mencekam.     

Bukan hanya suara petir juga badai, namun atap kerajaan mendadak bocor dan membuat seluruh ruangan basah karena derasnya air hujan yang turun. Hal itu membuat semua orang panik dan menyelamatkan diri juga membantu rekan yang lain.     

Egara mengecek bagian luar kerajaan. Dia kembali dikejutkan dengan keadaan yang sangat mengerikan. Halaman kerajaan porak poranda, seluruh taman hancur dengan pepohonan yang ambruk ke segala arah.     

Ia segera menutup pintu utama rapat-rapat dengan dibantu oleh beberapa prajurit lainnya. Mereka mengecek semua pintu dan jendela, memastikan tidak akan ada angin kencang yang dapat menyusup dan dapat menyelamatkan semua orang yang ada di dalam bangunan.     

Hal yang paling membuat Egara terkejut sekaligus marah adalah, disaat keadaan sedang tidak baik-baik saja, para prajurit bertarung satu sama lain dengan saling menghujamkan pedang juga menendang satu sama lain.     

Beberapa telah tergelatak bersimbah darah, itu sungguh lebih brutal dari Egara selama ini. Saat Egara hendak melerai, nampaklah sosok Putri Leidy di sisi yang lain sedang menyaksikan pertumpahan darah antar prajurit itu.     

Putri Leidy lalu menoleh pada Egara lalu tersenyum dengan anggunnya. Sama sekali tidak terlihat takut maupun panik seperti biasa saat ia mendengar tentang pertarungan berdarah.     

Egara mengerutkan dahinya, heran. Tuan Putri bahkan meninggalkan tempat itu begitu saja dan tidak kembali Nampak saat Egara kembali disibukkan dengan para penghuni kerajaan yang mencari tempat untuk berlindung karena atap bangunan sungguh rusak parah karena serangan badai.     

.     

.     

.     

"Argh!" Egara membuka kedua matanya dengan terengah dan segera terduduk di tempat tidurnya.     

Huhh …     

Dia berusaha untuk bernapas dengan baik menetralkan detak jantungnya. Ia pandangi beberapa rekan yang sedang mengelilingi dan menatapnya dari jarak yang cukup dekat.     

"Kau bermimpi buruk?" tanya seorang rekan yang mengamati dengan serius.     

"Apakah itu sungguh mimpi? Aku merasakannya dengan nyata," ujar Egara yang berusaha untuk duduk dan bersandar.     

"Ah kau terlalu banyak menghayal, Bung! Bangunlah sekarang dan bersiaplah kita untuk melakukan tugas dari Raja." Para rekan prajurit telah bersiap dengan seragam, jubah, juga senjata.     

Egara sempat mematung untuk sesaat. "Raja? Tugas apa?" tanyanya. Ia segera bangkit dan mengambil jubahnya.     

"Raja ingin kita berpatroli ke seluruh wilayah Kerajaan dan memastikan kalau semuanya baik-baik saja." seorang rekan menyahut sambil merapikan jubah yang dikenakan.     

"Apa terjadi sesuatu?" ucap Egara yang masih belum sepenuhnya tersadarkan dari kantuknya.     

"Kau mendengar kekacauan diluar?" tanya seorang prajurit. Ia lalu menghampiri Egara dan menepuk keras bahu ketua pasukannya itu.     

Puk Puk Puk!     

"Kembalikan dulu fokusmu, Ketua. Kami menunggu di depan," ujar prajurit bernama Cole yang segera meninggalkan Egara.     

Masih termenung beberapa saat, namun Egara dikejutkan dengan suara Guntur yang kembali menyambar. Membuatnya teringat kembali dengan mimpi yang baru dia alami.     

Egara bergegas keluar dengan segala kelengkapannya. Dia tidak merasa asing dengan situasinya, persis seperti pada mimpinya.     

Suara hujan deras dengan guntur yang saling bersahutan masih terdengar nyaring. Bangunan kerajaan sudah semakin basah akibat kebocoran di beberapa sisi.     

Pars prajurit, selain mengamankan para Putri juga pelayan wanita, mereka juga berubah profesi menjadi tukang kayu dan perbaikan untuk bangunan kerajaan.     

Para pelayan membersihkan air yang mulai rembes dari celah pintu, jendela dan ventilasi. Sebagian dari pelayan yang yang kamarnya mengalami cukup banyak kebocoran harus berpindah ke kamar lain yang lebih aman dan kering.     

Cane dan Corea terbangun setelah cukup lama pelayan membangunkan mereka. Walau sangat kecil kemungkinan akan terjadi keruntuhan atau apapun, namun siaga adalah sikap yang paling tepat saat dalam keadaan seperti ini.     

Egara berjalan menuju kamar Putri Leidy yang masih nampak tenang. Para penjaga masih berdiri tegak di depan pintu tanpa adanya kewaspadaan atau kekhawatiran atas cuaca buruk yang terjadi.     

"Tuan Putri di dalam?" tanya Egara memghampiri kedua penjaga.     

"Iya, Ketua. Putri masih terlelap dalam tidurnya," jawab seorang yang berkulit sawo matang.     

"Kalian telah mengecek ruangannya? Apakah semuanya aman? Tidak ada kebocoran dan rembes?" tanya Egara lagi.     

Kedua prajurit sempat diam, lalu prajurit berkulit hitam kembali menjawab. "Semuanya aman, Ketua."     

"Begitukah ... baguslah kalau begitu. Kalian harus paham dengan tanggungjawab kita mengenai keadaan tuan Putri." Egara masih menatap lekat pintu kamar Putri Leidy berharap ia dapat menerawang bagian dalam dan mengetahui kebenarannya.     

Kedua penjaga itu mengangguk seirama dan membiarkan Egara untuk kembali berkeliling.     

Di halaman belakang, Egara bertemu dengan Raja Wedden yang sedang berbincang dengan seorang prajurit yang baru saja memasang pintu tambahan karena air yang mulai rembes.     

"Ini mengerikan," ujar Egara mengejutkan sang Raja. "Selama aku hidup, baru kali ini mengalami cuaca ekstrem yang membuat kekacauan seperti ini," imbuhnya.     

"Kau sudah mengecek semuanya?" tanya Raja Wedden.     

Egara mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan sang Raja. "Semuanya telah dalam kendali, jika tidak semakin buruk, maka semuanya akan baik-baik saja."     

Raja Wedden mehelakan napas panjang. Raut wajahnya tidak bahagia sama sekali. Masih sangat khawatir namun juga terlihat bingung.     

Egara rupanya memahami ekspresi Raja itu. "Kau baik saja, Raja?" tanyanya.     

"Tidak," jawab Raja singkat dan berhasil membuat Egara mengerutkan dahinya.     

"Aku tidak bisa mengenfalikan cuaca ini. Energinya terlalu kuat. Dan yang lebih buruk adalah ... aku tidak dapat menggunakan sihirku."     

Egara terkejut. "Sungguh?"     

"Raja Wedden lalu mencoba untuk kembali menggunakan sihirnya di hadapan Egara. Gagal.     

Hal itu juga disaksikan oleh Corea dan Cane yang baru saja tiba dan hendak menemui Raja.     

Egara kembali diam. Dia mencoba untuk dapat merasakan energi disekitarnya "Kurasa ... ini energi yang lain. Tapi kekuatannya mirip dengan milikmu, Raja."     

Belum sempat memberikan respon, perhatian Raja teralihkan dengan Corea dan Cane yang cukup panik menghpiri.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.