BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Sihir Putri Leidy



Sihir Putri Leidy

3Kembali dalam keadaan lemah setelah kehilangan banya energi dalam pertarungan beberapa waktu lalu, Putri Leidy menghabiskan banya waktunya dengan berbaring di tempat tidur dengan dijaga serta dirawat oleh para pelayan Kerajaan Northan.     

Bukan hanya luka fisik, namun Putri Leidy juga mengalami luka batin karena banyaknya pernyataan serta kalimat buruk yang ditujukan padanya semenjak hari itu.     

Memiliki sihir dengan kekuatan alam bukanlah yang dia inginkan dalam hidupnya, namun itulah hadiah yang juga dia sebut sebagai musibah karena dia harus menjalani hidup seperti yang telah roh alam tentukan untuknya.     

Dalam tidurnya, Putri Leidy selalu dihantui dengan semua kejahatan yang telah ia lakukan. Yang paling parah adalah ketika ia berhasil menghasut sang ayah mengenai sikap kakak laki-lakinya hingga embuat hubungan antara ayah dan anak itu renggang bahkan tidak saling bertegur sapa.     

Raja Barat menghembuskan napas terakhir dalam keadaan kesal pada sang putra yang disebutkan oleh Leidy menginginkan tahta Raja dengan segera, dengan kata lain kakak laki-lakinya itu berharap ayahnya segera meninggal.     

Putri Leidy juga dihantui dengan baying-bayang seorang penjaga pribadinya yang dengan teganya ia serahan pada roh penjaga hutan sebagai santapan mereka hanya karena penjaga pribadinya itu juga berhubungan baik dengan kakak laki-lakinya, Raddone.     

Peluh dingin sering kali membasahi dahi tuan putri yang terlelap, nampak gelisah dan sangat tidak tenang dengan semua mimpi buruknya.     

Ada yang berselisih didalam benaknya. Satu sisi mengenai obsesinya untuk menjadi Ratu di wilayah Selatan, namun juga sisi lain mengenai dirinya yang hanya ingin hidup bahagia tanpa kekuatan atau apapun.     

Dalam mimpinya, Putri Leidy juga sering merasa berada di tengah hutan dengan hamparan rerumputan hijau nan sangat luas lalu dikelilingi oleh pepohonan yang berbaris ditepian. Semua pohon terlihat membungkuk memberi salam padanya, namun dia sama sekali tida merasa kalau itu adalah sebuah 'hormat' melainkan keterpaksaan karena adanya sosok roh alam dalam dirinya.     

"Kau bukan Leidy yang kukenal. Kau monster," suara lirih menyapa telinga tuan Putri.     

"Kau si pemilik energy asing itu. Apa kau piker kau akan bisa menjadi Ratu Selatan?"     

"Raja Wedden akan menghabisimu dengan sekali sabetan pedang emasnya."     

"Kau menyerahlah. Biarkan aku menggantikan posisimu tanpa menumpahkan darah."     

Putri Leidy mendengkus kasar. Kedua matanya masih terpejam, namun suara-suara itu sungguh mengganggunya.     

Suara seorang wanita nan lembut, terdengar manis, ramah namun juga jahat dengan kikik tawanya yang membuat putri Leidy bergidik.     

Pelayan yang berada di sekitaran tubuh putri Leidy segera mengusap peluh di dahinya dengan sebuah kain. Mereka juga mencoba untuk membangunkan tuan putri agar tidak berlarut dalam mimpi buruk yang selalu terjadi di setiap malam.     

"Tuan Putri bangunlah," seorang pelayan nan masih muda menepuk pelan bahu tuan putri. Sementara pelayan yang lain mengambilkan air hangat untuk minum, juga sebagian lagi untuk mengompres agar menenangkan.     

Leidy membuka keduanya matanya perlahan. Napasnya tersengal karena dia kesulitan untuk terlepas dari suara-suara aneh di kepalanya.     

Leidy menahan nyeri di bagian perutnya, sebuah luka akibat serangan sihir dari penyihir berambut merah masih belum kering dan membuat tdak nyaman putri Leidy.     

Pelayan membantu Leidy untuk bangun dan bersandar pada tempat tidur untuk selanjutnya meinum air hangat.     

Masih belum mengucapkan apapun, Leidy hanya mencoba untuk menetralkan pernapasannya dengan menatap kosong meja dengan rangkaian bunga indah yang ada di hadapannya.     

Klek!     

Pintu kamarnya terbuka, muncullah sosok Raja Wedden yang mengenakan pakaian tidurnya yang tebal.     

"Semuanya baik-baik saja?" tanyanya segera menghampiri tuan putri di tempat tidur.     

Kedua pelayan yang berada disisi Leidy mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan sang Raja.     

Raja duduk di tepi tempat tidur, baru saja dia hendak mengangkat tangan untuk memeriksa suhu tubuh putri Leidy. Wanita berambut coklat itu telah menangkap tangan Raja Wedden dan mencengkeramnya kuat.     

"Jangan lakukan itu. Aku tidak suka kau sentuh," ucapnya tanpa ada ekspresi apapun. Tatapan mata putri Leidypun tidak teralihkan dari rangkaian bunga.     

"Ah aku hanya ingin memastikan keadaanmu, Putri." Wedden mendadak canggung. "Kau selalu seperti ini dalam dua bulan belakangan. Aku sungguh khawatir," ujar Raja lagi.     

"Aku ingin pergi," ucap Leidy. "Aku tidak ingin menyusahkanmu lagi, Raja."     

Hening sejenak.     

"Aku tidak mempunyai rumah, kurasa aku akan menyusul ayah dan berkumpul bersama dengan ibu," imbuh putri Leidy.     

Kalimat itu mengejutkan Raja Wedden. Namun bukannya merasa prihatin, Raja Wedden justru tertawa kecil karena merasa itu cukup unik baginya.     

"Kau ingin mati untuk kedua kalinya? Kukira itu akan terjadi jika aku yang melakukannya," celetuk Raa Wedden.     

Putri Leidy menoleh padanya. "Maka lakukanlah! Bunuh aku sebelum aku pulih dan mengacaukan semuanya."     

Tawa Raja Wedden menghilang. Dia semakin tidak mengerti dengan putri Leidy. "Aku akan membiarkanmu pulih dan mengacau, daripada membiarkanmu mati tanpa melakukan apapun," ujar Raja Wedden.     

Raja Wedden lalu menjentikkan jemari, membiarkan putri Leidy tertidur karena sihirnya. Dia juga mengecek luka di bagian perut putri Leidy. Dia dapat merasakan kalau wanita berambut cokalt itu sedang benar-benar lemah.     

Seketika Raja Wedden teringat pada saat pertarungan yang dialami oleh putri Leidy dengan penyihir berambut merah di wilayah Timur.     

Pertarungan yang tidak pernah diduga sama sekali, Raja Wedden juga tidak habis piker mengenai kekacauan yang terjadi wilayah kekuasaan Raja Gael itu.     

Putri Leidy hanyalah salah satu dari sekian banyak korban berdarah waktu itu, Corea juga cidera namun beruntung dia hanya mengalami sedikit luka yang telah kembali pulih setelah diberikan perawatan oleh para pelayan kerajaan.     

Jika hendak menilik kembali peristiwa waktu itu, Raja Wedden sungguh berada di masa sulit. Dia yang dihadapkan dengan dua kekuatan besar nan asing harus mampu bertahan bahkan menyerang balik agar negeri tetap terjaga kedamaiannya.     

Raja Wedden terluka karena serangan sosok Selina juga para pasukan perampok yang dibawah pengaruh sihir kegelapan, dia masih saja menggidik jika mengingat hal itu. Ternyata dugaannya selama ini salah. Kegelapan tidak sepenuhnya hilang, masih tersisa pada beberapa makhluk hidup ataupun benda di sekitar.     

Hal itu membuatnya semakin siaga dengan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi di seluruh wilayahnya.     

Raja Wedden juga telah menerima permintaan maaf dari Raja Gael mengenai kerusuhan itu. Dia merasa sangat bersalah namun tidak bersedia menerima hukuman karena tujuan awal hari itu adalah sebagai hari keadilan untuk eksekusi para perampok yang telah meresahkan wilayah Timur.     

Kini wilayah Timur menjadi fokus bagi Raja Wedden setelah wilayah Selatan. Bukan karena wilayah Selatan sudah terjamin keamanannya, namun karena sang Raja yang hanya seorang diri memimpin sehingga membutuhkan nasihat juga teman untuk diskusi mengenai semua hal yang perlu dilakukan.     

Satu hal yang dapat dipahami oleh raja Wedden dari peristiwa hari keadilan itu, ialah kekuatan sihir putri Leidy yang tidak main-main. Sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai kekuatan tambahan untuk pelindung Negeri, atau bahkan bisa menjadi hal yang membahayakan karena energynya dapat mempengaruhi keseimbangan energy dari Wedden sebelumnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.