Penjahat Licik
Penjahat Licik
Dua pemuda desa yang telah ia berikan perintah untuk mempermudah tugasnya, menghilang.
Ketua kelompok pencuri, tidak sadsrkan diri dengan tidak ada sedikitpun harta hasil curian bersamanya.
Anggota kelompok pencuri kembali ditemukan oleh prsjurit Logne, hanya saja jumlahnya tidak sesuai dengan perkiraan Logne. Dia memperkirakan kalau akan berjumlah hingga sedikitnya tiga puluh orang, namun hingga kini hanya ada sekitar lima belas pemuda yang berhasil mereka tangkap, itupun lima diantaranya adalah hasil kerja Dayi.
Sosok Dayi dan Mod juga membuat Logne banyak berpikir. Tidak pernah ia meminta bantuan untuk menemukan para pencuri, namun kedua pasukan perbatasan itu nampaknya sangat bersemangat.
Logne mengerutkan dahi, ia merasa kalau Dayi masih menginginkan posisinya sebagai panglima pasukan Kerajaan. Namun dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Tiba-tiba dia menghentikan kudanya, dia kembali terpikir memgenai dua pemuda yang seharusnya membantu tugasnya.
"Kemana mereka pergi? Jika Vernon bahkan dalam keadaan menyedihkan dan tanpa harta, apakah mereka berhasil melarikan diri? Ataukah nereka juga menjadi korban, lalu siapa pelakunya?" pikirannya mendadak penuh hanya karena hal ini.
Masih dengan didampingi beberapa prajurit yang membiarkan Ketua mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Logne dikejutkan dengan sapaan sekelompok pria berjubah hitam pada pasukannya.
Tidak banyak berbincang, prajurit Logne hanya saling bersapa dan kembali membiarkan seluruh pasukan berjubah hitam untuk melanjutkan tugas mereka. Mereka juga sempat menganggukkan kepala samar pada Logne yang memperhatikan dari kejauhan.
"Ada apa?" tanya Logne pada seorang prajuritnya yang baru berbincang dengan prajurit hutan perbatasan.
"Ah mereka hanya kebetulan melalui jalan yang sama dengan kita, Ketua."
"Apa yang mereka lakukan? Patroli rutin ataukah mencari sesuatu?" tanya Logne lagi.
"Berpatroli. Kurasa begitu, karena merekapun tidak nampak terburu-buru. Bahkan mereka tifak menunggangi kuda mereka," jawab seorang prajurit yang membuat Logne mengangguk samar.
Namun ini bukan suatu kebetulan, dua pasukan bertemu di lokasi yang sama. Jika berpwtroli, maka Dayi bisa saja berada di tempat yang bereda. Namun ketua pasukan berjubah hitam itu jistru berada di tempat yang sama dengan kelompok pasukannya.
"Mungkinkah … mereka mengetahui rencanaku?" gumam Logne.
"Kalian! Siapa yang berteman baik dengan prajurit hutan perbatasan?" tanya Logne pada seluruh prajuritnya.
Tidak satupun dari mereka yang mengacungkan tangan.
Logne mengedarkan pandangan satu per satu.
"Setelah mendengar perkataan Raja, aku memutuskan untuk tidak berteman dengan siapapun. Hanya cukup mengenal, dan bekerjasama untuk menjalankan tugas," sahut seorang prsjurit berambut cepak.
Benar. Raja memang pernah menyebutkan kalau mereka tidak perlu berteman terlalu dekat dengan seseorang, karena itu bisa saja akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Logne mengangguk samar. "Kalian lanjutkan pencarian anggota pkelompok pencuri yang masih belum tertangkap. Ketua mereka, pria botak itu, harus segera mendapat perawatan agar dapat dimintai keterangan."
"Kau ingin berada diarah yang berbeda?" tanya seorang prajurit pada Logne.
"Iya. Kurasa aku meninggalkan belati di dalam gua."
"Kalau begitu aku akan menemanimu, Ketua."
"Tidak perlu. Kau lakukan saja apa yang kuperintahkan! Katakan saja apa adanya pada Raja jika beliau bertanya. Mengerti?" Logne menatap satu per satu prajuritnya.
Mereka lalu berpisah di titik itu. Melanjutkan perjalanan juga melanjutkan untuk menyelesaikan tugas.
Logne menunggangi kudanya lebih cepat dari semula. Dia ingin bergegas tiba di gua yang sudah dia tinggalkan cukup jauh.
Hutan wilayah pengawasan prajurit hutan perbatasan ini sangatlah sunyi. Bahkan anginpun tidak begitu menyejukkan, hanya beberapa suara burung hutan yang terdengar nyaring saling bersahutan.
Ia segera menegelilingi gua tempat ia menemukan sosok Vernon yang tidak sadarkan diri. Ia lalu mencoba untuk mengikuti jejak darah yang terdapat di depan pintu.
Cukup susah karena ketika terkena rerumputan, warna darah ekring itu berbaur dan sulit dibedakan diantara getah pohon yang memiliki tekstur sama.
Logne memenuhi hasratnya yang ingin mengetahui tentang semuanya. Dia lalu mengikat kida di dekat gua dan melanjutkan perjalanannya hanya dengan berjalan kaki.
Semakin masuk ke dalam hutan, Logne menggenggam erat pedangnya yang siap menebas apapun yang mengganggu langkahnya.
Logne pergi dengan diantar oleh beberapa prajurit berjubah hitam menuju desa. Jam untuk bertamu telah selesai, Logne kembali dengan perasaan serta pikiran yang masih belum tenang.
Dia teringat secuil memori saat ia dan Nig masih dalam pendidikan yang sama. Berlath dan bertarung dengan pelatih yang sama, juga dengan lingkungan yang sama. Namun Niglah yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan perbatasan hutan TImur.
Logne jelas masih mengingat sosok Nig yang baik baginya. Walau sangat kejam saat bertarung, namun Nig benar-benar setia kawan.
Logne lalu kembali teringat sosok Dayi yang kini merupakan pengganti Nig. Pria dengan kepribadian yang sangat berbeda dari teman baiknya itu.
Suaranya yang lebih berat, tatapannya yang sangat tajam juga seringkali terdengar merendahkan rekan yang lain. Membuat Dayi kurang disenangi prajurit lain, namun memang tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya untuk bertarung. Lencana istimewa dar Raja, adalah hal yang sulit untuk dsaingi oleh siapapun.
..
..
"Itu bukan kalian, 'kan?" ucap Logne tiba-tiba dengan tatapan tajam pada Dayi.
"Eh? Bisa-bisanya kau menuduh kami?" Dayi mengerutkan dahinya.
"Tidak menuduh, aku hanya bertanya. Karena hanya kalianlah yang memiliki akses terhadap hutan ini secara keseluruhan."
Dayi menarik napas panjang, dia lalu tertawa. Tidak menduga kalau pria dihadapannya itu akan mengatakan hal demikian.
"Bagaimana jika iya?" sahut Mod yang baru saja memasuki ruangan bersama dnegan Wite. "Kami membunuh mereka dan mengambil semua harta rampasan lalu menyerahkannya pada Raja. Apa itu sebuah pelanggaran? Mereka memasuki wilayah kami, sehingga kami memiliki hak untuk itu," imbuh Mod panjang lebar.
..
..
Huhh. Logne mehela napas panjang. Pikirannya masih pada percakapannya bersama dengan Dayi juga beberapa prajurit perbatasan. Dia sedang memikirkan banyak hal, salah satunya dia sedang mencurigai kalau pasukan berjubah hitam sedang merahasiakan sesuatu darinya. Sesautu yang pasti sangat luar biasa.
..
..
Logne menatap Dayi lekat. "Aku tidak menginginkanmu menukar posisi ini padaku."
"Posisi? Ah Ketua Pasukan Perbatasan dan Ketua Pasukan Kerajaan?" tanya Dayi.
Logne tidak menjawab, namun hal itu meyakinkan Dayi mengenai pertanyaannya.
"Kau tahu, Kawan. Aku memang tidak menginginkan posisi ini sebelumnya, tapi kau uga tahu kalau tidak ada seorangpun yang dapat menolak permintaan Raja. Aku hanya sedang menjalankan tugas dengan baik. Percayalah, aku tidak ingin bertukar dengan posisi apapun karena tanggungjawabku belum selesai." Dayi menjelaskan.
..
..
Huhh.
Kembali dengan helaan napas panjangnya. "Apakah kalimatnya dapat dipercaya?" gumam Logne.
"TIdak melakukan apapun kepada para buronan, juga tidak pernah berharap ingin berganti posisi? Kukira dua hal itu justru yang paling jelas terlihat di wajahnya," gumamnya lagi.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, pasukan berjubah hitam lalu membiarkan Logne kembali setelah bertemu dengan Prajurit Timur yang setia untuk menunggu.
***