Pengakuan Mengejutkan Dua Pemuda Desa
Pengakuan Mengejutkan Dua Pemuda Desa
Guide dan Frag tidak memberontak, keduanya sedang berpikir untuk kabur, namun merasa belum cukup tenaga untuk melawan pasukan bersenjata yang sangat ahli berperang. Lagipula, mereka akan segera sampai di tempat yang mereka tuju, yaitu Kerajaan. Hanya saja, prajurit yang ia temui berbeda dari yang seharusnya.
Mod dan wite diperitnah oleh Ketua mereka untuk menanyai Guide dan Frag mengenai belati perak yang ada di buntelan mereka. Karena itu adalah satu-satunya benda tajam bukan milik Raja yang mereka miliki.
"Bisakah kalian berkata jujur saja? Aku sudah cukup lama tidak menghajar seseorang, aku khawatir tidak akan memberi ampun jika harus melakukan kekerasan pada kalian." Kali ini Mod dan Wite memberi tekanan.
Guide memilih untuk diam, dia merasa telah menceritakan banyak hal pada Dayi sebelumnya, walau belum semuanya.
Frag menatap rekannya yang menunduk, dia yang masih memegangi lengan yang belum pulih itupun merasa bingung.
Mod dan Wite mengikat kuat tangan kedua pemuda itu dengan tali yang tidak mudah untuk diputis jika hanya dengan benda tumpul. Tentu saja, hanya pedang yang dapat memutus tali itu, kecuali jika mereka beruntung.
"Apa harapan kalian setelah mengembalikan semua barang itu kepada Raja? Apa kalian akan menceritakan semuanya? Ataukah kalian mengakui kalau kalianlah yang mencurinya bekerjasama dengan Seredon?" ucap Mod.
Atmosfer di ruangan itu terasa sangat berbeda, sangat tidak bersahabat seperti saat kedua pria itu baru menemukan Guide dan Frag.
Guide Nampak menahan diri untuk mengucapkan sesuatu.
"Apakah kalian berada di pihak kami?" ucap Frag yang menarik perhatian Mod juga Wite.
"Frag …," tegur Guide yang enggan merespon kedua pria prajurit Kerajaan Timur itu.
"Guide, bukankah kita memang bertujuan untuk bertemu mereka?" ujar Frag berbisik.
"Bukan," sahut Guide segera.
Frag bingung, ia menatap rekannya itu lekat. Guide meliriknya tanpa mengucapkan apapun, interaksi yang menyebalkan bagi Mod dan Wite.
"Hey kalian! Berani berbisik dihadapan kami" sentak Mod yang segera meraih belatinya.
Frag menelan ludah karena takut, dia khawatir akan megucapkan sesuatu yang salah yang justru akan membahayakan nasib ia dan Guide. Ia sudah sering melakukan itu, terakhir dia salah bicara, ia dan Guide harus menadi bulan-bulanan ketua kelompok pencuri dan berakhir di tempat pasukan berjubah hitam ini.
"Kami tidak akan melakukan kekerasan, hanya tidak akan memberi ampun jika sampai kalian tetap diam hingga matahari terbenam," ujar Wite yang duduk di pojok ruangan. Pria itu sambil meminum Bruen dan mengamati Guide dan Frag yang terikat dan tidakberdaya.
Frag memilih untuk melangkah mundur dan sedikit bersembunyi dibalik tubuh Guide yang lebih besar.
"Kami akan menuntut hadiah kami!" ujar Guide tiba-tiba.
"Eh? Guide?" Frag terkejut, dia semakin menghilang dibalik tubuh rekannya itu.
Mod dan Wite segera memfokuskan diri pada jawaban pemuda bermata biru.
"Aku akan membuat pengakuan, tapi ini tidak gratis." Guide mencoba untuk bernegosiasi. Hal itu membaut Mod dan Wite mengerutkan dahi bersamaan.
"Hanya satu kotak koin emas. Itu akan cukup untuk kami," jar Guide lagi.
Mod berdecak, dia seketika tertawa mendengar kalimat pemuda itu. "Kau mencoba bernego dengan memeras kami? Ah bocah berandal!"
"Aku tidak bernego, hanya menjual informasi yang sama sekali tidak murah karena kamipun mengorbankan nyawa kami untuk ini." Guide sama sekali tidak gemetar.
"Baiklah. Katakana saa semuanya sekarang. Kami akan memberikan sekotak koin emas itu pada kalian," ujar Mod lagi.
Guide menelan ludah, dia tidak yakin dengan perkataan dari pria berjubah hitam di hadapannya itu. Namun dia tidak dapat berpikir jernih lagi.
Frag mencengkeram pakaian Guide erat, dia juga menggeleng pelan saat rekannya itu menatapnya.
"Tidak aka nada bedanya kita mengaku sekarang ataupun nanti, Frag." Ucapan Guide membuat Frag semakin khawatir.
"Kami adalah anggota pencuri seperti dugaan kalian. Namun kami tidak lagi dibawah perintah Vernon. Kami membawa kabur barang hasil curian ini karena kami akan menukarnya dengan hadiah dari Kerajaan. Kami yang sudah lelah dengan perlakuan dari Vernon, merasa kalau ini adalah saat yang tepat untuk melepaskan diri dan hidup dengan nyaman."
"Kalian mengkhianati ketua kalian?" ucap Wite.
"Seperti yang kalian tahu, pria itu jahat dan hanya menginginkan harta untuk dirinya sendiri. Sebagian dari kami hanya diberi bagian kecil untuk bertahan hidup di hari berikutnya."
"Menarik," gumam Mod. "Apakah kalian juga yang mencuri barang-barang itu?"
Guide menggeleng, saat itu juga Frag semakin erat mencengkeram pakaian rekannya. "Seorang prajurit dari Kerajaan yang memberikannya pada kami. Dia ingin kami menyerahkan semua ini kembali padanya dengan berpura seolah dia menangkap kami, namun kami akan diberi kebebasan juga hadiah setelahnya." Guide lalu menarik napas panjang.
Spontan saja Mod dan Wite saling pandang. "Seorang prajurit Kerajaan? Siapa pria bodoh yang memainkan hal seperti itu?" ujar mereka seraya menggeleng dengan tawa tak tertahan.
"Aku tidak tahu namanya, tapi kurasa dia adalah Ketua pasukan," jawab Guide.
"Dia pemilik belati ini?" tanya Mod.
"Benar." Guide mengangguk mantap. Seketika Mod dan Wite saling pandang, keduanya mehela napas panjang dan memijat tengkuk bersamaan.
"Ah seharusnya kalian mengatakan hal ini sejak kemarin, aku akan segera menghajarnya saat tadi bertemu. Jadi, Ketua sudah mencurigai hal ini hanya ingin mendengar secara langsung dari pengakuan kalian," ujar Mod.
Dia ingat saat Dayi memperlihatkan belati milik Logne yang dia temukan di gua.
"Apa yang selanjutnya kita lakukan?" ucap Wite.
"Bertemu dengan Ketua lebih dulu," sahut Mod.
"Bisakah kalian bebaskan kami dan berikan hadiah itu sekarang?" celetuk Guide kembali mencuri perhatian Mod dan Wite.
"Bisakah kalian tetap diam dan berada disini hingga kami bebaskan?" sahut Wite.
Kedua pasukan berjubah hitam itu segera pergi meninggalkan ruang tahanan itu tanpa berbasa basi. Mereka juga mengunci semua akses untuk keluar hanya menyisakan sebuah kotak berukuran sedang yang merupakan tempat sirkulasi udara.
Guide manarik napas panjang. Sudah ia perkirakan akan seperti ini, dia bahkan tidak mempercayai keduanya yang dapat dengan mudahnya setuju dengan ucapannya.
"Kenapa kau berbohong?" ucap Frag.
Guide tersenyum samar. "Mereka tidak mungkin membebaskan kita begitu saja, maka akan lebih menyenangkan jika melihat dua pasukan Kerajaan saling membenci dan bertarung satu sama lain," ucapnya seraya menyunggingkan senyum lebar.
"Apa kita akan baik-baik saja? Kau tahu ini berbahaya, bukan?" ujar Frag lagi.
Guide menatap rekannya itu dengan manik mata birunya. "Hidup kita akan menjadi lebih seru jika berhadapan dengan sesuatu yang berbahaya, Kawan."
Frag mehela napas panjang, dia lalu tersenyum lega. Walau bagaimanapun mereka masih dapat hidup dan menikmati makan dari para pria berjubah hitam.
***