Logne Bertamu
Logne Bertamu
"Kau mengenalnya?" tanya Dayi.
Prajurit itu mengangguk, "Logne," jawabnya singkat.
Hal itu membuat Dayi berhenti minum, dia hanya ingin tahu apa yang sedang Ketua Prajurit Kerajaan itu lakukan di wilayah perbatasan hutan. Padahal, mereka juga baru bertemu saat mengepung gua tempat pria botak tak sadarkan diri.
"Suruh dia masuk," ucap Dayi, namun belum sempat dia berdiri, tamunya itu sudah terlebihdulu masuk ke ruangannya.
"Oh hai," sapa Dayi kaku. "Apa yang kau lakukan disini? Ada yang bisa kubantu?" tanyanya.
Logne mehela napas panajng, dia masih mengamati sekitar. Ini adalah pertama kalinya dia mengunjungi perkemahan pasukan perbatasan. Sangat rapid an benar-benar seperti pemukiman warga ada umumnya.
"Aku menyukai tempat ini," gumam Logne.
Dayi hanyasedikit memiringkan kepalanya. Dia lalu memerintah anak buahnya untuk membawakan sebotol Bruen untuk tamunya.
"Aku menemukan lagi, lima anggota pencuri anak buah pria botak itu," ujar Logne. Ia lalu duduk di sebuah kursi di dekat Dayi.
"Benarkah? Kapan? Baru saja? Wah kau sungguh hebat, Kawan. Jadi, semua anggota mereka telah kau temukan?" ujar Dayi antusias.
Logne mangamati ekspresi rekannya yang memberinya pujian. "Mereka tewas," ucap Logne membuat Dayi terkejut dan nyaris tersedak saat hendak meneguk minumannya.
"Apa? Bagaimana bisa? Kalian bertarung?"
Logne menggeleng. "Kurasa ada seseorang atau mungkin sekelompok orang yang juga mengincar mereka. Para pencuri itu tewas dengan keadaan tubuh yang pucat dan terbujur kaku. Aku menemukan semua mayat itu dibawah sebuah pohon besar di dalam hutan," ujar Logne menjelaskan.
"Seseorang yang menginginkan mereka? Maksudmu ada kelompok pencuri lain?" Dayi penasaran.
Logne mantap rekannya itu lekat. "Mereka mungkin menginginkan harta rampasan para pencuri itu," jawabnya lagi.
"Ah begitu rupanya. Jadi kita sedang berhadapan dengan kelompok lain yang lebih kejam?" gumam Dayi. "Kau memiliki anak panah atau mungkin sisa senjata dari yang menyerang para pencuri itu?"
Logne menggeleng. "Aku bahkan tidak menemukan luka sedikitpun di tubuh mayat mereka."
Menarik. Dayi sangat antusias untuk mendengarkannya. Namun dia juga sedang memikirkan siapa kiranya yang mungkin akan melakukan hal itu pada pasukan pencuri.
"Itu bukan kalian, 'kan?" ucap Logne tiba-tiba dengan tatapan tajam pada Dayi.
"Eh? Bisa-bisanya kau menuduh kami?" Dayi mengerutkan dahinya.
"Tidak menuduh, aku hanya bertanya. Karena hanya kalianlah yang memiliki akses terhadap hutan ini secara keseluruhan."
Dayi menarik napas panjang, dia lalu tertawa. Tidak menduga kalau pria dihadapannya itu akan mengatakan hal demikian.
"Bagaimana jika iya?" sahut Mod yang baru saja memasuki ruangan bersama dnegan Wite. "Kami membunuh mereka dan mengambil semua harta rampasan lalu menyerahkannya pada Raja. Apa itu sebuah pelanggaran? Mereka memasuki wilayah kami, sehingga kami memiliki hak untuk itu," imbuh Mod panjang lebar.
Dayi cukup terkejut dengan kalimat prajuritnya itu.
"Kalian menyalahi aturan karena seharusnya kalian tahu kalau mereka, para pencuri itu adalah tugasku. Kalian tidak seharunya ikut bertindak dan main hakim sendiri," uajr Logne.
"Kami hanya membantu Raja. Kami dikunjungi oleh mereka, lalu apakah kami akan menolak dan berdiam begitu saja?" sahut Wite lagi.
Logne memainkan botol Bruen yang baru diberikan oleh prajurit Dayi padanya.
"Benar. Tapi ini bukan alur yang dianjurkan," ujar Logne.
"Tenang, Kawan. Itu bukan kami," ujar Dayi.
Mod dan Wite menatap Ketua mereka bingung, tidak biasanya Dayi bersikap lembut.
"Kami justru baru mengetahui ini darimu. Jika boleh jujur, sejak beberapa waktu lalu kami disibukkan dengan penanaman pohon dan kegiatan patrol biasa, tidak menjamah gua manapun maupun hingga ujung hutan." Dayi menjelaskan.
"Emm … lalu siapa pelakunya? Dia menghabisi lima pencuri tanpa memberikan luka," kata Logne seraya meantap Dayi lekat.
"Kami akan menemukan pelakunya," sahut Dayi seketika. "Kau menginginkan harta rampasan itu juga kembali?"
"Barang rampasan milik warga juga sebagian milik Kerajaan, semua itu harus kembali pada pemiliknya," ujar Logne.
Dayi mengangguk samar, dia lalu menatap Mod dan Wite siap memberikan perintah. Namun kedua prajuritnya itu mengelek pertanda penolakan.
"Perintahkan mereka yang telah kembali dari patrol perbatasan. Atau prajurit lain yang telah selesai dengan tugas harian," perintah Dayi. Kedua prajuritnya segera mengangguk setuju dan keluar untuk menyampaikan perintah Ketua.
Dayi dan Logne hanya berdua di sebuah ruangan yang cukup luas. Keduanya sedang meminum Bruen, namun saling diam tanpa percakapan dalam waktu cukup lama.
Dayi melirik meja yang berada di sisi belakang Logne, tidak akan terlihat oleh Ketua pasukan Kerajaan itu jika dia tidak berbalik dan mengamati sekitar.
Dua buah belati kembar kembali mencuri perhatian Dayi.
"Kau tidak membawa senjata apapun?" tanya Dayi basa basi.
"Pedang," sahut Logne yang mnampakkan gagang pedangnya.
"Aku melihat kau sedang tidak fokus pada satu hal. Kau mengkhawatirka sesuatu? Bukankah kasus pencuri wilayah TImur akan segera beres setelah semua penjahat kau tangkap dan dieksekusi pekan depan?" Dayi memperhatikan rekannya.
Logne menatap Dayi lekat. "Aku tidak menginginkanmu menukar posisi ini padaku."
"Posisi? Ah Ketua Pasukan Perbatasan dan Ketua Pasukan Kerajaan?" tanya Dayi.
Logne tidak menjawab, namun hal itu meyakinkan Dayi mengenai pertanyaannya.
"Kau tahu, Kawan. Aku memang tidak menginginkan posisi ini sebelumnya, tapi kau uga tahu kalau tidak ada seorangpun yang dapat menolak permintaan Raja. Aku hanya sedang menjalankan tugas dengan baik. Percayalah, aku tidak ingin bertukar dengan posisi apapun karena tanggungjawabku belum selesai." Dayi menjelaskan.
Duk!
Logne meletakkan botol dengan kasar. Wajah polosnya nampak berubah.
"Katakan padaku, apa tujuan yang sebenarnya kau kemari? Tempat ini terlalu jauh di dalam hutan dan kau hanya sendirian. Kau sungguh hanya sekedar singgah dan berbagi kisah? Ataukah ada sesuatu yang kau ingin temukan? Pertanyaan Dayi panjang dan lebar.
"Kau kehilangan Belati?" tanya Dayi lagi, dia sedang memancing ekspresi dari rekannya itu.
"Kurasa aku menemukan satu di dalam gua. Kukira ini adalah milikmu, sehingga kubawa pulang." Dayi segera bangkit dan megambil satu, sementara barang lain kembali dia buntel dan letakkan pada sisi berbeda agar tidak begitu memancing perhatian.
Dayi lalu mnyerahkan sebuah beati perak tanpa tertulis nama pemilik, hanya lambang kerajaan dan ujung runcing yang menjadi unggulnan dari senjata mungil itu.
"Ah benar. Aku menyisir seluruh gua namun tidak menemukan apapun. Apa kau ada mencobanya?"
"Tidak."
"Begitukah? Ini sangat tajam bahkan akupun beberapa kali harus terkejut karena ketajaman sisinya." Logne kemudian mencoba untuk memotong ujung jubahnya untuk membuktikan pada Dayi.
"Kau hanya memiliki satu? Apakah memang hanya dibatasi oleh Kerajaan untuk saat ini hanya diperkenankan memiliki satu senata pendamping pedang?" tanya Dayi.
"Aku kehilangan milikku yang lain, sehingga aku diperkenanka untuk memiliki belati baru.
***