Kelompok Pencuri Tertangkap
Kelompok Pencuri Tertangkap
"Ternyata mereka tetaplah brandalan desa! Sama sekali tidak menguntungkan!" teriak Logne lagi yang sangat geram.
Prajurit lain sedang membongkar dan memporak porandakan semua barang yang ada di rumah tua itu, termasuk keranjang sayuran dan banyak perlengkapan untuk bertani dan berkebun.
"Kurasa ada kesalahpahaman diantara kita dan kedua pemuda itu, Ketua.," ujar seorang prajurit berambut cepak yang berdiri di dekat Logne.
"Mungkinkah mereka mengira kalau kita menyuruh mereka untuk membawa semua barang itu ke Kerajaan?" ucap prajurit itu lagi.
"Bodoh! Aku sama sekali tidak mengatakan hal itu." Logne masih dikuasai oleh amarahnya.
Hening sejenak, suasana di lokasi sangat tidak nyaman karena masing-masing dari prajurit Kerajaan itu lelah dan dengan amarah.
Seorang prajurit mendapati tumpukkan kayu yang berantakan juga ada beberapa bekas sesautu yang terseret di tanah.
"Ketua, apakah mungkin ini petunjuk?" ujarnya segera menunjukkan semua hal itu pada Logne.
"Mungkin mereka diserang oleh kelompok pencuri dan kembali dirampas?" tanya prajurit lainnya.
"Tidak mungkin," sahut Logne. "Mereka adalah pasukan pencuri, jadi tidak mungkin mereka akan diserang oleh kelompok mereka sendiri," sambungnya.
Hal itu membuat para prajurit heran dan sempat saling pandang, bertanya-tanya mengenai rencana sebenarnya ketua mereka ini.
"Tidak mungkin jika …." Kalimat Logne terputus, dia mengerutkan dahi dan berharap kalau pikirannya itu tidaklah yang sesungguhnya terjadi.
"Ah sial! Seharusnya aku meminta mereka untuk membawa ketua mereka padaku," sesal Logne.
"Ayo kita pergi ke hutan! Jika beruntung, maka kita akan menemukan mereka bersama dengan ketua kelompok dan barang-barang hasil jarahan yang lain." Logne membenarkan jubahnya, dia lalu segera pergi dan menghampiri kuda.
Semua prajurit menuruti perkataan Ketua mereka.
Di waktu yang bersamaan, namun di lokasi yang berbeda.
Pasukan perbatasan, para pria berjubah hitam telah menyusuri semua wilayah hutan kekuasaan mereka. Terlebih wilayah yang sempat disebut oleh dua pemuda yang mereka temukan di tengah hutan.
Tanpa Ketua, pasukan berjubah hitam itu bergerak dengan membagi pasukan menjadi beberapa bagian. Mereka telah dipercaya oleh Ketua mereka untuk dapat melakukan semuanya seperti apa yang pernah mereka pelajari.
Tanpa menunggangi kuda, mereka bergerak cepat seperti bayangan saatmalam tiba. Pergerakan yang hanya akan terdengar samar seperti hewan atau sesuatu yang mungkin sedang memanjat pohon.
Mereka, pasukan berjubah hitam telah bergerak sejak bulan tinggi. Keadaan malam berubah cepat menjadi siang saat mereka bahkan belum menemukan titik yang diperkirakan menjadi lokasi pemuda bermata biru menyerang ketua kelompok pencuri.
Sangat tidak mudah menemukan sisa darah yang tercecer di tanah maupun pepohonan yang telah menjadi lembab oleh embun malam. Aroma darahpun telah lenyap karena kalah dengan aroma lembab lumut yang mendominasi area hutan.
Karena akan cukup membuang waktu jika hanya fokus pada jejak yang tidak tampak, mereka memutuskan untuk kembali menyebar hingga ke desa.
Desa Tirin adalah yang terdekat, walau mereka harus berjalan jauh untuk keluar dari hutan, mereka sama sekali tidak mengeluh karena memang itulah tugas dan tanggungjawab yang mereka genggam.
Mod yang semula masih menemani Ketua di perkemahan pasukan, kini menyusul langkah para rekannya. Bahkan Dayi ikut turun tangan dan mempercayakan kedua pemuda perkampungan pada Wite dan prajurit lain yang dipersenjatai lengkap.
Dayi dan Mon mencari gua di sekitaran hutan. Hanya firasat, mereka kompak dengan tujuan kali ini.
Mengingat beberapa kali kasus di hutan yang selalu berhubungan dengan gua, sehingga membuat dua pria itu yakin dengan firasat mereka.
Sebuah gua yang menjadi tempat penyimpanan bahan makanan untuk para gnome terlihat dan tidak jaih dari tempat Dayi dan Mod berada. Namun keduanya merasa tidak mungkin jika para pencuri menyimpan barang hasil curian di tempat itu. Sangat berani dan jistru terkesan mengorbankan diri.
Dayi berpegang pada sebuah anak panah beracun yang sempat disebut oleh pemuda bermata biru karena menyebabkan rekannya tidak sadarkan diri.
"Kenapa aku merasa kalau anak panah yang mereka maksud adalah milik pasukan kita?" ujar Dayi saat berjalan melintasi akar pohon besar.
"Apakah di hutan ini hanya kita, Ketua? Tidakkah menurutmu ada pasukan lain yang mungkin sengaja menyerang?" sahut Mod.
"Pasukan lain? Lalu apakah menurutmu mereka akan menyerang pemuda itu lalu pergi begitu saja? Apa tujuan mereka?" ujar Dayi.
Mod terdiam, dia tidak memiliki jawaban dari pertanyaan itu.
"Tapi siapapun pemiliknya, kurasa itu adalah cara alam mempertemukan kita dengan mereka," ucap Dayi yang membuat Mod mengangguk samar.
Keduanya lalu tiba di depan sebuah gua yang sangat sepi. Di kelilingi bebatuan besar dengan pecahan yang berhamburan di sekitarnya. Seperti telah terjadi pertarungan hebat atau semacamnya yang menyebabkan kehancuran itu.
Mod hendak mendekat, namun Dayi menahan langkah rekannya itu. Keduanya kemudian memekakan telinga untuk memastikan kalau tidak ada ranjau yang akan membahayakaj mereka.
"Ini aneh ...," gumam Dayi.
Ia hanya berdua dengan Mod kali ini. Jikapun mereka berhasil menemukan tempat persembunyian para pencuri itu mereka kekuarangan pasukan dan membutuhkan kekuatan ekstra.
Sempat diam dan berpikir, Dayi dan Mod dikejutkan dengan pasukan lain berlencana Kerajaan Timur dari sisi gua yang lain.
Dayi mengerutkan dahinya, dia segera menarik napas lega setelah melihat sosok Logne berdiri diantara prajurit yang berlindung di balik semak di seberang mereka.
Dayi menampakkan diri diikuti oleh Mod, sengaja untuk memebri tahu pasukan Logne mengenai keberadaan mereka.
Logne terkejut dia sempat bingung namun juga beruntung karena mereka kini memiliki jumlah pasukan yang akan cukup dengan jumlah musuh.
Perlahan, dengan komando dari Logne, semua pasukan mengepung gua aneh berbatuan itu perlahan dari semua sisi.
Pasukan Logne bersiap dengan pedang masing-masing, sementara Dayi dan Mod masih akan menggunakan tangan dan kaki, hanya akan mengeluarkan pedang jika memang benar-benar harus digunakan.
Bercak darah yang nampak berceceran di bagiaj depan gua membuat semua orang menarik napas dalam-dalam. Mereka yakin sekaligus pasrah mengenai apa yang akan mereka jumpai di dalam sana.
Dayi dan Logne saling bertatap dan keduanya mengangguk bersamaan sebagai isyarat siap menyerang.
Mereka lalu masuk ke gua dengan langkah cepat dan siaga.
"Keluarlah! Kalian telah dikepung!" teriak Logne sangat percaya diri.
Namun mereka semua menjadi sangat bingung setelah mendapati keadaan gua yang sepi. Hanya ada sebuah meja batu panjang dengan seseorang yang terbaring diatasnya.
Masih siaga dengan senjatanya, Logne memberanikan diri untuk mendekati sosok yang terbaring itu perlahan
Sementara Dayi dan Mod memekakan pendengaran karena suasana di dal gua itu terasa sangat tidak nyaman, prajurit lain juga bersiaga dan beberapa berjaga dengan mengelilingi gua dengan pedang di tangan mereka masing-masing.
"Hah? Ada apa ini?" ucap Logne yang terkejut dengan sosok Vernon, pria botak, ketua kelompok pencuri yang terbaring dalam keadaan yang menyedihkan.
Luka pada bagian kepala dengan bekas darah yang sudah mengering. Ia segera mengecek denyut nadi serta hembisan napas yang ternyata masih terdeteksi namun sangat lemah.
***