BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Hujan Di Desa Kecil Wilayah TImur



Hujan Di Desa Kecil Wilayah TImur

2"Langit menjadi gelap sekarang, Raja. Apakah ini akibat dari kilatan tadi?" kata Vido yang berhenti di samping sang Raja.     

Raja Gael hanya diam memandangi langit yang berangsur mendung. Sangat terliat normal, namun pertanyaan prajuritnya tadi juga ada di pikirannya sekarang.     

"Mungkinkah ini adalah Energi yang Lain yang disebutkan Raja Wedden?" gumamnya. "Apakah itu energy dari luar? Atau mungkin benturan antara energy itu dengan energy Raja Wedden yang kuat?"     

Pikirannya mulai kesana kemari. Sangat disayangkan karena Kerajaan Timur tidak memiliki penasehat yang mengerti tentang kekuatan sihir dan semacamnya, sehingga Raja Gael tidak dapat mengetahui hal ini dengan pasti.     

Langit mendung itu semakin gelap namun tetap tenang, tanpa angin juga tanpa gemuruh dan petir. Namun perlahan gerimis mulai turun dengan butiran besar dan menyakitkan saat terkena lapisan kulit.     

"Kita harus berteduh, Raja. Disana ada sebuah kedai yang cukup luas." Vido mengajak Raja untuk menuju sebuah kedai yan tidak jauh dari temat mereka sekarang.     

Kedatangan Raja itu membuat semua pengunjung kedai terkejut, mereka segera memberi hormat dan sebagian berpindah tempat untuk memberikan tempat terbaik pada sang Raja.     

"Ah tidak perlu berpindah, kalian nikmati saja makan kalian. Aku hanya ingin berteduh," ujar Raja Gael.     

Semua pengunjung merasa sangat sungkan, mereka saling bergumam memerintah satu sama lain untuk memberikan pelayan terbaik untuk Raja mereka.     

Raja Gael bersama Vido duduk di dalam, sementara beberapa prajurit yang lain memilih untuk berdiri di luar dengan alasan menjaga kuda mereka yang bisa saja ketakutan karena hujan.     

Raja Gael masih memandangi derai hujan yang turun semakin deras. Bukan hujan sihir, pikirnya. Karena hujan seperti ini sangat normal terjadi bahkan terkadang hanya sebuah inisiatif dari Raja Wedden saat mengetahui kalau wilayah TImur tidak diguyur hujan untuk waktu yang cukup lama.     

Suara berisik air hujan pada atap kedai membuat suasana semakin bising. Beberapa kali Raja Gael menundukkan kepala dan mengerutkan dahi, dia sungguh membenci suasana seperti itu.     

Seorang wanita paruh baya dengan rambut ikal sebahu berwarna merah mudah, yang merupakan pemilik kedai menghampiri meja Raja dan memberikan minuman panas juga cemilan dalam jumlah banyak.     

"Selamat datang di kedai sederhanaku, Tuan. Terimalah sajian sederhana yang mungkin dapat menemani anda," ujarnya ramah seraya meletakkan semua hidangannya.     

Raja Gael berterimakasih.     

Wanita paruh baya itu menundukkan kepalanya dengan sangat sopan dan ramah.     

Wuzzz!!     

Angina kencang tiba-tiba datang menerobos pintu kedai dan mengejutkan semua orang. Air hujan yang terbawa angina membasahi sebagian tubuh Raja Gael dan membuatnya sangat terkejut dengan emosi yang mendadak tidak stabil.     

Raja Gael mulai merasakan pening dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Vido yang mengetahui hal itu segera membantu Raja untuk kembali duduk dan minum. Dia juga meminta pada wanita pemilik kedai sebuah jubah ataupun selimut yang dapat menghangatkan.     

Raja Gael mengumpat lirih, dia tidak menyukai mengalami hal buruk saat diluar Kerajaan karena hal itu bisa memperburuk citranya.     

"Ini selimutnya, Tuan." Wanita pemilik kedai membawakan dua lembar selimut tebal dan segera menyerahkannya pada Vido.     

Raja Gael hanya mengangguk samar. Jantungnya belum juga stabil dengan kepalanya yang pening, dia hanya memilih untuk diam.     

"Ah angin sialan! Kenapa selalu datang tiba-tiba dan merusak kedai reotku ini," gerutu wanita itu yang mencoba untuk menutup kembali pintu yang sudah rapuh dengan dibantu oleh beberapa pengunjung pria.     

Sangat mandiri, Raja Gael hanya memperhatikan wanita itu melakukan banyak pekerjaan untuk merapikan kedainy.     

Namun ada sesuatu yang membuat Raja terkejut, yaitu saat wanita itu menjentikkan jemari dan pintu kembali pada posisi semula tanpa proses paku atau semacamnya. Hal itu terjadi begitu singkat dan rupanya hanya dia yang melihat karena Vido bahkan hanya diam sambil memakan cemilan.     

Saat wanita itu berbalik, dia terkejut saat mendapati Raja sedang memperhatikannya. Wanita itu tersenyum canggung dan segera menundukkan kepala dan kembali dengan kegiatannya yang lain.     

Raja Gael mengerutkan dahinya, mencoba untuk berpikir jernih dan menikmati minuman hangat juga cemilan yang ada di hadapannya.     

Namun rasa ingin tahu Raja Gael sangat tinggi, dia memutuskan untuk menoleh dan memperhatikan sekitarnya, ingin menemukan hal lain yang mungkin akan kembali mengejutkannya. Beberapa pengunjuk menyapanya dan mengajaknya berbincang mengenai hal sederhana.     

Tidak sedikit dari mereka yang bertanya mengenai kunjungan tiba-tiba dari sang Raja pada perkampungan di ujung wilayah TImur itu.     

"AKu mencari pedagang sayur dengan kualitas baik di desa ini," jawab Raja Gael.     

Beberapa orang berbisik dan saling pandang, sangat aneh.     

"Anda membutuhkan banyak sayuran, Tuan?" tanya wanita pemilik kedai.     

"Tidak juga, hanya untuk kebutuhan Kerajaan selama sepekan."     

"Anda mencari pedagang muda?" celetuk seorang pengunjung, pria paruh baya yang terlihat cengengesan.     

Namun belum sempat Raja Gael memberikan respon, wanita pemilik kedai menyela dengan kembali menuangkan minuman panas pada gelas sang Raja dan prajuritnya.     

Lagi-lagi aneh, Raja Gael memperhatikan saat wanita itu menuangkan minuman. Jelas sekali ia tidak melihat kalau air dalam bejana yang wanita itu bawa tidak berasap, dengan kata lain itu adalah minuman dingin. Namun ketika mengalir masuk ke dalam gelas, minuman itu mengeluarkan asap dan menguap panas.     

"Permisi, maaf!" ujar Raja spontan saat wanita itu hendak meninggalkan mejanya.     

"Ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya wanita itu dengan senyum lebarnya.     

"Bisakah aku uga meminta minuman yang dingin? Aku ingin mencampurnya agar tidak egitu panas," kata Raja. Dia hanya sedang mencari alasan untuk menjernihkan dugaan anehnya.     

"Tentu. Tunggu sebentar, Tuan. Aku akan mengambilkan gelas yang lain." Wanita itu meninggalkan Raja Gael, namun sang Raja tetap mengunci pandangan pada wanita itu hingga mengambilkan gelas juga menuangkan air.     

Segera mengerutkan dahi, Raja Gael dengan jelas melihat wanita itu menuangkan minuman dari bejana yang sama dengan yang sebelumnya. Minuman panas kah?     

"Ini, Tuan. Minuman dingin yang anda pinta."     

Raja Gael diam tidak merespon. Dia masih dibingungkan dengan pikirannya sendiri. Namun penglihatannya tidak mungkin salah. Jadi, bagaimana bisa satu bejana berisikan dua jenis air minuman, panas dan dingin.     

Raja memilih untuk tetap diam seraya terus menatap dua gelas minuman yang ada di hadapannya. Vido memperhatikan sikap sang Raja, namun dia juga memilih untuk diam. Karena dia tahu kalau sang Raja bisa saja bersikap aneh ketika gangguan paniknya menyerang, atau mungkin sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.     

"Wanita itu penyihir," gumam Raja lirih, membuat Vido mendekat dan memekakan pendengarannya.     

"Siapa yang anda maksud, Raja?"     

"Wanita itu. Rambut merah muda."     

Vido segera menatap pemilik kedai yang sedang berbincang dengan beberapa pelanggan. Belum sempat memberikan responnya pada ucapan sang Raja, dia dikejutkan dengan Raja yang tiba-tiba berdiri meninggalkan selimut yang sejak tadi menutupi seluruh tubuhnya dan menghampiri pemilik kedai.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.