Menangkap Pencuri
Menangkap Pencuri
Raja Gael sedang berdiri menatap langit pagi yang terlihat sangat cerah. Pikirannya marut karena masih belum mendapatkan hasil apapun dari target pemburuan kelompok pencuri yang selama ini meresahkan.
Sekilas terpikir olehnya mengenai sosok Dayi. Dia memiliki hubungan cukup baik dengan prajurit dengan lencana kehormatan itu, dia juga percaya kalau Dayi benar-benar terbaik. Dia sedang berpikir, bagaimana jika kasus ini ditangani oleh Dayi, apakah tetap se-lama ini ataukah sudah beres bahkan sebelum target yang ditentukan.
Sekitar dua hari lalu, Logne menghampirinya dan melapor kalau dia telah menemukan tempat persembunyian dari ketua kelompok pencuri namun masih gagal untuk menangkap. Hanya barang curian yang ternyata merupakan barang-barang kerajaan.
Logne juga menyebutkan kalau sosok Seredon yang mendapat gelar pahlawan wilayah TImur adalah salah satu anggota mereka yang paling muda. Pemuda itu memanfaatkan aksesnya ke Kerajaan untuk dapat mengambil banyak barang dan dijual dengan harga mahal pada pasar gelap.
Raja Gael sangat memikirkan tentang hal itu. Raja Wedden memberikan penghargaan serta penghormatan pada Seredon, namun jika kisah dari Logne ini benar maka semua yang pihak Kerajaan untuk mengenang pemuda itu adalah sia-sia.
..
..
"Kami sedang proses merebut kembali semua barang itu, Raja. Ada rajurit yang kami tugaskan khusus, sementara kami akan kembali fokus untuk menemukan ketua dari kelompok pencuri itu. Maafkan aku, Raja jika tidak sesuai dengan target. Jika kasus ini belum beres dalam satu minggu kedepan, aku bersedia untuk dicopot jabatan, Raja."
Kalimat Logne waktu itu terdengar sangat meyakinkan. Namun hal itu tidak dapat menahan emosi Raja yang merasa dipermainkan dengan semua anji dari mereka.
"Kudengar dari beberapa prajurit, kau tidak meminta bantuan dari prajurit kerajaan lain? Bahkan prajurit perbatasan saja tidak kau ajak berunding? Apa itu benar?" Raja Gael menatap tajam Logne. Wajahnya menampakkan kekecewaan yang tidak terucap.
"Benar, Tuan." Angguk Logne dengan sedikit menunduk. "Aku hanya berpikir kalau kita tidak membutuhkan bantuan mereka karena kita akan membereskan ini dengan kekuatan kita. Lagipula, kelompok pencuri itu tidak akan pergi jauh."
"Kenapa kau sangat yakin?" tanya Raja Gael.
"Anggota mereka yang telah tertangkap mengatakan hal itu, Raja. Mereka tidak akan meninggalkan harta curian karena mereka akan membangun wilayah baru dengan smeua itu," jawab Logne.
Raja Gael mengerutkan dahinya. "Aku melihatmu berubah, Prajurit Logne. Kau menjadi sangat keras kepala dan berani menolak perintahku bahkan aku sudah mengutarakan hal ini pada Raja Wedden." Suara sang Raja terdengar sangat berat dengan nadanya yang tinggi.
"Apa kau yakin jika aku sekarang sedang berhadapan dengan prajurit terbaik yang pernah kubanggakan dahulu?" ucap Raja.
Logne tersentak, ia mengangkat wajah dan menatap Raja dengan lekat.
"Kau dan Nig, dua prajurit yang selalu kubanggakan bahkan prajurit lain hingga melakukan protes karena hal itu. Tapi kini kenapa aku yang protes karena sikap dan kinerjamu? Kau lelah? Kau tidak sanggup dengan tugas ini?"
Logne masih terdiam, dia hendak menjawab namun selalu didahului oleh Raja Gael.
"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi. Jika masih gagal, maka aku akan mewujudkan keinginanmu tadi."
Logne kembali menunduk, memilih untuk tidak mengucapkan apapun.
"Kau paham?" suara Raja Gael kembali menyadarkan Logne dalam diamnya.
Prajurit Logne mengangguk. "Aku akan melakukan yang terbaik, Raja." Setelah menundukkan kepala pada sang Raja, ia lalu berpamitan dan pergi untuk menuntaskan pekerjaannya.
..
..
Raja Gael menarik napas panjang. Dia memijat pelan kepalanya yang baik-bak saja. Dia lalu memilih untuk duduk dan menikmati minuman hangatnya yang baru diantarkan oleh pelayan.
Saat ia sedang menikmati minumannya, dia dikejutkan dengan kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul di langit.
"Ah sial! Apa itu?" segera saja Raja mengedarkan pandangan ke seluruh langit dan wilayah di kejauhan.
"Prajurit!" Teriak Raja Gael seraya menuruni anak tangga menuju bawah.
"Segera periksa seluruh bagian wilayah dan kabarkan kepada seluruh pasukan perbatasan untuk siaga dan memperketat penjagaan!" ucapnya segera setelah bertemu dengan beberapa prajurit.
"Kalian lihat kilat tadi, 'kan?" tanyanya lagi saat melihat prajuritnya sedikit bingung dengan perintah dadakan.
Tanpa basa basi lagi, semua prajurit segera melakukan perintah dari sang Raja dan berpencar dengan kelompok masing-masing.
Seorang pelayan menghampiri Raja Gael yang mudah terkena serangan panic, dia berdiri di dekat sang Raja dengan membawa segelas air putih.
"Minum dulu, Tuan."
Gael menoleh pelayan wanita muda itu. Dengan helaan napas panjang, ia lalu meminum air dan segera keluar untuk ikut berpatroli di wilayah sekitar Kerajaan. Lagi-lagi dia melakukan hal yang dilarang oleh Dayi, karena walau bagaimanapun Gael adalah seorang Raja yang seharusnya selalu ada di Kerajaan dan tidak membahayakan diri sendiri dengan menyapa masalah yang datang.
"Ada apa?" tanya pelayan wanita lain pada pelayan yang baru memberikan air minum pada Raja.
"Ada serangan, kurasa. Aku khawatir Raja akan kembali mengalami gangguan dan membuatnya tidak baik-baik saja," jawab Youhe, pelayan termuda yang merupakan anak dari pelayan yang dahulu bekerja pada masa kepemimpinan ayah Raja Gael.
"Kau sudah memberi Raja sarapan? Kurasa itu akan sedikit membantunya," ujar pelayan dengan rambut keriting pirang bernama Saura.
Youhe mengangguk sebagai jawabannya. Wajahnya jelas cemas. Saura menepuk pelan bahu rekannya itu dan segera mengajaknya untuk kembali melakukan pekerjaan.
Hanya sekali, kilatan di langit itu sungguh membuat Raja Gael penasaran sekaligus khawatir akan sesuatu hal yang mungkin akan terjadi pada wilayahnya.
Dia dengan didampingi seorang prajurit bernama Vido sedang berkeliling dan menuju hutan terdekat dengan bangunan Kerajaan. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar seraya terus memerintahkan kudanya untuk melaju kencang.
Mereka lalu berhenti di sebuah perkampungan yang cukup jauh dari Kerajaan. Raja Gael harus mengutuki dirinya sendiri karena ia memilih jalan yang salah sehingga tidak tiba di hutan melaikan desa kecil penghasil sayuran.
"Langit menjadi gelap sekarang, Raja. Apakah ini akibat dari kilatan tadi?" kata Vido yang berhenti di samping sang Raja.
Raja Gael hanya diam memandangi langit yang berangsur mendung. Sangat terliat normal, namun pertanyaan prajuritnya tadi juga ada di pikirannya sekarang.
"Mungkinkah ini adalah Energi yang Lain yang disebutkan Raja Wedden?" gumamnya. "Apakah itu energy dari luar? Atau mungkin benturan antara energy itu dengan energy Raja Wedden yang kuat?"
Pikirannya mulai kesana kemari. Sangat disayangkan karena Kerajaan Timur tidak memiliki penasehat yang mengerti tentang kekuatan sihir dan semacamnya, sehingga Raja Gael tidak dapat mengetahui hal ini dengan pasti.
Langit mendung itu semakin gelap namun tetap tenang, tanpa angin juga tanpa gemuruh dan petir. Namun perlahan gerimis mulai turun dengan butiran besar dan menyakitkan saat terkena lapisan kulit.
***