BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Pemuda yang Baik Hati



Pemuda yang Baik Hati

0"Katakan semuanya jika kau ingin selamat setidaknya hingga kau bertemu dengan Raja," perintah Ketua pasukan jubah hitam.     

"Katakan mengenai darimana kalian mendapatkan barang-barang itu, siapa yang menyuruh kalian. Dan semuanya." Dayi duduk dengan masih mengamati sosok pria yang belum sadarkan diri.     

"Namaku Guide dan dia temanku bernama Frag. Kami berasal dari desa Tirin. Kurasa tidak semua orang mengetahui tentang tempat itu, tapi …"     

"Kampung halaman Logne. Ahh aku tahu," gumam Dayi. "Lanjutkan!" perintahnya lagi. Dia tidak menyukai kisah yang terlalu tidak berhubungan dengan inti pertanyaan.     

"Tapi aku mengenal kelompok pencuri yang sedang kalian buru," ujar Guide. "Kami baru bertemu dan semua luka di tubuh kami adalah mereka penyebabnya."     

"Kalian tidak berteman karena kalian adalah berasal dari kelompok yang berbeda?" sela Dayi lagi.     

Guide diam sejenak. "Kami bukan pencuri."     

Dayi mengangkat kedua alisnya, bersikap seolah dia akan mempercayai bualan pemuda itu.     

"Kami justru akan pergi ke Kerajaan untuk mengembalikan semuanya."     

Hening.     

"Kami mendapatkan itu semua dari seorang pemuda lain. Dia memiliki akses ke Kerajaan dan mencuri banyak barang dari Kerajaan lalu menyimpannya di desa. Hal itu membuat kami menjadi sasaran kelompok pencuri yang mengetahuinya. Maka dari itu kami akan mengembalikannya."     

"Seorang pemuda desa yang mencuri di Kerajaan, katamu tadi? Maksudmu Seredon?" Dayi mencoba untuk mengingat sosok bocah yang sempat mengehebohkan Kerajaan Timest. Mulai dari kasus pencuriannya juga saat kematiannya yang dicatat sebagai salah satu pahlawan wilayah Timur.     

"Benar. Dialah yang menjadi biang dari semua ini. Namun dia tidak bertanggungjawab dan menghilang entah kemana."     

"Jika yang kita bahas adalah Seredon yang sama, maka dia telah tiada. Dia tewas saat perang melawan kejahatan dan pergi dengan gelar pahlawan," jawab Dayi.     

Guide mengerutkan dahinya, "Pahlawan? Bagaimana bisa pencuri diberi gelar pahlawan?"     

Dayi menatap pemuda bermata biru itu. Dia tidak menginginkan imbal balik dan bercakap lebih banyak.     

"Apa yang kalian akan lakukan setelah mengembalikan semua barang itu pada Raja?" tanya Dayi.     

"Menunggu keputusan lebih lanjut dari Raja," jawab Guide.     

Hening sejenak.     

"Ah kau bilang kalian baru bertemu dengan kelompok pencuri buronan, 'kan? Dimana kalian terakhir bertemu mereka?" ujar Dayi.     

"Aku tidak yakin, tapi kurasa itu di hutan subur dekat perkebunan warga di perbatasan. Aku hanya mengingat jalan yang hanya lurus dari tempat kami bertemu dengan kedua pasukanmu."     

Dayi kembali diam, dia mencoba menebak lokasi berdasarkan deskripsi singkat yang disampaikan oleh pemuda bermata biru.     

Tanpa basa basi lagi Dayi memerintahkan pasukannya untuk berangkat ke lokasi yang disebutkan oleh Guide.     

"Tangkap mereka dan serahkan kepada Raja hidup ataupun mati," ujarnya pada seluruh pasukan.     

Guide yang mendengar suara nyaring Dayi itu merasa tidak nyaman, jantungnya berdetak lebih kencang dan jemarinya terasa kebas. Entah pengaruh takut ataukah memang keadaan dirinya yang belum pulih karena dia bahkan belum merebahkan tubuhnya sejak beberapa waktu terakhir.     

Saat itu matahari sudah tenggelam, dengan keadaan alam yang gelap dan hanya diterangi cahaya bulan, pasukan jubah hitam berpencar memasuki hutan dengan persenjataan lengkap.     

Jika dulu pada masa kepemimpinan Nig ada larangan pergi setelah matahari terbenam karena seringkali ada badai kabut kegelapan, kini Dayi sama sekali tidak melarang kegiatan malam, bahkan merekapun ada saatnya untuk merasakan siang menjadi malam lalu malam sebagai siang mereka.     

"Kau menyerang ketua kelompok pencuri itu?" Tanya Dayi yang dijawab oleh Dayi dengan anggukan. Dia mengganti kain kompres untuk rekannya yang belum juga tersadar.     

"Bagus," gumam Dayi lirih. "Mengenai Seredon, apakah bocah itu memang merupakan pencuri ulung? Walaupun dia memiliki akses masuk ke Kerajaan, kurasa ada faktor lain yang membuatnya sangat berani untuk melakukan pencurian terhadap barang-barang berharga Raja." Dayi masih memiliki berjuta pertanyaan yang ingin disampaikan, namun dia harus memilah satu per satu untuk menjaga suasana yang ada.     

"Dia berasal dari keluarga serba kekurangan dengan jumlah anak yang cukup banyak. Aku tidak begitu mengenalnya, namun dia cukup popular di desa karena keahliannya dalam berdagang juga menjadi salah seorang pemuda desa yang beruntung karena memiliki akses ke Kerajaan." Guide menjelaskan.     

Dayi menyimak seraya mengangguk pelan. Dia pernah mendengar kisah ini sebelumnya dari beberapa pasukan yang mengenal dan pernah bertemu dengan sosok Seredon yang menjadi pengikut setia Keturunan Raja Elf.     

Menarik. Ternyata sosok pemuda biasa yang terlihat sangat lemah dan penakut itu memiliki kisah panjang dan pengalaman mencuri yang baik. Dayi tertarik dengan Seredon, sayangnya ia belum pernah bersapa secara langsung dengan pemuda itu hanya sekilas tahu saat mereka sama-sama berperang.     

Guide kembali mengganti kompres untuk rekannya. Perlahan, pria bernama Frag itu mulai membuka matanya dan sadarkan diri. Frag merasakan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama bagian lengan kirinya yang diperban oleh Guide dengan ramuan seadanya.     

Frag mencoba untuk bersuara, dia cukup tidak nyaman dengan adanya sosok Dayi, pria berjubah hitam yang nampak menakutkan baginya.     

Guide memperlakukan temannya itu dengan baik, dia juga membantu Frag untuk bangun dan menyandarkan tubuh pada dinding.     

Dayi masih belum tertarik dengan sosok Frag, hanya menatapnya sejenak lalu memilih untuk pergi meninggalkan kedua pemuda itu begitu saja.     

Frag bertanya-tanya, namuan Guide hanya mengangguk samar dan membantu temanya untuk makan.     

Guide menarik napas panjang, dia sangat lega melihat Frag yang kembali sadar. Walau keadaannya masih sangat lemah, setidaknya dia tidak kehilangan teman seperjuangannya itu untuk selamanya.     

"Mereka pasukan perbatasan wilayah Timur. Mereka orang baik, jadi kita tidak perlu khawatir," ujar pemuda bermata biru.     

"Mereka akan menangkap kita?" ucap Frag dengan suaranya yang masih serak.     

"Tidak. Aku mengatakan kalau kita akan mengemabalikan semuanya pada Raja."     

"Lalu mereka percaya?"     

"Kuharap begitu," sahut Guide.     

Frag menyandarkan kepalanya. Dia lalu tersadar kalau buntela yang semula ia bawa telah menghilang. Guide memberikan jawaban dan penelasan karena hal itu. Dia juga bercerita mengenai awal mula mereka berdua tiba di tempat para penjaga perbatasan.     

Sementara itu, Dayi bersama Mod dan Wite kembali dibuat berpikir keras setelah melihat semua barang yang ada di dalam buntelan.     

Rupanya tidak hanya barang berharga, namun ada pula sebuah belati yang juga merupakan senjata milik pasukan Kerajaan Timest yang tidak akan dimiliki oleh sembarang orang. Lagipula, senjata itu adalah yang paling sering dibawa sehingga kecil kemunginan jika Seredon mencurinya langsung dari pemiliknya.     

"Mungkinkah ini milik Raja?" gumam Mod seraya mencermati senjata itu.     

"Belati Raja terbuat dari emas, setahuku. Lagipula Raja akan selalu membawa itu bersamanya," sahut Dayi.     

"Mungkinkah milik prajurit?"     

Dayi mengedikkan bahunya. Mereka kembali mengikat kain buntelan dan meletakkannya diatas sebuah meja di dekat beberapa senjata yang baru dibersihkan oleh Dayi.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.