BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Hutan Timur Berdarah



Hutan Timur Berdarah

3Di wilayah Timur.     

Dua orang pemuda desa sedang berlari kencang menuju hutan untuk menghindari amukan seorang pria paruh baya yang sedang membawa senjata tajam. Suara yang nyaring, berteriak memaki, mengumpat serta langkah kakinya yang sangat panjang membuat kedua pemuda itu kwalahan bahkan hingga beberapa kali terjatuh karena lelah.     

Zrp!     

Belati runcing mendarat di sebuah tiang rumah kayu tepat di hadapan kedua pemuda itu berhenti mendadak. Hanya dengan mehela napas panjang, keduanya lalu melanjutkan langkah seribunya menuju hutan.     

"Kalian anak buah sialan! Kemanapun kalian pergi, aku akan menemukan kalian dan tidak ada kata maaf atau apapun untuk melenyapkan kalian!" teriak pria paruh baya itu.     

Perawakannya yang tinggi besar, dengan bekas luka nyaris di seluruh tubuh, dia bahkan tidak dapat melihat dengan jelas karena cidera pada mata kirinya. Kepalanya botak menyilaukan ketika terkena cahaya matahari, manik mata yang merah karena cidera menambah kesan menyeramkan pria itu.     

Dia berlari mengejar kedua pemuda yang telah membuatnya sangat murka.     

Dia adalah seorang pimpinan para penjarah di wilayah Timur. Seluruh bagian wilayah berada dibawah kepemimpinannya. Mereka hidup dengan cara mengambil barang lain, apapun yang terjadi. Mereka bahkan tidak ragu untuk menyakiti atau bahkan menghabisi nyawa seseorang yang hartanya mereka ambil.     

Di bagian punggungnya terdaapat bekas luka bakar yang berbentuk lingkaran cukup besar. Dari perjalanannya selama ini, dia benar-benar tidak terkalahkan. Pasukan Kerajaan bahkan selalu gagal dan memilih untuk menyerah jika harus berurusan dengan pria botak itu.     

Tidak membutuhkan tempat persembunyian apapun, mereka sama sekali tidak takut ketika mengetahui kalau paukan Kerajaan sedang mengincar ia dan semua kelompoknya. Pasukan penjahat itu hanya perlu bersikap biasa saja saat berkumpul dengan warga yang lain.     

Hasil curian mereka simpan di dalam gua di tengah hutan yang juga dijaga oleh beberapa pasukan penjahat. Mereka kembali hidup dengan kesederhanaan saat bermasyarakat. Hampir semua orang mengetahui tentang kejahatan pria botak dan para gembongnya, namun merekapun tidak berani untuk mengungkap kebenaran karena akan menjadi urusan panjang setelahnya yang juga membahayakan dirinya sendiiri.     

Saat mulai memasuki wilayah hutan, pria botak itu mulai kesulitan untuk menemukan dua pemuda incarannya. Sama sekali tidak Nampak jejak kemana keduanya pergi.     

Namun penciumannya yang tajam dapat segera mengetahui aroma tubuh dari pria perkampungan yang entah sudah berapa lama tidak membersihkan diri.     

Di balik semak tinggi dan lebat, kedua pemuda yang masih sangat belia sedang berembunyi dengan napas tersengal. Keduanya menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara apapun walau kaki mereka terdapat banyak luka akibat akar dan tunggul pohon yang meruncing.     

"Aish aku tidak tahan lagi," ucap seorang pemuda yang memiliki manik mata berwarna biru. Rambut hitamnya yang menutupi sebagian wajah membuatnya sekilas nampak seperti seperti wanita namun suaranya berat.     

"Bertahanlah. Dia pasti akan membunuh kita jika kita bergerak sedikitpun," sahut rekannya yang berparas normal. Hanya saja permuda ini memiliki deret gigi yang meruncing, cukup aneh karena tidak biasanya manusia denga susunan gigi seperti itu.     

Pria bermata biru membenarkan posisi duduk, luka di telapak kaki kirinya masih mengeluarkan darah membuatnya harus diam dan sesekali mengeluhkan pedih juga sakit. Ia meminta rekannya untuk membawa buntelan yang berukuran lebih besar dari kepala mereka.     

Terdengar samar suara dentingan benda-benda di dalamnya. Hal itu membuat keduanya saling pandang untuk beberapa saat.     

Pria bermata biru memejamkan mata dan mengucap maaf lirih, rekannya hanya mengangguk. Tidak ada yang tidak panic, mereka bahkan dapat mendengar suara detak jantung mereka sendiri.     

"Akan pergi kemana lagi kau, Bocah Sialan!" pria botak berhasil menemukan kedua pemuda itu dan segera menangkap pemuda bermata biru dengan menempelkan ujung belatinya yang tajam pada leher pemuda itu.     

Pemuda satunya hanya terduduk karena terkejut, kedua kakinya terasa sangat lemas sehingga tidak sanggup lagi berdiri bahkan untuk lari.     

"Kemarikan barang-barang itu!" teriak pria botak dengan tatapannya yang tajam.     

Pemuda yang terduduk masih diam, dia menarik napas panjang dan menatap rekannya yang mencoba menggeleng pelan dalam dekapan pria botak.     

"Cepat! Atau kubunuh temanmu ini!" sentaknya lagi.     

Pemuda bermata biru menatap lekat rekannya, dia memberikan isyarat untuk segera pergi dan menyelamatkan diri. Namun rekannya itu iba, dia takut, juga bingung.     

Pemuda bermata biru lalu mengedipkan kedua matanya bersamaan, sebagai tanda persetujuan.     

Pemuda yang memiliki gigi runcing segera berdiri, dia memgang erat buntelan yang ia bawa. Dengan gemetar dia mencoba untuk melangkahkan kakinya.     

"Maafkan aku," ujarnya.     

Bersamaan dengan pemuda itu melarikan diri, pemuda bermata biru segera menendang pria botak hingga membuatnya sedikit menjauh dari tubuhnya. Dengan sisa kekuatan yang ada, dia kembali menyerang dan menghajar pria botak dengan tangannya.     

Pertarungan tidak imbang, namun setelah berhasil menendang jauh belati milik pria botak itu, diapun berhasil mendapatkan sebongkah batu besar dan segera menyelesaikan semuanya.     

"Maafkan aku," ucap pemuda itu lirih.     

Napasnya masih tersengal, tubuhnya terasa sangat lemah. Luka baru di wajahnya akibat serangan pria botak dengan belatinya masih mengeluarkan darah segar. Perlahan ia berjalan mencari-cari jejak dari rekannya yang telah lebih dulu pergi.     

"Guide! Kau selamat?" seorang pria yang sedang terduduk lemah dibawah akar kayu besar antusias menyapa pria bermata biru.     

Pria bermata biru melangkah mendekat, dia mendapati rekannya itu pucat pasi dengan seluruh tubuh yang dingin. Guide juga menyadari kalau rekannya itu sedang memegangi lengannya dengan erat.     

"Apa ini?" Guide memaksa rekannya untuk melepas cengkeramannya. Dia semakin terkejut saat mengetahui kalau rekannya itu telah terkena racun dari sesuatu yang menancap sebelumnya.     

"Panah," ucap pria itu dengan lemah. "Bawalah, Kawan. Maafkan aku tidak bisa menemanimu hingga Kerajaan. Aku …"     

"Ah tunggu!" Guide menyela kalimat rekannya. Ia segera pergi untuk mencari dedaunan juga beberapa akar tanaman untuk dijadikan ramuan. Ia pernah mempelajari hal ini dari orang di perkampungan.     

Guide segera memberikan pertolongan pertama pada rekannya itu. Cukup lama, namun dia beruntung karena rekannya memiliki kekuatan banyak sehingga mampu bertahan walau dalam keadaan yang sangat lemah.     

"Naiklah ke punggungku! Kita akan mendapatkan pertolongan di desa," perintah Guide yang telah bersiap dengan bertumpu pada kedua kakinya.     

Rekannya itu, Frag, mengetahui luka di telapak kaki Guide, namun ia juga membutuhkan bantuan.     

"Lekaslah! Aku khawatir pria itu kembali hidup dan menangkap kita!" sentak Guide.     

Frag segera naik ke punggung rekannya itu. Tubuh keduanya sama besar, Guide sempat kesusahan awalnya namun tetap berdiri dan berjalan perlahan untuk keluar dari hutan.     

Napas Frag semakin lemah, tubuhnya juga menggigil dan sesekali ia seperti mengerang menahan sakit dari racun yang mulai merasuk ke seluruh tubuhnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.