Hewan di Kebun
Hewan di Kebun
"Ah syukurlah sudah mendapat perawatan yang baik," ujar Raja Barat itu lagi setelah ia melihat telapak tangan Egara diperban.
Egara enggan merespon. Dia hanya diam, dengan pandangan yang ia edarkan ke sekitar juga memekakan diri untuk merasakan energi di sekitar.
"Apa kau marah padaku?" ujar Raja Raddone. "Aku hanya ingin mengetesmu, aku sama sekali bukan orang yang melukai orang lain dengan sembarangan. Kau tahu aku Raja, 'kan? Aku tidak mungkin ceroboh."
Egara masih diam.
"Aku mengagumi ketepatanmu saat menangkap belati itu. Kurasa aku tahu alasan Raja Wedden memilihmu."
Egara menarik napas panjang. Dia lalu mengamati sosok Raja Raddone dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tampak seperti manusia pada umumnya, tidak ada energi istimewa yang dirasakan oleh Egara saat di dekat Raja Raddone.
"Aku …."
"Sssstttt" Egara memerintahkan Raddone untuk menutup mulutnya."Ada yang mendekat," ujarnya lirih.
Raja Raddone merasa harga dirinya terluka karena dia hendak mengucapkan sesuatu namun dilarang.
"Periksa arah sana!" ujar Egara memerintah.
Raja Raddone tidak berkenan, namun melihat Egara yang sedang memekakan pendengaraanya, Raja Raddone akhirnya menuruti perkataan prajurit Northan itu.
Egara mendengar ada suara seperti seekor hewan sedang mencuri tanaman di kebun itu. Samar, namun dia yakin sekali dengan pendengarannya.
"Disana!" ujar Egara dengan berbisik. Sialnya adalah, dia tidak dapat bergerak leluasa dengan keadaan telapak tangan yang diperban dan masih dalam keadaan parah.
Raja Raddone melihat sosok hewan yang sedang memakan Kale dengan santainya. Seekor Igunana berukuran cukup besar, berwarna hitam pekat dengan mata yang bersinar karena pantulan cahaya matahari, sedang memakan Kale dengan lahap.
Di sisi yang lain, ada seekor kelinci yang sedang memakan wortel.
Segera mengerutkan dahi Raja Raddone sadar dia harus menangkap dua hewan itu, karena itulah yang diinginkan oleh Egara.
Raja Raddone mengumpat samar, namun dia segera menghampiri Iguana secara perlahan agar tidak mengejutkan dan membautnya kabur.
Dengan kerjasama anatara Egara dan Raja Raddone, akhirnya mereka berhasil menangkap Iguana yang sangat liar dan memberontak. Segera saja Egara memanggil prajurit lain yang ada di sekitar untuk membawa hewan itu pada kurungan.
Sekali lagi mereka menangkap kelinci, namun itu tidak sesusah Iguana namun tetap saja kelinci liar itu cukup merepotkan.
Egara lega sekali. Namun sosom Iguana hitam itu sangat menarik baginya. Warna pekat yang tidak biasa, juga kilau mata yang indah, membutanya seoleh meminta untuk diberikan kasih saying.
Raja Raddone kembali mengumpat. Terlebih saat Jana baru menyusulnya setelah ia selesai dengan dua hewan pencuri itu.
"Sialan kau! Sengaja membuatku seperti ini?" ujar Raja Raddone pada Jana.
Jana menahan tawanya. Penampilan Raddone kacau setelah bergelut dengan Iguana dan Kelinci, namun dia hanya berani menundukkan kepala sebagai permintaan maafnya.
Tanpa berbasa basi, Egara meninggalkan Raja Raddone yang telah bersma dengan Dana dan wanita pendampingnya.
Egara masih tertarik dengan Iguana hitam. Dia bahkan enggan untuk mengalihkan pandangannya pada hewan itu. Dia seperti merasakan adanya sesuatu yang menariknya untuk terus menatap manik oranye hewan itu yang sangat indah.
Tanpa sadar, Egara telah cukup lama memandangi hewan itu yang telah diletakkan di sebuah kurungan. Dia bahkan kehabisan daun Kale yang telah tua untuk memberi makan hewan itu.
"Apa kau memiliki kekuatan sihir?" ucap Egara pada Iguana. Seorang prajurit yang mendengarnya segera tertawa, namun ia tidak berani nyaring karena Ketua mereka itu akan mudah memberikan pukulan pada pagian kepalanya.
Detik berikutnya Egara tersadar akan sesuatu. Dia mengerutkan dahi, namun perhatiannya masih tertuju pada hewan itu.
Di kandang yang berbeda, ada seekor kelinci gembul yang juga berwanr hitam pekat. Kedua hewan yang sangat memungkinkan untuk tidak terlihat jika berkeliatan dsaat malam. Hal itu membuat ingatan Egara tertuju pada malam saat prajurit Nadio terjatuh dan sakit mendadak.
"Diantara kalian, siapa yang dapat menyerang dari jarak jauh?" gumam Egara lagi.
Egara tidak merasakan hal aneh dari keduanya. Hanya warna gelap yang tak biasa untuk spesias hewan itu. Namun terlintas dalam pikirannya kalau hal itu bisa saja terjai karena factor lingkungan.
Saat Egara masih mengamati kedua hewan itu, dia kembali dikejutkan dengan kehadiran seseorang dari arah belakang. Hanya saja kali ini bukan Raja Raddone, melainkan Raja Wedden yang sejak tadi mencarinya karena menghilang setelah kejadian di ruang pertemuan.
"Kau menangkap pencuri lagi?" Tanya raja Wedden.
"Raja Raddone. Aku tidak bisa melakukan itu, Raja." Egara membenarkan posisi berdirinya.
Pandangan Raja Wedden segera tertuju pada Iguana yang menatapnya dengan manik orannyenya.
"Darimana hewan ini berasal?" Raja Wedden mengamati Iguana. Detik berikutnya dia teringat dengan beberapa sisik yang diperlihatkan oleh Ley dan Tao setelah melakukan pemeriksaan ke halaman Kerajaan.
"Ah hanya hama. Tidak menjawab semua pertanyaan mengenai prajurit Nadio," ujar Raja Wedden putus asa.
Egara hanya tersenyum samar. "Bolehkah aku memelihara keduanya, Raja? Cukup menarik karena mereka berbeda," ujarnya.
"Tentu. Aku juga menyukainya," ujar Raja Wedden menyeringai lebar.
.
.
Setelah pertemuan selesai dengan pembahasan yang cukup panjang. Seluruh Raja memutuskan untuk segera kembali ke wilayah masing-masing.
Mereka juga diserempakkan untuk menambah sistem pertahanan dengan prajurit yang diwaibkan untuk mampu menggunakan semua jenis senjata.
Raja Wedden juga meminta seluruh pasukan peri atau kerajaan lain yang berada di sisi luar wilayah negeri Persei juga melakukan hal yang sama agar wilayah mereka tidak mudah didatangi oleh penyusup.
Hatt dan Raseel yang mewakili peri lembah juga berpamitan untuk pulang agar mereka dapat menyampaikan hasil dari pertemuan pada sang ayah dan dapat menalankan peritnah dari Raja Wedden dengan segera.
Raja Soutra bersama dengan Pangeran Ren juga telah kembali, hanya tinggal Ley dan Tao yang keduanya masih memiliki kepentingan sekaligus penasaran dengan sosok pemilik Energi yang Lain, yang masih mereka duga kalau itu adalah Egara.
Sementara Raja Timur masih tinggal dengan alasan akan pulang saat pagi agar perjalanan terasa nyaman.
Raja Gael tidak begitu mengganggu putri Leidy kali ini. Dia justru banyak menghabiskan waktu bersama raja Wedden untuk membicarakan banyak hal, terutama mengenai pertahanan wilayah dan ilmu sihir.
Egara baru kembali dari ruang untuk mengurung para hewan pencuri. Dia sambil memakan buah tomat merah dengan tangan kirinya. Saat hendak menuju tempat berlatih prajurit, pandangannya segera tertuju pada sosok prajurit kepercayaan Raja TImur yang sedang duduk seorang diri seraya mengamati prajurit Northan berlatih perang.
Egara masih memandangi pria itu dari kejauhan, dia merasa familiar namun tidak begitu yakin dengan ingatannya.
Dia lalu memutuskan untuk menghampiri dan menyapa Logne yang cukup terkejut dengan kehadiran Egara yang tiba-tiba.
***