BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Sebuah Pembahasan



Sebuah Pembahasan

3"Malam itu, keadaannya sungguh sangat memprihatinkan. Dia kehilangan sebagian kesadaran dengan keram seluruh tubuh. Kebetulan sekali dia memang alergi udara dingin sehingga dia menggigil hebat juga sedikit kesulitan untuk bernapas. Keesokan harinya, keadaannya sudah pulih seperti sedia kala."     

"Namun sejak pagi tadi, dia kembali drop dengan kembali menggigil walau tubuh sangat demam. Tidak ada racun di dalam tubuhnya, semula kami juga kesulitan untuk menyebut ini sebuah penyakit. Namun saat Raja mengatakan mengenai Energi yang Lain, kami mulai berpikir kalau ini mungkin saja disebabkan oleh hal semacam itu." Tabib kerajaan Northan menjelaskan panjang lebar dengan didampingi oleh seorang perawat yang kompeten.     

Semua tamu masih menyimak.     

Tidak ada sanggahan, atau pertanyaan apapun dari para tamu, Raja Wedden mempersilahkan Tabib untuk kembali ke tempat duduknya.     

"Kau mengatakan kalau kau juga kesulitan untuk memagar negeri Persei dengan kekuatan sihirmu karena ada energy lain yang menghalanginya. Bisa kau jelaskan secara spesifik energy seperti apa yang kau rasakan itu, Raja?" ujar Raja Timest yang menyimak dengan baik.     

"Energi yang berbeda dari energi milik kegelapan," jawab Raja Wedden.     

Semua orang segera saling pandang dan rebut dengan gumaman masing-masing. Termasuk Tao yang segera melirik Ley penuh Tanya.     

"Kau yakin ini bukan sisa dari sihir kegelapan?" sahut Raja Gael lagi.     

"Aku pernah berhadapan langsung dengan Raja Kegelapan, dan kali ini benar-benar berbeda. Seperti energi pada diriku sendiri, hanya saja berasal dari sumber yang berbeda," ujar Raja Wedden. "Namun aku juga tidak dapat memastikan apakah ini 'sisa' kegelapan, ataukah memang energi murni yang bertolak dengan energiku."     

"Kau masih mengingat energy Rader?" ujar Raja Soutra membuat Wedden menatapnya.     

"Aku ingat. Tapi ini sungguh bukan dia, Raja.," jawab Wedden.     

"Tapi, Raja Wedden. Jika energi ini sungguh mengganggu dan membahayakan negeri Persei, tidakkah seharusnya sudah ada kekacauan yang terjadi di seluruh wilayah? Namun kurasa wilayah kami masih baik-baik saja," sahut Raja Raddone.     

"Hey! Wilayahku kacau! Banyak pencuri yang menyusup dan meresahkan para warga. Aku mengalami kerugian besar karena berandal-berandal itu!" Raja Gael meninggikan suaranya.     

"Itu bukan karena energi yang lain! Wilayahmu memang dipenuhi berandal karena pemimpinnyapun berandal!" sahut Raja Raddone tidak kalah tinggi.     

"Apa katamu? Jangan asal bicara kau, Raja Raddone! Wilayahku adalah wilayah paling aman. Hanya saja mulai kacau setelah kegelapan menyerang, dan kini kembali kacau karena kehadiran energy yang lain itu!"     

"Energi yang lain tidak berwujud pencuri, Raja Gael."     

"Kau …." Raja Gael mulai terpancing, namun dia tersadarkan dengan putri Leidy yang menatapnya dari kursi seberang. Wanita itu tidak melakukan apapun, namun Raja Gael segera bungkam dan enggan untuk rebut dengan Raja Raddone.     

"Di wilayah kami juga mulai kacau," ujar pangeran Ren disela ketegangan antara Barwest dan TImest. Semua orang kini fokus dengan Pangeran Soutra.     

"Kurasa beberapa waktu belakangan wilayah kami juga telah dikunjungi penyusup. Ada banyak kejahatan yang terjadi, keadaan alam tidak stabil yang mulanya kami kira hanya Raja Wedden yang ingin merekayasa cuaca, ternyata tidak. Aku, menjadi sasaran dari penyerangan penyusup." Pangeran Ren menjelaskan.     

"Apa menurutmu itu adalah dampak dari adanya energy yang lain yang bertentangan dengan kekuatan Raja Wedden?" ujar Ley yang juga menyimak sejak awal.     

Pangeran Ren mengedikkan bahunya. "Aku tidak yakin. Namun kurasa itu bisa saja karena memang jiwa jahat telah kembali muncul dalam diri para penduduk kita," jawabnya.     

"Pertumpahan darah juga sering terjadi, 'kan?" celetuk Diya yang berada di barisan belakang.     

Spontan semua orang menolehnya, namun prajurit wanita itu segera menutup mulutnya dan merasa sangat menyesal dengan ucapannya itu.     

Pangeran Ren menarik napas panjang setelahnya. "Benar. Kami cukup dipermalukan dengan kejadian itu karena mereka menganggap Kerajaan tidak melindungi warga dengan baik," tambah pangeran Ren.     

Sementara itu Raja Soutra mengangguk ringan sebagai bentuk persetujuan dari pernyataan putra mahkota.     

"Bagaimana dengan wilayah Barat?" Tanya Raja Wedden yang sejak awal masih belum menanggapi.     

"Wialayah Barat aman. Sudah kubilang, kekacauan di suatu wilayah itu dikarenakan pemimpinnya yang juga kacau. Aku adalah Raja yang baik, sehingga wilayahku juga baik-baik saja."     

Jawaban yang membuat Raja Gael mengerutkan dahinya. Jana yang berada tidak jauh dari sang Raja hanya mehela napas panjang dan sedikit melirik putri Leidy yang nampak enggan menyimak kalimat sang kakak.     

"Bukankah kau mendapatkan pendampingmu itu juga karena suatu 'kekacauan'?" celetuk nyaring Raja Gael.     

Hal itu membuat Raja Raddone kesal. "Bukan kekacauan, hanya salah paham. Aku telah membereskan semuanya. Kini hidup kami bahagia," sahut Raja Raddone. "Ah kurasa memang para Raa harus segera memiliki pendamping agar kehidupan mereka membaik sehingga kualitas kepemimpinan mereka juga membaik."     

Raja Wedden tertawa kaku. Dia merasa ini bukan saat yang tepat untuk bercanda dengan membahas mengenai pendamping. Dia lalu menggeleng dan memijat pelan dahinya.     

"Bagaimana dengan Selatan, Raja? Apakah ada kekacauan selain prajuritmu yang tiba-tiba sakit dan kegagalanmu saat memagari negeri dengan sihir?" tanya Raja Soutra.     

"Kurasa tidak. Aku hanya merasa wilayahku sunyi dan sepi sangat tidak biasa. Namun untuk beberapa momen, wilayahku terasa sangat menyenangkan," jawab Raja Wedden.     

Egara yang duduk di dekatnya hanya diam. Dia menundukkan pandangannya. Sekilas, dia kembali mengingat mimpinya yang telah terulang beberapa kali dan terasa sungguh nyata. Pria berambut panjang nan coklat itu lalu menatap putri Leidy, dia cukup terkejut karena rupanya wanita itu juga sedang menatapnya.     

Egara segera menundukkan kepala dan kembali fokus pada Raja Wedden.     

Semua orang di dalam ruangan nampak memperhatikan gerak gerik Egara yang terasa 'berbeda'. Terlihat menyimak, namun juga terlihat beberapa kali mengalihkan pandangan seolah sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.     

Tao menyenggol lengan Ley, ia juga berbisik mengenai sikap Egara. Namun Ley segera menyuruhnya untuk diam, karena mereka sedang berada dalam sebuah pertemuan.     

"Kudengar kau memiliki prajurit kepercayaan yang juga keturunan Elf. Apa itu benar, Raja Wedden?" ujar Raja Soutra kembali dengan senyumnya.     

Egara sedikit memiringkan kepala, bertanya-tanya kenapa kabar mengenai dirinya cepat sekali diketahui oleh wilayah lain.     

"Ah benar sekali. Dia adalah Egara. Seorang manusia namun memiliki darah Elf juga penyihir. Dia adalah mantan prajurit kerajaan Kegelapan. Dia benar-benar dapat diandalkan," uajr Raja Wedden memperkenalkan Egara pada seluruh tamunya.     

Egara berdiri dan menundukkan kepala pada semuanya. Rambut panjangnya nan coklat tergerai menutupi sedikit wajahnya, namun tatapan matanya sangat tajam.     

"Hebat sekali. Apa kau juga bisa melakukan sihir, Prajurit Egara?" tanya Raja Soutra yang sangat tertarik dengan sosok Egara.     

"Tidak, Tuan. Aku hanya sedikit sensitive dengan energi yang ada di sekitarku. Maka dari itu aku dapat menjaga Raja Wedden dari apapun yang membahayakannya," jawab Egara.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.