BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Pagar Pelindung Sihir Bag.2



Pagar Pelindung Sihir Bag.2

2Kisah sebelumnya.     

Sebuah bukit yang tinggi yang berjarak puluhan kilo meter dari Kerajaan Northan menjadi tempat pertama yang akan disentuh oleh cahaya matahari pagi. Udara hangat perlahan mengusir embun yang menyejukkan.     

Gelap malam perlahan berganti menjadi terangnya pagi yang menyuguhkan segala keindahannya.     

Angin sepoi sepoi, diiringi dengan kicau burung yang terdengar berirama sangat menangkan.     

Di atas sana, lebih tepatnya diatas sebuah batu besar yang menghadap ke arah matahari terbit sekaligus perkebunan yang menghijau indah. Seorang pria yang mengenakan jubah kebesaran Kerajaan Northan, namun tidak bermahkota, sedang duduk menatap langit yang berangsur cerah.     

Dia membiarkan wajahnya disapa cahaya matahari pagi, kedua manik abunya berkilau indah keemasan membuatnya semakin terlihat kalau dia adalah sosok yang kuat dan tidak dapat dikalahkan dengan mudah oleh siapapun.     

Disinilah tempat yang menjadi kesukaan Raja Wedden. Tempat yang jauh dari kebisingan, jauh dari suara-suara yang mengganggu, sekaligus tempat ternyaman untuk dirinya dapat mengenal jati dirinya lebih jauh.     

Tatapan Raja Wedden jauh tertuju pada objek acak berwarna hijau yang tidak nampak jelas. Detik berikutnya, dia memanfaatkan kekuatannya. Di kejauhan itu, terlihat beberapa hewa ternak yang mulai digiring pemiliknya menuju rerumputan hijau. Domba adalah ternak terbanyak, juga kuda yang masih sangat muda, calon kuda perang yang mungkin akan siap diajak oleh Raja.     

Dalam heningnya, angan-angan Wedden kesana dan kemari, memutar kembali beberapa memori mencoba untuk menemukan titik awal dari kehiduapan dirinya sebelum menjadi Raja di negeri Selatan.     

Dahulu dia hanya seorang pemuda desa biasa, benar. Mewarisi usaha kedua orangtua berupa penginapan dengan bar kecil di dalamnya. Hanya itu. Namun kini kehidupannya berubah sangat total.     

Dia tidak pernah menyangka sebelumnya kalau ternyata pasangan Arragegs bukanlah orangtu kandungnya. Selama hidupnya, dia tidak pernah sedikitpun memikirkan tentang dirinya yang merupakan anak angkat.     

Puluhan tahun hidup bersama, Wedden hanya merasa kalau dirinya berbeda karena factor yang tidak dapat dijelaskan. Kedua manik mata yang berwarna abu, lalu telinga yang meruncing, dia menanggap dirinya normal tanpa mempermasalahkan hal itu sama sekali.     

Wedden kembali memaksa otaknya untuk berpikir mengenai asal usulnya. Dari banyak sumber, akhirnya dia mendapatkan info kalau dirinya memang masih memiliki darah Elf murni.     

Sedikit dikerutkan dahinya, dia hanya tidak habis piker kalau dia dapat memiliki kehidupan yang seperti sekarang.     

Buku SIhir yang semula menjadi tujuan perjalanannya, juga menjadi alasan untuknya dapat memberanikan diri bertarung. Ternyata harus hancur dengan mudahnya di tangan Putra Raja Kegelapan.     

Wedden tidak memiliki suatu apapun yang dapat menjadi tempatnya meneukan jawaban. Hanya bayangan leluhur yang dapat ia temui saat ia terlelap, namun sekarang diapun sulit untuk menemuinya.     

"Kau adalah Rapher Elfkinn dalam wujud yang lebih muda. Tidak membutuhkan mantra, karena kekuatanmu adalah dirimu sendiri."     

Sedikit kalimat yang sangat melekat pada ingatan Wedden. Karena kalimat itu jualah Wedden menjadi semakin yakin dengan dirinya sendiri.     

Telintas dalam kepalanya sebuah keinginan untuk menemukan kembali saudaranya yang sesama Elf.     

"Jika diriku adalah keturunan terakhir Raja Elf? Maka siapa orangtuaku yang sesungguhnya? Ayahku? Ibuku?" gumam Wedden dengan pandangan yang masih tertuju pada perkebunan yang menghijau.     

"Apakah aku bisa menemukan ini seorang diri? Argh aku membutuhkan petunjuk."     

***     

Setelahnya.     

Di halaman depan Kerajaan, lebih tepatnya di dekat pagar tinggi yang menjadi batas Kerajaan dengan wilayah pemukiman warga juga hutan di wilayah Selatan. Raja Wedden sedang berdiri menagmati sekelilingnya.     

Dia sedang mempertimbangkan untuk menggunakan kekuatannya untuk melindungi negeri Persei dengan Pagar Sihir. Dia belum pernah melakukan hal itu karena setelah mereka berhasil mengalahkan kegelapan, mereka merasakan kehidupan yang sangat aman dan tentram.     

"Ah kurasa kita hanya perlu memagari seluruh Wilayah Persei dari kemungkian terburuk yang akan terjadi. Kita juga perlu mengusir kegelapan yang jahat." Kalimat Ley dan adik laki-lakinya, Tao, cukup merasuk dalam pikiran Wedden.     

Setelah keadaan malam yang terlalu sunyi dan membuat suasana tidak nyaman, lalu ada prajurit yang mendadak sakit aneh, lalu hujan yang tiba-tiba turu dengan disertai agin kencang dan guntur. Semuanya terasa tidak baik-baik saja jika kembali mengingat kalimat mengenai 'sisa kegelapan'.     

Huhh.     

Wedden menarik napas panjang. Diatas rerumputan yang masih basah, ia mencoba untuk kembali mengumpulkan energinya dan fokus pada kekuatannya.     

Wilayah Selatan, Barat, Utara, Timur. Seluruh wilayah harus ia angkau dengan kekuatannya sebelum akhirnya dia menggunakan sihir untuk membangun pagar kasat mata.     

Tidak ada seorangpun yang mendekati Raja, mereka semua memilih untuk sibuk dengan urusan masing-masing, karena kalaupun mereka hendak mendekat mereka tidak tahu apakah kehadirannya akan membantu atau justru akan mengganggu.     

Hening.     

Para pria Utara bersama para wanita di Kerajaan Northan merasakan energy kuat mengelilingi mereka. Angina yang semula sejuk mendadak menghilang dengan suara burung yang juga tidak algi terdengar riuh.     

Tao merapatkan diri pada Ley, dia selalu saja merasa ngeri jika ada kekuatan besar yang berada di dekatnya. Tanpa ia sadari kalau prajurit kepercayaan Raja Northan, Egara, sedang memperhatikan bocah berambut merah marun itu dengan lekat.     

Egara tertarik dengan sosok Tao yang masih sangat muda namun hebat. Dia sempat mendengar mengenai keikutsertaan bocah itu dalam peperangan melawan kegelapan, hal itu menambah poin tambahan untuknya semakin menyukai petarung cilik itu.     

Wedden terlihat merentangkan kedua tangan dengan memejamkan kedua matanya. Hatt segera berdecak kagum saat ia melihat samar api yang menyala mengelilingi seluruh tubuh Raja Northan itu.     

Egara juga melihatnya, dia bahkan terpaksa sedikit melangkah mundur karena energy dalam dirinya bertolak dengan energy Raja Elf itu.     

Bruk!     

Tubuh Egara mendadak lemah, ia hampir saja terjatuh dan hanya tersandar pada sebuah guci besar.     

Hal itu sontak menarik perhatian semua orang, namun sebisa mungkin dia kembali berdiri dan menjaga keseimbangannya.     

Pandangan Egara segera tertuju pada putri Leidy yang menatapnya sekilas. Sama dengan yang lain, Egara yakin putri Leidy pasti bingung dengan keadaannya yang tiba-tiba lemah.     

Wedden menarik napas panjang. Ini adalah pertama kalinya dia mengeluarkan energy yang sangat banyak. Dia hingga mengerutkan dahinya, namun detik berikutnya dia kehilangan fokus dan energinya melemah dengan tiba-tiba.     

Hatt tidak lagi melihat api, dia segera menghampiri Raja dengan diikuti oleh beberapa rekan lain. Kecuali pangeran Ren yang memilih untuk tetap di tempatnya dan melihat dari kejauhan.     

Ley memandangi sekitar. Alam telah kembali normal, kicau burung kembali terdengar dengan angin sejuk yang berhembus.     

"Kau tidak apa?" Hatt dan Raseel menghampiri Raja.     

Wedden masih terengah, dia terlihat sangat kelelahan.     

"Kau harus isitirahat," ujar Ley.     

"AKu gagal," kata Wedden dengan helaan napas panjangnya.     

"Kurasa telah ada energi lain yang menyusup tanpa kuketahui. Energy itu sangat kuat dan menghalangiku."     

Semua orang segera berbalik dan menatap Egara yang masih berdiri di dekat pangeran Ren.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.