BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Anggur Hijau



Anggur Hijau

3Setelah selesai di wilayah nelayan. Raddone memiliki jadwal untuk kembali mengunjungi pemukiman warga, namun kali ini yang akan dikunjungi adalah para petani anggur, buah menjadi kesukaan Raja Raddone.     

Di setiap perjalanannya, Raddone berdecak dan mengagumi kalau dirnya sebagai Raja Barat ternyata memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduk yang sangat banyak untuk dia pimpin.     

Raddone juga telah menjadwalkan kunjungan ke seluruh kerajaan kecil di wilayah Barat. Dia benar-benar ingin dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat, hal itu akan memudahkan dirinya saat hendak memberikan suatu kebijakan baru atau apapun.     

"Kita akan mengakhir ini hingga senja ataukah lanjut hingga semua tempat kita kunjungi?" tanya Jana yang berjalan mendampingi sang Raja.     

"Hingga semua tempat kita kunjungi," jawab Raja tanpa seketika.     

"Baiklah. Kalau begitu kita akan istirhat di perkebunan anggur."     

Raja Raddone mengangguk kecil. Dia menyetujui ide dari Jana itu.     

Walau masih merasa segar dan sehat, namun ternyata kedua mata Raddone tidak dapat berbohong sama sekali. Tubuhnya membutuhkan istrahat namun dirinya masih belum ingin menyudahi perjalanannya. Dia hanya menahan tubuhnya dengan berhenti melangkah jika merasa kantuknya datang.     

Perjalanan menuju perkebunan anggur diiringi dengan angin semilir dari arah TImur. Raja Raddone tida lagi dapat membohongi dirinya sendiri, tubuh lelahnya membuatnya tertidur hingga tidak dapat menikmati perjalanan seperti yang ia rencanakan sebelumnya.     

Di dalam kereta, Raddone menyandarkan tubuhnya memejamkan mata membiarkan tubuhnya bergoyang kesana kemari karena jalanan yang tidak rata.     

Jana tidak mengganggu Raddone sedikitpun. Dia membiarkan sang Raja untuk beristirahat dan hanya membangunkan setelah tiba di lokasi yang dituju.     

Puluhan bahkan sudah mencapai seratus lebih hektar kebun anggur warisan Kerajaan Barwest terbentang luas dan dirawat dengan baik oleh penduduk.     

Banyak pula lahan yang memang milik penduduk dan dikelola sendiri oleh penduduk setempat sebagai mata pencaharian mereka. Aroma segar buah anggur tercium dari kejauhan, sangat menenangkan. Jana melirik sedikit pada sang Raja yang masih enggan untuk membuka kedua matanya.     

Mereka tiba, namun Jana tidak mengijinkan siapapun untuk mengganggu istirahat Raja sehingga mereka belum memulai acara walau seluruh tokoh yang hendak ditemui telah berada di lokasi.     

"Raja masih belum sepenuhnya bisa menerima kepergian Raja Audore. Beliau terjaga tidak memakan apapun sejak har itu. Jadi, biarkan beliau beristirahat sejenak," ujar Jana memberikan pengertian.     

Semua orang mengangguk paham, walau diantara mereka ada yang keberatan untuk menunggu namun semuanya patuh dengan perkataan Jana karena menghargai raja mereka.     

Sebuah meja besar dengan banyak suguhan mulai dingin masih tersusun rapi tanpa disentuh oleh seorangpun.     

Mereka hanya memakan anggur hijau yang diberkan berlimpah oleh para penduduk sebagai jamuan.     

Jana memerintah seorang anggota pasukan untuk mengecek keadaan sang raja di kereta, dia khawatir sang Raja akan kebingungan karena terbangun dan hanya seorang diri.     

Tidak lama dari diperintahkan oleh Jana, prajurit itu telah kembali bersama dengan tuan Raja yang berjalan seraya membenarkan jubah serta mahkotanya. Nampak dari kejauhan Raja tersipu sekaligus merasa tidak enak karena membuat banyak menunggunya yang terlelap.     

"Maafkan aku. Seharusnya aku memerintahkan Jana untuk membangunkan," ujar Raddone yang disambut baik oleh para tokoh.     

"Kami tidak ingin istirahat anda terganggu, Raja." Jana bersuara.     

Raddone mengangguk samar. Ia lalu memerintahkan semua orang untuk duduk.     

Pertemuan yang semula dijadwalkan sebagai kunjungan perkebunan itu dimulai dengan menyantap hidangan yang telah disediakan. Tuan Raja berbincang langsung dengan kepada desa, juga para petani yang bertanggungjawab atas perkebunan anggur milik Kerajaan.     

Rasa anggur hijau yang sedikit masam membuat sang Raja kehilangan kantuknya. Dia memakan dalam jumlah yang cukup banyak bahkan dia sampai terkejut karena suguhan yang ada di hadapannya telah habis lebihdulu dari yang lain.     

Setelah menikmati hidangan dari penduduk, Raja Raddone dengan didampingi oleh prajurit serta tokoh lainnya segera menuju perkebunan untuk bersentuhan langsung dengan ratusan pohon anggur yang menghijau dengan subur.     

Namun ada hal kecil yang menark perhatian sang Raja, dari kejauhan, lebih tepatnya di sisi kiri pada jarak yang cukup jauh, ia dapat melihat sosok perempuan sedang berlari kencang dengan mengangkat rok panjangnya. Sangat terburu-buru dan nampak ketakutan.     

Hal itu sontak membuat sang Raja mengerutkan dahi.     

"Seseorang pergilah tolong wanita itu!" ujarnya.     

Jana yang juga melihat hal yang sama, segera sigap berlari menuju wanita yang terus berlari hingga hampir mengeliling perkebunan.     

Raddone mengedarkan pandangannya, dia mencari apa kiranya yang membuat wanita itu berlari ketakutan.     

"Prajurit! Kalian pergilah kearah sana! Aku akan ke bagian tengah." Raja Raddone segra berlari meninggalkan rombongan.     

Para prajurit segera mematuhi peritah sang Raja.     

Para penduduk dan Kepala Desa merasa bingung, mereka sebagian hanya saling pandang dan sebagian lag ikut berlari menyusul langkah tuan Raja.     

"Aaaaa …tolong aku!" teriak wanita berpakaian putih panjang yang rupanya itu adalah gaun pengantin.     

Tanpa aksesoris di kepala atau semacamnya, namun wajahnya terhias dan membuatnya terlihat cantik dibawah terik.     

Jana yang berlari kencang segera menangkap tubuh wanita itu yang berlari dari arah berlawanan.     

Wanita itu sempat menjerit karena ketakutan.     

"Ssst tenanglah. Aku akan menolongmu." Jana meyakinkan wanita itu. Dia juga menampakkan lencana kerajaan agar wanita itu tidak lagi ketakutan     

Wanita itu terengah-engah, dia berusaha menjelaskan namun napasnya tidak keruan. Jana membawanya menepi ke tempat yang tidak akan dilewati oleh siapapun. Setelah tenang, dia mengajak wanita itu ke titik berkumpulnya para penduduk dan tokoh di area tengah perkebunan.     

Setelah diberi air minum, semua orang meminta wanita itu untuk bercerita.     

"Bukankah kau Famara? Ada apa? Apa yang membuatmu berlari ketakutan?" ujar kepala Desa yang rupanya mengenal wanita itu.     

Wanita itu masih enggan menjawab.     

"Tunggu. Melihat penampilanmu, jangan bilang kau melarikan diri dari acara pernikahanmu." Imbuh kepala Desa.     

Wanita cantik itu menundukkan kepalanya.     

Semua orang mehela napas panjang. seolah mereka mendapatkan jawaban dari rasa penasaran.     

Seorang wanita tua yang merupakan istri dari salah seorang petani yang bersama dengan para Ketua Desa dan prajurit kerajaan, menghampiri wanita cantik bergaun untuk memberinya bantuan yang mungkin akan membuatnya berkenan untuk bercerita.     

"Jangan takut. Kami akan menyelamatkanmu," ujar wanita tua itu.     

Hening sejenak.     

Lalu wanita itu ahirnya bercerita kalau dia menolak untuk dinikahkan dengan seorang penjahat di desa hanya karena sang ayah menginginkan menantu yang kaya raya.     

Hal itu sudah di dengar oleh banyak penduduk setempat, hanya saja tidak ada yang berani ikut campur karena ayah dari wanita itu merupakan kepala dari penjarah yang sangat terkenal di desa Anggau ini.     

Jana mengerutkan dahi. Detik berikutnya dia segera menyadari kalau tuan Raja dan beberapa prajuritnya masih belum kembali dari beberapa waktu lalu.     

Dia segera bangkit dari tempat duduknya dan menyusul langkah sang Raja.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.