BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Rencana yang Berhasil



Rencana yang Berhasil

2Raddone memijat pelan kepalanya. Dia sungguh semakin tidak baik. Langit bahkan sudah mulai cerah dengan semburat samar cahaya putih.     

Jana menghampiri tuan Raja. "Butuh sesuatu untuk menenangkan pikiran?" ucapnya.     

Raddone menatap pria itu sejenak, lalu dia kembali menengok kearah prajurit yang lain.     

"Dua botol Bruen," ujar Raddone segera pada Jana. Ketua pasukan berkuda itu mengangguk segera, dia memberikan isyarat pada anggotanya untuk segera membawakan pesanan sang Raja.     

"Dimana Dipa? Kenapa kau sejak tadi ada di kerajaan namun aku sama sekali tidak melihatnya?" tanya Raddone. Ia kini duduk di kursi yang masih menghadap jendela. Sementara tuan putri berbaring di tempat tidurnya dengan dirawat oleh pelayan juga tabib.     

"Ah kukira anda memberikan tugas padanya untuk berpatroli ke seluruh wilayah perbatasan," ujar Jana. "Aku belum ada bertemu dengannya sejak beberapa hari terakhir."     

Raddone menatap Jana lekat, dia mengerutkan dahinya. "Aku tidak ada memberikan perintah apapun padanya," ujarnya.     

"Begitukah? Lalu kemana dia pergi? Tidak biasanya dia pergi untuk urusan pribadi dalam waktu yang cukup lama," gumam Jana.     

Jana lalu menatap tuan putri, dia mendapati wanita itu sedang menatapnya dari tempat tidur. Jana sedikit mengangguk dengan senyum samar.     

Leidy tidak memberikan respon banyak, hanya diam dan membiarkan pelayan memijat pelan tubuhnya.     

"Emm beberapa hari lalu, tuan Putri bahkan berkuda dan berkeliling kerajaan hanya seorang diri," kata Jana menambahkan.     

"Cari dia segera! Jika ketemu, aku akan membernya hukuman yang berat karena meninggalkan tanggungjawabnya di kerajaan."     

"Baik, Tuan. Setelah matahari terbit kami akan segera melakukan pencarian prajurit Dipa." Jana mengangguk patuh.     

Seorang pelayan datang dengan membawa baki dengan dua botol Bruen dengan didampingi oleh seorang prajurit suruhan Jana.     

Raddone hanya meminta untuk meletakkan minuman itu diatas meja. Dia lalu menghampiri sang adik yang sedari tadi diam.     

Menduga akan mendapat perhatian dari sang kakak yang semula murka, Leidy segera mengerutkan dahi dikejutkan dengan pertanyaan Raddone yang sama sekali tida terdengar sedang mengkhawatirkannya.     

"Jana mengatakan kau berkeliling kerajaan seorang diri. Kenapa? Dimana prajurit Dipa?" ujar Raddone.     

Leidy sempat diam untuk beberapa saat lalu menggeleng. "Dipa menemaniku sebentar, tapi dia meninggalkanku di dekat hutan. Dia mengatakan ada tugas untuk diselesaikan. Aku tidak melihatnya lagi setelah itu. Dia tidak menyusulmu?" tanya Leidy.     

Raddone menggeleng. Jelas sekali dia kecewa dengan semua jawaban yang ia dapatkan. Masih belum selesai dengan pikirannya mengenai tahta baru, kini dia harus mengurus seorang prajurit kepercayaan yang menghilang.     

Hening sejenak.     

Raddone lalu duduk di tepi tempat tidur dan mengusap pelan rambut tuan putri dengan lembut.     

"Maafkan aku. Aku akan menjadi raja yang baik untuk wilayah kita," ucapnya.     

Leidy masih sempat terdiam, lalu dia tersenyum samar seraya mengangguk. "Kau adalah pilihan," ujarnya.     

Raddone lalu keluar, dia ingin berjalan-jalan sebentar untuk mendinginkan kepalanya.     

Dia berjalan perlahan. Tidak ada bangunan yang berubah, namun suasananya tidak lagi menyenangkan. Detik berkutnya Raddone terbayang sosok ayahnya yang sedang berdiri di kejauhan dan tersenyum padanya.     

Raddone menghentikan langkahnya kemudian dia tersenyum.     

"Ah ini semua diluar dari yang kuharapkan. Semula kukira ayah sungguh akan marah dan membenciku, namun ternyata ayah masih memberku kepercayaan untuk tahta ini," gumamnya.     

"Semuanya sangat tiba-tiba. Lalu apa yang akan kulaukan di hari pertamaku menjabat sebagai Raja? Apa aku boleh mengadakan perayaan dengan mengundang semua raja di negeri Persei?" imbuhnya lagi.     

Tidak lama setelah bergumam dan berpikir, Raddone tertawa dengan lega.     

"Raja Wedden. Sekarang kaulah yang menjadi focus kami. Aku akan mendapatkan kepercayaan darinya, lalu Leidy memainkan perannya. Dan … rencana ini akan berjalan dengan baik tanpa hambatan," piker Raddone yang kembali melanjutkan langkah kakinya.     

"Ah tidak pernah terbayang kalau semuanya akan menjadi mudah. Tapi aku tidak boleh terburu-buru. Aku hanya perlu membantu Wedden untuk jatuh cinta pada Leidy."     

Raddone menunggu matahari terbit, dia tida bisa tidur dan menjadi sangat bersemangat setelah mengingat dia akan menjalani hari pertama setelah dinobatkan menjadi Raja. Setelah sebelumnya dia menangis hingga terisak, dia kembali membiarkan matanya tidak terpejam walau hanya sebentar. Hal itu membuat penampilannya sedikit berbeda.     

Dia mengumpulkan semua pengurus kerajaan dan dengan secarik kertas juga sebuah pena, ia mencatat segala sesuatu yang hendak ia sampaikan.     

Raja Raddone tidak mengubah kebijakan Raja Audore sebelumnya, namun dia mengutarakan sebuah pelayanan istimewa untuk Raja Wedden Northan, Raja tertinggi di negeri Persei.     

Apabila Raja Wedden berkunjung, baik seorang diri maupun bersama pendamping, mereka harus mendapatkan pelayanan terbaik dan dilarang keras untuk membuatnya merasa tidak nyaman.     

Tidak ada yang keberatan dengan pernyataan Raddone tersebut, karena memang pada dasarnya Raja Wedden harus mendapatkan pelayanan semacam itu.     

Raddone juga menyatakan kalau kerajaan memerlukan prajurit baru untuk memperkuat sistem pertahanan wilayah. Jana setuju dengan usul ini, dia juga bersedia untuk menjadi bagian dari penyaringan calon prajurit kerajaan.     

Putri Leidy tidak memberikan tanggapan apapun. Dia hanya duduk dan memandangi kakaknya mengatur segalanya.     

"Aku ingin berkunjung langsung ke wlayah pemukiman warga. Aku ingin mengenal mereka lebih dekat. Aku memerlukan banyak pasukan untuk menemaniku, juga mereka yang harus mencatat segala sesuatu yang kita dapatkan dari sana."     

Semua orang masih diam.     

"Aku menginginkan Jana. Apakah tuan Putri tidak masalah penjaga kesayanganmu ikut bersamaku?" tanya Raddone pada sang adik.     

"Itu bagian dari tugasnya. Sangat tidak masalah," sahut putri Leidy.     

"Baiklah. Aku membutuhkan Jana dan pasukan lalu beberapa pelayan yang akan menemani."     

Jana mengangguk, dia sudah siap dengan tugas dadakan dari Raja.     

"Oh apa kalian sudah menemukan Dipa? Apa dia sudah kembali?" tanya Raddone yang entah sudah berapa kali dia ucapkan pagi ini.     

Jana memberikan jawaban yang masih sama dengan beberapa prajurit yang ditanya oleh Raddone sebelumnya.     

"Kami tidak mendapatkan petunjuk apapun mengenai Dipa, Tuan. Kami bahkan telah mengunjungi keluarganya di perkampungan, namun mereka juga tida tahu. Mereka bahkan memaki kerajaan yang tidak pernah memberikan ijin para preajurit untuk mengunjungi orangtuanya," jawab Jana.     

"Begitukah? Kukira kalian mendapatkan jadwal libur rutin," ujar Raddone.     

Sempat hening.     

"kalau begitu mulai sekarang kalian mendapatkan ijin kerja rutin secara bergantian. Namun hanya dua malam. Apa itu tidak apa-apa?" tanya Raddone yang membuat semua prajurit dan pelayan antusias.     

"Selama ini kami hanya boleh bertemu keluarga beberapa jam saja tiap harinya. Itupun jika tiga hari berturut-turut maka kami akan mendapat hukuman."     

Raddone mengerutkan dahinya. "Kau membual?" ucapnya tida suka. "Ayahku bukan Raja yang sekejam itu," ujarnya.     

"Tidak kejam, Tuan. Beliau tegas tidak membolehkan kami mengalami pembagian focus yang dapat mengganggu tugas dari Raja," jawab Jana.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.