BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Saudara Perempuan Untuk Leidy



Saudara Perempuan Untuk Leidy

3Famara sangat terkejut saat Jana mewakili tuan Raja mengatakan kalau dirinya harus ikut ke Kerajaan dan mulai saat itu juga akan menjadi seorang pelayan disana. Dia juga sempat menahan tangis setelah mengetahui kalau hal ini sudah disetujui oleh ayahnya yang sekarat.     

Jana merasa tidak nyaman, namun Raddone tida mengatakan apapun setelah mengajak wanita itu untuk pulang. Tidak memberikan penjelasan lainnya, hanya Jana yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari wanita itu.     

Dua mimpi buruk telah dialami oleh wanita itu sekaligus dalam sehari. Dia yang lemah itu tidak dapat memberikan perlawanan atau apapun kepada orang-orang yang memaksanya untuk melakukan sesuatu. Beruntung dia memiliki fisik yang cukup kuat, yang membautnya berhasil melarikan diri dari kejaran pria bersenjata tajam yang hendak mengakhir hidupnya.     

Walau sangat tidak nyaman, namun Famara juga merasa bersukur karena dia selamat dan kini tida algi berada di lingkungan yang sangat tidak ia sukai. Hanya saja, dia mengkhawatirkan keadaan ayahnya yang sempat mendapatkan tusukan belati Katar dari pria brutal yang hendak menikahinya.     

Jana mengatakan kalau Raja telah memberikan uang untuk perawatan luka ayahnya, hal itu cukup melegakan bagi Famara.     

Raja membatalkan rencana awalnya yang mengatakan kalau mereka akan pulang setelah mengunjungi semua lokasi. Dia memutuskan untuk pulang dan akan melanjutkannya besok hari.     

Ada banyak pertimbangan dalam pikiran Raddone, salah satunya adalah keberadaan Famara yang masih terlalu asing baginya juga penampilannya yang tidak menarik dan akan membaut citranya terganggu.     

Di sepanjang perjalanan menuju Kerajaan. Raja Raddone duduk bersebelahan dengan Famara yang keduanya tidak saling bicara, dan masing-masing menoleh menatap jalanan yang dilalui.     

Sementara Jana duduk di kursi di depan Raja. Dia merasakan suasana canggung dengan atmosfer yang dirasa mendadak panas juga dingin sekaligus.     

Hening.     

Hening.     

Hening.     

Ketika mereka melewati pasar di daerah perkampungan lain, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak karena Raja ingin pergi ke kamar kecil.     

Famara tidak turun, dia terlalu lelah untuk kembali menggerakkan tubuhnya terlalu banyak.     

Jana mendampingi Raddone. Tuan Raja menunda langkahnya saat ia melihat sebuah gaun yang terpajang di tempat penjual pakaian. Berwarna putih, bercorak emas nampak anggun.     

"Raja ingin membelikan wanita itu gaun?" tanya Jana yang selalu ingin tahu.     

"Tidakkah kau merasa ini sangat cocok dengannya?" ucap Raddone yang membuat Jana menatapnya tanpa ekspresi. "Ini sangat cocok untuk Leidy. Namun dia sekarang tidak lagi menyukai pakaian berwarna seperti ini. Dia mengubah penampilannya agar sosok Ratu dalam dirinya tumbuh."     

"Emm, Tuan Putri selalu cantik dengan semua pakaiannya, Tuan."     

"Tentu. Aku akan membelikan pakaian itu untuk Leidy, dan yang ini untuk wanita itu. Aku tidak menyukai gaun lusuh itu. Akan sangat aneh jika seorang Raja bepergian bersama dengan wanita yang biasa saja," ucap Raddone.     

Jana tidak menolak. Dia mengangguk dan segera memberkan pakaian yang dibeli Raja untuk Famara. Dia juga meminta wanita itu untuk berganti pakaian sesuati dengan titah dari Raddone.     

"Bisakah aku mengganti setelah tiba di Kerajaan saja?" ucap Famara.     

"Sayangnya tidak, Nona. Raja ingin kau berganti pakaian. Perjalanan masih panjang dan beliau ingin melihatmu mengubah penampilan agar lebih ceria. Emm kau tahu pakaianmu kotor, 'kan?" Jana mencoba untuk memilah kalimat yang tidak akan membuat wanita itu tidak nyaman hati.     

Famara lalu mengangguk, diapun menuruti permintaan Raja melalui prajurit kepercayaannya itu.     

Raddone tersenyum saat melihat penampilan baru wanita itu, itu terlihat sangat tulus hingga membuat Famara tersipu. Tidak mengucapkan apapun, namun Raddone memperlaukan Famara dengan baik bahkan ia juga memberikan air minum untuk wanita itu. Padahal, dirinya sendiri selalu meminta pada Jana hanya untuk segelas air.     

Perjalanan kunjungan Kerajaan ke pemukiman dan perkebunan yang seharusnya akan membuat citra seorang Raja Raddone semakin bagus, kini justru membuatnya pulang dengan membawa seorang wanita yang asal usul serta latar belakangnya belum jelas.     

.     

.     

Di wilayah Barat.     

Leidy mendapat banyak tamu yang pada dasarnya mereka berkunjung untuk sekaligus memberikan ucapan selamat pada Raddone yang kini bertahta sebagai Raja. Para raja dari seluruh wilayah Barat datang dengan membawa sedikitnya satu keranjang penuh hasil kebun dari wilayah bagian mereka.     

Beruntung Leidy belum kembali sebagai pendamping Raja Selatan sehingga dia dapat menyambut para tamu dan memberikan jamuan yang sebagaimana mestinya.     

Tidak sedikit orang yang memuji kecantikan dan sikap Leidy yang menurut mereka sangat rendah hati sekaligus tegas. Hal itu dikarenakan Leidy yang memberikan pelayanan baik serta tidak membedakan para tamu, dia juga tidak segan menegur pelayan yang salah namun tidak dengan memarahinya di hadapan orang banyak.     

Cukup lama berbincang dan menunggu, akhirnya kereta kuda bersamaan dengan pasukan yang mengirngi tiba di area Kerajaan.     

Putri Leidy semula tenang, namun dia segera mengerutkan dahi dan bergegas menuju halaman depan saat mendapat info dari pelayan yang mengatakan kalau tuan Raja datang bersama dengan seorang wanita.     

"Wanita apa?" gumam Leidy yang mempercepat langkahnya.     

Belum sempat ia keluar, dia sudah bertemu dengan sang kakak yang masuk dengan diiringi seorang wanita bergaun putih dengan corak keemasan lalu Jana di belakangnya.     

"Kau ingin memperkenalkan calon ratu kami, Tuan?" celetuk salah seorang tamu yang membuat Leidy geram.     

"Kau melakukan kunjungan?" ucap Leidy yang dijawab anggukan oleh sang kakak.     

"Lalu siapa dia?" Leidy mengangkat sebelah alisnya.     

"Ah ternyata aku harus memperkenalkan lebih cepat dari yang kuduga," ujar Raddone. "Dia adalah Famara, saudara perempuanmu yang baru."     

"Hah?" Leidy semakin terkejut.     

Raja Raddone hanya tersenyum. Dia tidak ingin membahas banyak hal karena diapun memiliki banyak tamu untuk disambut.     

Raja memerintahkan seorang pelayan untuk membawa Famara ke kamar dan membiarkannya untuk beristirahat. Dia lalu menghampiri para tamu dan meminta maaf karena pulang terlambat.     

Jana menghampiri putri Leidy dan menenangkan. Dia menjelaskan semuanya pada putri Leidy dengan perlahan. Dia mencoba sebaik mungkin agar wanita itu tidak lagi marah.     

"Saudara perempuan, tidak begitu buruk, bukan? Kurasa dia juga orang yang baik. Dia rajin dan dapat diandalkan," ujar Jana setelahnya.     

"Kalau memang dibawa untuk menjadi pelayan, maka biarkan aku akan memberikan pekerjaan untuknya."     

"Emm sebaiknya tuan putri tunda dulu. Dia baru saja mengalami hal buruk, jadi kurasa dia harus beristirahat terlebihdulu. Kita bisa memulainya besok. Bagaimana menurut Putri?"     

Leidy menarik napas panjang. setelah mendengar kisah dari Jana, dia sedikit iba. Namun hal itu tidak membuatnya menerima dengan mudah kehadiran wanita asing itu.     

"Pelayan, 'kan?" ucap Leidy sekali lagi ingin memperjelas semuanya.     

Jana mengangguk lemah. Dia tidak ingin menyebutkan kalau Raddone sempat berucap mengenai 'menikah' dengan wanita itu.     

"Baiklah. Besok akan dimulai." Putri Leidy meninggalkan Jana dan kembali menemani para tamu wanita dan mengajanya berbincang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.