BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Keadaan Pangeran Soutra



Keadaan Pangeran Soutra

2Kabar mengenai kematian Raja Audore dan dinobatkannya Raja Raddone sebagai pimpinan baru di kerajaan Barwest telah terdengar hingga ke penjuru negeri Persei. Raja Soutra mengirimkan ucapan selamat melalui prajurit yang diutus ke Barat bersamaan dengan bingkisan khas dari wilayah Utara yaitu kopi.     

Pangeran Ren tida mengirim apapun, dia bahkan tidak berminat untuk megucapkan kalimat selamat pada Raja yang dia sebut angkuh itu.     

Masih dengan keadaan yang belum sepenuhnya baik, Ren belum banyak beraktifitas. Hanya sesekali keluar dari kamar dan menikmati pemandangan di sekitar Kerajaan untuk memandangi taman yang sedang dirapikan ulang oleh para pekebun.     

Pangeran Ren belum dapat bersuara karena luka di tenggorokannya. Ia juga belum dapat memakan makanan yang keras karena Tabib bilang itu akan memperlambat pemulihan.     

Ren kali ini tidak mengikat rambut panjangnya, ia membiarkan itu tergerai dan disapa lembut oleh angin yang berhembus. Udara pagi terasa sangat segar, keadaan langit sangat cerah sangat cocok untuk melakukan banyak aktivitas.     

Pangeran Ren memiliki jadwal untuk berkunjung ke desa Begun dan Vitran, dia menunggu pasukan untuk menemani perjalanannya.     

Diya, wanita berambut pendek yang tubuhnya masih berbalut perban, sedang berbincang dengan seorang prajurit wanita lainnya di halaman Kerajaan. Sebuah pembicaraan yang terlihat sangat serius, Pangeran Ren hanya mengamati dari kejauhan.     

Setelah selesai berbincang, Diya mengedarkan pandangan dan mendapati sosok Pangeran cantik yang sedang memperhatikannya dari kejauhan.     

Diya mengangguk pelan sebagai tanda hormat, dia merasa sangat canggung karena selama ia berada di Kerajaan, Pangeran Ren sama sekali tidak merespon kehadirannya, bahkan hanya sekedar untuk bersapa saja Pangeran Ren nampak enggan.     

Raja Soutra menghampiri putranya. Ren cukup terkejut karena tepukan pelan sang ayah di bahunya.     

"Kau siap untuk perjalan panjangmu hari ini?" tanyanya.     

Ren mengangguk.     

"Aku meminta bantuan kepada prajurit wanita itu untuk menjadi juru bicaramu. Beruntungnya dia berkenan walau tubuhnya belum sepenuhnya pulih," kata Raja yang duduk didekat Pangeran.     

Ren mengerutkan dahinya. Dia menggeleng dan mengucapkan sesuatu.     

"Tidak, Ayah. Aku bisa sendiri." Sama sekali tidak terdengar, namun sang Raja memahami ucapan putranya itu.     

"Kau tidak dapat bicara, bagaimana mungkin kau bisa melakukannya sendiri. Setidaknya kau dapat berjalan dengan baik, tubuhmu tidak cidera. Jadi biarkan prajurit wanita itu menjadi juru bicaramu. Kalian akan menjadi tim yang bagus. Lagipula, dia pandai berkelahi. Dia akan melondungimu." Raja Soutra ceria sekali.     

Ren berdecak. Harga dirinya terluka setelah sang ayah membiarkan seorang wanita untuk melindungi dirnya.     

Melihat ekspresi putra mahkota yang tida nyaman untuk dipandang, Raja Soutra segera berdiri dan kembali menepuk pelan bahu Pangeran Ren.     

"Hanya kali ini saja, untuk terakhir kalinya kau menurutlah dengan perkataanku," ucap Raja Soutra. Hal itu membuat Ren menatap ayahnya lekat.     

"Ah bukan hal buruk. Aku hanya sudah siap untuk tidak mengekangmu. Aku belum akan menobatkanmu sebagai Raja, tapi aku ingin kau menemukan wilayahmu sendiri, tempat yang cocok dengan dirimu dan bangunlah kerajaanmu disana. Jika memang di tempat ini kau menetapkan lokasinya, maka aku tidak akan ragu untuk menyerahkannya padamu, karena aku mempercayaimu."     

Ren menarik napas panjang.     

"Aku tidak akan meninggalkan ayah," ucap Pangeran Soutra yang memaksakan untuk mengeluarkan suara dari tenggoroknya.     

"Aku akan menemani ayah, tida peduli aku tidak akan menjadi Raja. Bagiku, ayah terpenting. Kesehatanmu juga keselamatanmu," ucapnya lagi dengan suara yang semakin lirh dan serak.     

Raja Soutra mengangguk. "Aku mengerti. Au juga akan menjagamu, Nak."     

Raja Soutra segera memukul pelan bagian perut putranya. "Aih kau rupanya sangat mencintaiku," ucap beliau seraya bergurau.     

Ren hanya mengaduh tanpa suara, dia lalu membalas tawa sang ayah dan kembali berlarut dalam obrolan yang panjang dan lebar.     

Diya baru saja bertemu dengan ketua keamanan kerajaan untuk konfirmasi ulang mengenai pelaku penusukan dirnya juga penyerangan Pangeran Soutra. Namun sayangnya, dia belum berhasil mendapatkan informasi yang menyenangkan.     

"Belum ketemu, Nona." Begitulah jawaband ari sebagian besar orang yang ia temui. Diya sempat frustasi namun dia tidak akan menyerah krena pria itu sangat layak untuk mendapatkan hukuman mati.     

Mengingat dia memiliki tugas dari sang Raja, Diya bersiap untuk mendampingi Pangeran pergi bersama dengan pasukan berkuda .     

Ren hanya merespon sekenanya, berdalih tenggorokan yang sakit untuk berbicara, Ren berhasil untuk tetap diam di sepanjang perjalanan.     

Mereka yang hanya dengan menunggangi kuda tanpa kereta, memilih untuk menggunakan jalur hutan mati agar perjalanan lebih dekat. Suasana hari yang sangat mendukung membuat semua orang bersyukur karena mereka tidak akan melewati jalanan yang becek dan menyulitkan langkah kaki kuda.     

Diya memacu kuda dengan kencang namun sesekali dia sempat meraba bagian perutnya yang kembali terasa nyeri, namun dia kembali mengabaikannya dan hanya focus pada perjalanan.     

Tidak begitu jauh, namun terasa sangat melelahkan karena sudah cukup lama bagi Pangeran Soutra untuk tidak melakukan perjalanan panjang. diapun sudah tidak lag pergi berburu di akhir pekan, dia hnaya pergi saat dia benar-benar ingin melakukannya.     

Desa Begun, sebuah desa di Utara yang merupakan pusat dari perdagangan yang merupakan distributor terbesar dari banyak bahan makanan untuk desa yang lain di wlayah Utara. Memiliki jarak yang cukup jauh dibandingkan dengan desa Vitran, desa tempat Raja Wedden berasal.     

Di desa Begun, semua petani ataupun nelayan berkumpul memperjualbelikan hasil mereka. Jika menengok jauh kebelakang, kedua orangtua Wedden dahulunya adalah petani kopi yang seringkali pergi ke desa Begun untuk berdagang.     

Namun untuk sekarang, perkebunan kopi dikelola oleh orang lain dengan sistem bagi hasil yang diserahkan pada Keff yang kemudian ia kelola kembali sesuai dengan perintah Wedden.     

Pangeran Ren berkuda dengan tenang, ia dan seluruh pasukan menikmati perjalanan dengan sesekali menoleh kanan dan ke kiri untuk menghirup udara sejuk dalam-dalam.     

Diya mengiringi kuda Pangeran, dia tidak ingin mengngkari perintah sang Raja yang memintanya untuk tetap berada di sekitaran Pangeran dan menjaganya.     

Prajurit lainnya banyak yang berada di barisan depan, lalu sebagian lag berada di bagian belakang untuk menjaga keamanan Pangeran dari segala sisi.     

Pangeran Ren membawa kantong air minum. Keadaan tenggorokannya yang belum pulih membuatnya membutuhkan banyak stok air minum. Diya melirk kantong air minum Pangeran Ren, masih setengah, sementara perjalanan yang akan ditempuh masih membutuhkan banyak asupan air.     

Wanita itu lalu mengambil inisiatif untuk berhenti di sebuah aliran mata air untuk mengambilkan air Pangeran. Dia hanya memberitahu beberapa prajurit yang berada di barisan belakang, dia bahkan didampingi oleh seorang prajurit yang tidak ingin wanita itu hanya sendirian.     

Namun ternyata, wanita itu bersama dengans eorang prajurit yang mendampingi tidak kunjung kembali ke barisan dan membuat Pangeran Ren kebingungan dan kerepotan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.