Pangeran Soutra Bersama Diya
Pangeran Soutra Bersama Diya
Diya mengiringi kuda Pangeran, dia tidak ingin mengngkari perintah sang Raja yang memintanya untuk tetap berada di sekitaran Pangeran dan menjaganya.
Prajurit lainnya banyak yang berada di barisan depan, lalu sebagian lag berada di bagian belakang untuk menjaga keamanan Pangeran dari segala sisi.
Pangeran Ren membawa kantong air minum. Keadaan tenggorokannya yang belum pulih membuatnya membutuhkan banyak stok air minum. Diya melirk kantong air minum Pangeran Ren, masih setengah, sementara perjalanan yang akan ditempuh masih membutuhkan banyak asupan air.
Wanita itu lalu mengambil inisiatif untuk berhenti di sebuah aliran mata air untuk mengambilkan air Pangeran. Dia hanya memberitahu beberapa prajurit yang berada di barisan belakang, dia bahkan didampingi oleh seorang prajurit yang tidak ingin wanita itu hanya sendirian.
Namun ternyata, wanita itu bersama dengans eorang prajurit yang mendampingi tidak kunjung kembali ke barisan dan membuat Pangeran Ren kebingungan dan kerepotan.
Pangeran Ren menghentikan kudanya setelah ia menyadari kalau prajurit wanita perbatasan hutan itu tida lag mengiringi di sampingnya. Ia sempat celingukan, namun segera dihampiri oleh seorang prajurit yang mengerti kalau Pangeran sedang membutuhkan bantuan.
"Pangeran membutuhkan sesuatu? Apa kau ingin beristirahat sejenak?" Tanya prajurit dengan ramah. Ren segera menggeleng.
Pangeran memberikan jawaban namun dia harus menarik napas panjang setelah menyadari kalau suaranya tidak terdengar dan tidak dimengerti oleh orajuritnya.
"Hahh!" desah Pangeran karena kesal. Ia lalu memberikan isyarat pada prajuritnya dan bertanya kemana kiranya wanita itu pergi.
"Pangeran menanyakan Nona Diya?" tanya Prajurit yang dijawab oleh Pangeran cantik itu dengan anggukan. Wajah Pangeran tidak terlihat baik-baik saja, nampak menahan marahnya.
"Dia … kurasa dia berhenti di hutan."
Ren mengerutkan dahi, sedikit memirngkan kepala dan mehela napas panjang.
"Dia mengambil air untukmu, Pangeran. Kurasa itulah yang tadi ia katakana pada kami," ujar prajurit itu lagi. "Seorang prajurit menemaninya."
Ren mengedarkan pandangan ke sekitar. Mereka bahkan sudah meninggalkan hutan berates meter di belakang. Cukup jauh, dan beruntung ia segera menyadari ketidakberadaan si prajurit wanita itu.
Memutuskan untuk menunggu, pasukan Pangeranberistirahat dibawah sebuah pohon besar yang dikelilingi bebatuan. Sepertinya itu adalah sungai namun hanya berisi air saat hujan.
Menikmati hembusan angin yang sejuk, membuat mereka melupakan Diya untuk beberapa saat.
Namun sesuatu membuat mereka terkejut dan segera siaga.
Dari kejauhan, mereka melihat dua prajurit berkuda snagat laju meninggalkan hutan. Keduanya nampak sedang terburu-buru, tentu saja Pangeran segera memberi isyarat pada prajurit lain untuk menghampir dan memberikan bantuan.
Namun belum sempat para prajurit menghampiri Diya dan seorang prajurit pria itu, mereka telah mendengar tawa dari Diya yang jelas bukan isyarat sebuah ketakutan ataupun kekhawatiran akan sesuatu.
Pangeran Ren kembali menarik napas panjang. entah dia harus merasa lega atau kesal kali ini, karena dia merasa perasaannya sedang dipermainkan oleh kedua prajuritnya.
"Ah ya ampun! Itu tadi sungguh membuatku gemetar," ujar Diya yang baru saja tiba dan berkumpul dengan prajurit lain.
Tidak ada seorang prajuritpun yang memberikan respon, mereka seolah tidak berani berucap karena sang Pangeran menatap wanita itu dengan sangat tajam.
"Pangeran, kalian menunggu kami?" tanya Diya. Wanita itu menyerahkan beberapa kantong air minum pada prajurit yang berada di dekat pangeran dan menyerahkan dua kantogn air lagi pada Pangeran.
"Kami mengambil air di mata air di dalam hutan. Maafkan aku membuat kalian menunggu. Semula semuanya berjalan lancer dalam keheningan. Namun dia (menunjuk prajurit yang tadi mendampinginya), dia sangat tidak berhati-hati. Dia mendang sebuah batu yang mengenai seekor serigala besar sedang terlelap. Yaa begitulah, serigala itu mengamuk dan menyerang kami. Beruntung pria itu berhasil menahannya hingga aku berhasil mengisi semua kantong air, lalu kami bergegas pergi meninggalkan tempat itu sebelum terlambat."
Diya menjelaskan panjang lebar.
Prajurit yang menemaninya ikut meminta maaf, namun Pangeran tidak memberikan respon baiknya. Dia hanya menyimak dan menatap keduanya dengan menarik napas panjang.
Pangeran Ren menerima kantong air itu, lalu tanpa memberkan waktu tambahan untuk Diya dan rekannya beristirahat, Pangeran memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan karena matahari sudah mulai tinggi.
Diya menarik napas panjang, dia mencoba menetralkan oksigen yang masuk ke dalam kerongkongannya. Sesekali dia menyeringai pada prajurit lainnya yang memberikan 'semangat' pada wanita itu.
Hanya satu-satunya wanita dalam perjalanan kali ini, Diya memang sangat dapat diandalkan. Tidak heran kalau dia mendapatkan kepercayaan dari sang Raja untuk menjaga wilayah perbatasan di hutan terluar wilayah Utara.
Matahari mulai terik, mereka telah tiba di desa Begun dengan disambut oleh Kepala Desa dan beberpa penduduk disana yang telah terlebihdulu diberi kabar oleh seorang prajurit yang datang lebih dulu.
Mereka diberikan jamuan berupa hidangan, mulai dari makanan, minuman, juga buah hasil kebun. Kepala Desa telah mengetahui keadaan sang Pangeran yang tidak dapat berbicara seperti biasanya. Sehingga merekapun tidak mengharapkan adanya respon dari Pangeran.
Beristirahat sekaligus mendengarkan laporan serta kisah dari para penduduk, petani, pedagang juga Kepala Desa. Pangeran Ren hanya sesekali mengangguk dan memerintahkan Diya untuk mencatat hal itu.
Diya membantu menanggapi kalimat para penduduk agar mereka tidak merasa diabaikan oleh Pangeran yang hanya diam. Dia berperan sebagai penghubung antara Pangeran dan rayatnya kali ini. Dia juga cepat sekali memahami situasi, dia sigap memberikan bantuan pada Pangeran saat ia melihat kalau pria cantik itu nampak membutuhkan sesuatu.
Bertempat di tengah desa yang menjadi tempat lalu lalang banyak penduduk menuju pasar utama, pasukan Kerajaan banyak melihat anak-anak yang berlarian kesana kemari. Ada dari mereka yang hanya bermain dengan teman-teman, ada juga yang ikut membantu kedua orangtua mereka untuk membawa barang dagangan di keranjang.
Diya terlihat menikmati pemandangan itu. Dia sedang memainkan sebuah memori dalam kepalanya saat melihat bocah-bocah yang berlarian. Samar ia tersenyum, namun dia segera kembali menjaga sikap setelah menyadari kalau Pangeran Ren memperhatikannya.
Bruk!
"Ibuuuu!"
Seorang bocah perempuan terjatuh saat membawa keranjang besar berisi tomat yang masih segar.
Segera saja Diya menghampiri bocah perempuan itu dan memberkan bantuan. Wanita itu juga membantu untuk mengusa air matanya, memasukkan kembali tomat pada keranjang, juga menemani bocah itu untuk mencari ibunya yang masih belum terlihat dalam keramaian.
Diya mengelus pelan kepala bocah itu. Dia lalu membawanya kepada seorang kakek untuk menitipkan bocah itu.
Anak perempuan itu mengangguk dan berterimakasih, dia juga mengatakan kalau dia mengenal kakek itu sehingga dia tidak masalah jika ditinggal oleh Diya yang sedang sibuk.
"Namaku Diya. Mungkin kita akan bertemu lagi di kemudian hari," ucap Diya yang menjulurkan tangannya pada bocah itu.
"Valina," ucapnya dengan sangat manis.
***