BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Penginapan Tua



Penginapan Tua

0Di hari yang sudah semakin gelap, para pelayan di penginapan keluarga Arragegs masih disibukkan dengan reruntuhan bangunan bagian belakang yang sebelumnya roboh karena usang.     

Laver dan Landa terus mengeluh karena mereka juga disibukkan dengan pelanggan yang datang. Keff menenangkan dua rekannya itu, walaupun dialah yang menjadi bahan omelan keduanya.     

"Hey kenapa kau tidak memperbaiki ini bsersamaan dengan kamar dengan atap bocor itu? Ah ini merepotkan sekali," gerutu Laver.     

"Kurasa ktia harus mengecek seluruh bagian sejak sekarang, Keff. Kita tidak bisa sering diganggu dinganggu dengan hal seperti ini. Ini akan mencoreng nama baik penginapan," sahut Landa yang sedang mengumpulkan potongan plafon.     

Keff menggaruk kepalanya.     

"Kalian tahu berapa usia bangunan ini? Seharusnya kalian tidak mengeluh. Justru berterimakasih karena bangunan tuapun dapat memberkan kita uang untuk makan," ujar Keff yang sedang membenarkan bagian atap yang masih bisa diselamatkan.     

Sekali pukulan, dua kali, dan saat pukulan ketiga yang dilakukan Keff. Itu justru membuat atap yang tersisa kembali terjatuh tepat disamping kaki Laver yang segera berlari menuju Landa.     

"Hey, kau!" teriak Laver kesal karena terkejut.     

Keff terkekeh dari atas atap. Dia tidak dapat lagi menahan itu karena memang kayu pada bagian itu sudah tidak dapat lagi diselamatkan.     

"Ah kita bereskan saja dulu. Mengenai perbaikan, aku telah mengirimkan surat pada Wedden dan memintanya untuk dapat memberikan ijin perombakan total," ujar Keff yang segera menuruni tangga.     

"Huhh. Kurasa dia akan setuju. Lagipula dia dapat memperbaiki semuanya dengan sihir, bangunan ini akan menjadi sangat kuat untuk waktu yang sangat lama," sahut Landa.     

"Hemm, aupun berharap seperti itu. Kalian mau istirahat terlebihdulu? Kulihat Tsania telah membuat tiga gelas coklat panas di dalam." Keff membereskan peralatan yang semula ia gunakan.     

Laver dan Landa segera menyelesaikan pekerjaan mereka dan mengikuti Keff untuk masuk dan menemui Tsania.     

"Apakah pelanggan ada yang mengeluhkan tentang bangunan tua ini?" celetuk Laver pada Tsania.     

"Tidak," sahut wanita itu singkat.     

Keff melirik Laver dengan tawanya yang ditahan. Pria itu memang yang paling sering mengeluh, namun dia juga dapat diandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan.     

Saat mereka sedang menikmati segelas coklat panas sambil menghilangkan lelah setelah seharian bebersih. Mereka kedatangan tamu yang membuat seluruh pelanggan diam lalu beridri memberi sambutan.     

"Pangeran Soutra disini!" ujar seorang prajurit pria yang masuk lebihdulu.     

Keff, Laver, dan Landa tidak mengubah posisi. Mereka masih duduk dan menyeruput coklat panas dengan tenang. Hingga mereka melihat sosok Diya yang muncul dari belakang sang pangeran.     

Ketiga pria itu mengenal Diya, satu-satunya prajurit wanita yang sangat terkenal dengan keahlian perangnya dan kekebalan fisiknya. Nampak cantik dengan rambut pendek dan pakaian prajurit.     

Tsania yang melihat ada yang berbeda dari Diya segera menghampirinya dan menawarinya air hangat. Diya terlihat pucat walau dia menyunggingkan senyum ramahnya pada semua orang.     

Melihat hal itu, Keff mengerutkan dahi. Jika prajurit saja diberikan pelayanan bagus, tentu saja sang Pangeran juga harus mendapatkan pelayanan yang lebih bagus.     

Keff segera menghampiri Pangeran Ren dan menawarkannya Bruen terbaik juga tempat duduk yang lebih tenang di bagian sayap kanan bangunan.     

Pangeran Ren tidak menolak, dia segera menuju tempat yang ditunjukkan oleh Keff. Laver dan Landa harus mengeluh lagi karena mereka harus memberikan pelayanan pada pasukan Kerajaan itu. Beruntungnya, para prajurit tidak memburuhkan pelayanan ekstra. Mereka dapat mengambil dan menuang minumannya sendiri, berbeda dengan Pangeran yang terbiasa dengan pelayan.     

"Senang melihatmu disini, Pangeran. Kau membutuhkan yang lain? Makanan atau semacamnya? Ah apa kau akan menginap? Berapa lama?" pertanyaan Keff bertubi membuat Ren hanya diam menatapnya.     

Pangeran Ren meminta Keff untuk mendekat dan duduk di sampingnya, ia lalu berbisik. "Kami menginap satu malam. Kami akan ke perkebunan kopi besok pagi. Berikan kami kamar dan hidangan untuk menghilangkan lelah."     

Keff merasa aneh dengan 'bisikan' itu. Namun dia tidak banyak bertanya dan segera menerima kantong berisi koin emas yang baru diserahkan oleh Pangeran cantik itu.     

Ini bukan pertama kalinya Pangeran berkunjung ke penginapan, namun ini baru pertama bagi KEff mendapatkan 'bisikan'.     

Keff yang bertanya-tanya dalam kepalanya, segera mendapatkan jawaban dari seorang prajurit yang memang bertugas menemani Pangeran. Prajurit menjelaskan mengenai keadaan Pangeran yang masih kesulitan untuk berbicara dengan nyaring.     

"Ah begitu rupanya. Aku hanya merasa sedikit aneh, hehe. Lalu, apakah pelakunya sudah tertangkap?" ujar Keff menanggapi.     

Prajurit itu menggeleng. Segera saja Keff berdecak. Dia seolah dapat merasakan kekecewaan juga amarah karena keadaan sang Pangeran.     

"Terimakasih atas informasinya. Siapa namamu? Aku akan menambahkan satu botol Bruen untukmu," ujar Keff lagi.     

"Eveno." Prajurit itu tersenyum ramah.     

"Ah baiklah, Eveno. Kau memang prajurit terbaik. Kau harus menjaga Pangeran. Tunggu, aku akan mengambilkan sebotol Bruen untukmu dan menyiapkan semua yang diminta oleh pangeran," Keff menepuk pelan bahu prajurit itu dengan santai     

Sementara itu, Tsania sedang menemani Diya yang sedang beristirahat di sebuah kursi panjang di dekat perapian.     

"Kau terlihat kelelahan, Nona. Kau sungguh baik-baik saja? Kau membutuhkan obat?" Tsania sangat khawatir dengan Diya yang sangat pucat.     

"Kalian memiliki perban dan obat luka?" ucap Diya lirih. Dia lalu menyentuh bagian perutnya, memberitahu Tsania mengenai keadaannya.     

Tsania memeriksa bagian perut wanita itu. Dia sangat terkejut saat melihat bagian lembab yang terbalut perban. Segera saja dia mencari kelengkapan perawatan luka yang disimpan di dekat kamar Wedden di lantai atas.     

Dengan memejamkan mata, Diya mengabaikan apapun yang ada di sekitarnya.     

Rupanya, Pangeran Ren mencarinya karena dia perlu berbincang sedikit dengan prajurit wanita itu.     

Ren berdiri mematung setelah melihat keadaan Diya yang tidak berdaya. Hanya menarik napas panjang, Pangeran merasa harus bertanggungjawab dengan keadaan wanita itu.     

Ren mengecek bagian luka Diya, dia segera membongkar perban agar luka itu tidak lagi lembab.     

"Aku datang, Nona …." Tsania segera terdiam saat ia mendapati Pangeran Soutra sedang melepas perban luka prajurit wanita yang sedang terlelap.     

Pangeran Ren meminta perlengkapan perban pada Tsania, pelayan wanita itu segera menyerahkannya dengan hati-hati.     

Sudah tidak terlalu parah, namun perjalanan panjang yang melelahkan membuat keadaan luka Diya kembali nyeri. Itulah yang terjadi, krena Pangeran pun sedang membutuhkan bantuan untuk penggantian perban pada lehernya.     

Pangeran Ren dengan dibantu oleh Tsania memberikan perawatan pada luka Diya. Tidak membutuhkan waktu lama, Tsania bahkan hingga berdeca kagum karena ternyata selain pandai berburu, Pangeran cantik itu juga pandai dalam mengobati luka.     

Selesai.     

Pangeran Ren harus mengganti perban untuk dirinya sendiri.     

"Aku akan membantumu, Pangeran." Tsania menawarkan diri, namun ditolak.     

Pangeran Ren dapat mengganti perban untuk dirnya sendiri. Hanya perlu sedikit bantuan untuk mengambil atau meletakkan peralatannya kembali dalam wadah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.