Para Raja yang Berburu
Para Raja yang Berburu
Wedden banyak mengenang perjalanannya saat masih melakukan pencarian Buku Sihir bersama dengan pasukan Timur juga Rend an Corea.
Keduanya beristirahat dibawah pohon besar dengan akar yang membentuk gua. Persis seperti pepohonan yang digunakan oleh Wedden dan Ren berlindung dahulu.
Srk! Srk!
Wedden memekakan pendengarannya. Raddone yang sedang sibuk memakan roti sama sekali tidak mempedulikan suara di sekitar.
Wedden tiba-tiba memunculkan api di kedua telapak tangannya, hal itu tentu saja mengejutkan Raddone hingga membuat Pangeran barat itu nyaris tersedak.
"Seekor ular raksasa," ucap Wedden lirih.
Raddone siaga segera, dia menarik belati Katar masih sambil mengunyah rotinya.
Luput dari perkiraan Wedden, rupanya ular raksasa itu telah berada dibelakang Raddone. Wedden harus merasa menyesal karena nyaris membuat rekannya itu celaka.
Tanpa aba-aba, Wedden melemparkan api pada ular raksasa itu dan membuatnya semakin marah.
"Hey, Bung. Apa kau menginginkan daging ular bakar? Aku pernah memakan hatinya, itu enak," ujar Wedden pada Raddone yang telah beranjak dari tempat duduknya.
"Kurasa itu ide bagus. Bisakah aku saja yang memotongnya?" ujar Raddone bersiap dengan belatinya.
"Silahkan."
Baru saja Wedden berhenti bicara, Pangeran Barat itu telah melemparkan Katarnya dan berhasil merobek tubuh ular yang besar tubuhnya sama dengan besar tubuh Raddone itu.
Nampak sangat berpengalaman, Raddone segera menguliti dan mengambil bagian hati untuk segera dibersihkan dan dibakar.
Kekuatan Wedden sangat membantu dalam keadaan ini. Mereka hanya perlu menyiapkan dedaunan dan ranting pohon, lalu mereka dapat menikmati makan malam yang menyenangkan.
"Apakah kita kan melaukan perjalanan hingga berhari-hari?" celetuk Raddone.
"Kau tidak masalah dengan itu? Bagaimana kalau kita mengundang Raja Gael dan pangeran Ren. Kurasa mereka akan sangat senang karena mereka adalah pemburu."
"Bawa Ren saja. Raja Gael pasti akan sibuk karena dia tidak memiliki pengganti di Kerajaan."
"Begitukah? Tentu saja. Aku tidak memiliki jadwal pekerjaan atau apapun untuk beberapa waktu kedepan," ujar Wedden. Dia disibukkan dengan proses memanggang yang membutuhkan api darinya.
Raddone diam. Dia kali ini menjadi juru memasak yang harus focus dengan pekerjaannya.
Wedden duduk seraya menatap jauh padang rumput yang menghijau sejauh mata memandang. Ia mencoba untuk mengngat tempat itu saat ia masih dalam perjalanan menuju Selatan.
Dia lalu menatap langit, senja. Sedikit mengerutkan dahi, Wedden menghitung-hitung total lamanya ia melakukan perjalanan dari Utara menuju Selatan.
"Aku ingat kami berjumpa dengan bulan purnama sebanyak tiga kali. Lalu bagaimana mungkin aku menembus badai hitam itu hanya sebentar dan telah tiba di Utara?" gumamnya. Ingatannya tertuju pada saat ia dan Ser menembus kabut hitam untuk memenuhi 'panggilan' di Utara.
Raddone masih diam, dia enggan untuk memberikan respon.
"Lalu kemana perginya rawa, hutan mati juga sarang gnome hutan itu? Aku bahkan hanya merasa kalau kami melewati jalanan yang lurus hingga berhenti di desaku," tambah Wedden yang masih berpikir keras.
"Apakah kau sungguh Pewaris Raja Elf?" celetuk Pangeran Barat. "Kukira kau dapat berpikir kalau kau merasakan hal itu karena kekuatanmu."
"Ah benar juga. Tapi itu terlalu mustahil. Bagaimana bisa jarak yang ditempuh selama beberapa bulan, dapat kucapai hanya dalam hitungan jam?" gumam Wedden lagi.
Raddone menggeleng. "Kurasa kau membutuhkan pendamping hidup agar kau dapat berbagi pikiran sehingga dapat berpikir jernih," ujarnya yang sedang menyiapkan sebuah daun untuk wadah daging ular yang telah masak.
"Aku memiliki Cane, haha. Pendamping kerajaa," sahut Wedden asal.
Raddone terdiam sejenak. "Apakah Cane lebih baik dari Leidy?" tanyanya.
"Mereka berbeda, keduanya sama-sama terbaik."
"Emm begitukah. Leidy dididik untuk menjadi Putri juga Ratu sejak kecil. Aku yakin dia memang bisa menjadi pendamping yang baik," ucap Raddone lagi.
"Benar. Dia memang sangat berpengalaman," sahut Wedden.
Keduanya sempat saling diam. Wedden mengumpulkan air dari mata air terdekat untuk mereka minum. Tepat setelah makan malam mereka siap, mereka kedatangan tamu tidak terduga.
Raddone mengerutkan dahi tidak suka. Sementara Wedden, dia mengerutkan dahi sambil bertanya-tanya.
"Kau memacu kudamu dengan kecepatan penuh? Kenapa kau tiba-tiba tiba disini?" ucap Wedden dengan polosnya.
Raja Gael yang didampingi oleh lima prajurit dengan berkuda itu tertawa samar. Ia lalu turun dan meminta prajurit untuk mengurus hewan itu.
"Saat aku mengetahui kalian memasuki wilayahku, aku segera kemari untuk memastikan kalau tidak ada yang ingin menggeser batas wilayah," sahut Raja Gael sembarangan.
"Ah kami hanya sedang bersantai. Kebetulan sekali kau kemari, Raja Gael. Kami baru saja membahas untuk mengundangmu jug Pangeran Utara untuk berburu bersama," kata Wedden ramah.
"Aku hanya memintamu mengundang Pangeran karena dia lebih senggang disbanding Raja yang selalu sibuk," sahut Raddone dar kejauhan.
"Oh hai, teman lama. Kau sepertinya tidak menyukai kedatanganku. Apa kau takut aku akan merebut bagianmu?" ujar Raja Gael.
Raddone melirik Raja TImur itu dengan lekat.
Raja Gael tertawa. "Jangan terlalu serakah, Kawan. Aku sudah memiliki bagian besar, namun masih menginginkan yang lain dengan sebuah pendekatan?" ucap Raja Gael lirh.
Wedden mendengarnya, namun dia tidak ingin berpusing karena hubungan Gael dan Raja Raddone tidak begitu baik.
Prajurit Kerajaan Timur sedang disibukkan dengan keadaan kuda mereka yang kelelahan. Para kuda membutuhkan makanan serta minum dalam jumlah banyak banyak untuk mengembalikan energinya.
Raja Gael hanya melirik sedikit, memastikan para prajurit berhasil mengurus semuanya dengan baik.
Ketiga petinggi wilayah bagian itu menikmati makan malam dibawah pohon besar yang berusia ratusan. Makan malam yang tidak biasa bagi Raja Gael, karena walaupun pemburu dia tidak mudah untuk makan sembarang hewan.
"Raja Wedden. Bisakah kau tunjukkan pada kami sebagian kekuatanmu? Jujur saja, walaupun aku sangat meyakini kalau kau sungguh Putra Rapher, aku tetap membutuhkan asupan pertunjukkan darimu," celetuk Raja Gael sedikit bercanda.
"Aku tidak bisa memberi kalian pertunjukkan karena aku akan menghemat energy agar dapat berkegiatan lama beberapa waktu kedepan," sahut Wedden dengan tawa kecilnya.
"Ya lagipula, dia adalah seorang Raja. Kau piker dapat membuatnya melaukan pertunjukkan seperti itu? Aku bingung sekali dengan caramu berpikir," sahut Raddone.
Raja Gael tertawa. "Maafkan au, aku hanya bercanda."
Wedden menanggapinya santai, sama sekali tidak ambil pusing dengan adanya bahan bercanda yang mungkin akan menyakitinya.
Hanya kurang Pangeran Ren. Ketiga pria itu sungguh merasakan hidup di hutan. Walau bukan pertama kalinya, namun rasanya lebih menyenangkan dari saat ia masih melakukan perjalanan dulu.
***