BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Kepercayaan Kerajaan



Kepercayaan Kerajaan

3Seorang pria prajurit dengan lencana Kerajaan Timur sedang berdiri di halaman depan kerajaan. Dia memandangi bangunan megah itu dari sisi kanan ke sisi yang lain. Sesekali ia mehela napas panjang.     

Dia merasakan angin yang berhembus menyapa tubuhnya. Kerajaan terasa sangat sepi dan hening di malam itu.     

Ini bukan pertama kalinya sang Raja pergi meninggalkan kerajaan untuk kepentingan pribadinya. Tidak ada yang salah dengan hal itu, tentu saja. Hanya karena kerajaan tidak memiliki pemimpin lain, sehingga pria itu merasa khawatir dan cukup was was karena dialah yang diberi tanggung jawab untuk menjaga kerajaan.     

Raja Ragen, beliau sudah lama meninggal. Semasa hidupnya beliau adalah sosok yang sangat setia, tidak banyak yang tahu alasan pasti beliau tidak ingin menikah atau memiliki selir setelah kepergian sang Istri bersama Panglima Perang di masa itu.     

Gael adalah anak semata wayangnya, yang sejak kecil selalu bersama dengan para pelayan juga anak dari para pelayan kerajaan dan prajurit.     

Kerajaan tidak hanya dihuni oleh Raja, namun tetap saja segala sesuatunya adalah kewenangan sang Raja.     

Banyak prajurit kepercayaan juga pelayan yang diberi tanggungjawab untuk mengurus kerajaan, namun disaat keadaan sang Raja sedang tidak baik, atau sedang melaukan perjalanan atau berburu seperti saat ini, mereka semua menjadi semain khawatir.     

Khawatir mengenai keselamatan sang Raja diluar sana, juga khawatir mengenai hal lain yang mungkin akan terjadi di dalam kerajaan.     

Logne, adalah pria yang sedang memandangi bangunan kerajaan. Dia merupakan salah satu prajurit kepercayaan. Dia merupakan teman baik Nig, sebelum pria berambut panjang itu ditugaskan untuk menjaga perbatasan hutan Timur.     

"Logne!" teriak seorang pria lainnya dari arah belakang. Pria itu baru saja turun dari kudanya.     

Logne berbalik dan sempat sedikit berharap kalau itu adalah snag Raja yang kembali.     

"Pasukanmu sudah berlatih bertarung?" tanyanya lagi. Suara beratnya dan logat orang Timur, jelas bukan gaya bicara Raja Gael.     

Logne mengangguk. "Kami berkuda dan berlatih pedang di padang rumput biasa," jawabnya.     

Pria yang berambut coklat dengan jambang, menghampiri Logne dengan mengelus sarung pedangnya.     

"Gael belum kembali?" ucapnya.     

Logne menggeleng.     

"Ah sudah kuduga bocah itu tidak bisa menjadi Raja. Bisa-bisanya dia pergi berburu saat kerajaan tidak memiliki sosok pemimpin pengganti seperti ini. Ritual bulan muda bahkan hanya beberapa hari lagi, apa dia juga sudha menyiapkan segala sesuatunya?" ucap pria berambut coklat itu lagi.     

Dayi, seorang prajurit senior yang menjadi pemimpin pasukan ke Selatan yang mendapatkan lencana kehormatand ari Raja Gael atas kinerjanya.     

"Kurasa semuanya sudah dipersiapkan oleh pelayan. Raja Gael tidak meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja," ujar Logne membela.     

"Begitukah? Lalu bagaimana dengan pembagian tugas baru untuk para prajurit perbatasan? Sampai kini kita bahkan belum memiliki pengganti Nig." Dayi menatap Logne.     

"Belum ada pengganti Nig? Kukira Raja Gael pernah memintamu untuk menempati posisi itu," ucap Logne polos.     

Dayi menarik napas panjang. "Aku memiliki tugas sebagai pengawas sekaligus pelatih pasukan berkuda disini. Kau bahkan masih membutuhkanku untuk melatih berperang sesekali. Aku sungguh tidak bisa pergi ke Hutan karena jasaku sangat dibutuhkan. Aku juga harus menjaga kerajaan saat Gael tidak ada seperti sekarang ini."     

Logne menatap pria itu dengan diam. "Kau memiliki lencana kehormatan. Bukankah tugasmu adalah menjaga seluruh wilayah Timur? Di kerajaan ini tidak ada seorangpun yang sanggup selain dirimu yang merupakan prajurit terbaik dengan lencana kehomatan."     

"Nig yang diberi kepercayaan langsung oleh Raja Gael, adalah satu-satunya prajurit yang berhasil kembali setelah melakukan sisir hutan di seluruh wilayah Timur. Sungguh Raja Gael tidak mungkin menunjuk sembarang orang," imbuh Logne.     

Dayi menggeleng, dia lalu berdecak dan memberi isyarat pada rekannya itu untuk kembali k epos masing-masing.     

Dayi hanya memandangi pria berjambang itu dari belakang. Keadaan yang sepi membuat suara burung terdengar sangat nyaring.     

Logne memilih untuk melakukan patrol sambil menghampiri beberapa penjaga yang bertugas untuk berbincang sebentar.     

"Dayi sudah kembali?" tanya Tandi, prajurit yang berjaga di bagian sisi kiri bangunan kerajaan.     

Logne mengangguk. "Dia baru masuk. Ada apa?" tanyanya balik.     

"Ah kenapa aku merasa dia terlalu berbelit dan mengulur waktu …," gumam Tandi.     

"Maksudmu?"     

"Wite dan Mod kemari tadi saat senja. Mereka mengatakan hendak bertemu dengan Dayi. Kurasa mereka benar-benar membutuhkan ketua pasukan."     

Hening sejenak, Logne nampak berpikir.     

"Aku ingin menawarkan diri, tapi apakah Raja akan membiarkanku yang tidak berprestasi ini memimpin mereka?" ujar Logne.     

Tandi menatap rekannya sejanak lalu tertawa. "Kau berbakat, hanya saja belum pernah memimpin pasukan besar. Jika aku Raja, maka akan kuijinkan kau." Tawanya tulus sekali, membuat Logne ikut tertawa dan sedikit menunduk.     

"Kita harus menunggu Raja kembali, semuanya ada di tangan dia."     

Tandi mengangguk. Keduanya kembali berpisah untuk tugas masing-masing.     

Logne menarik napas panjang. Dia juga kepercayaan Raja, tetapi prestasi Dayi sungguh tiada duanya.     

Saat sedang berjalan santai mengelilingi bangunan kerajaan, Logne dikejutkan dengan suara riuh dari dalam bangungan. Segera saja dia berlari untuk mengecek keadaan di dalam.     

"Cepat mengaku! Siapa yang memerintahmu untuk menyusup kemari!!" sentak Dayi nyaring pada seorang bocah yang dia kunci dengan lengannya di lantai.     

Semua orang berkumpul untuk melihat hal itu, termasuk Logne yang baru masuk.     

Di depan kamar sang Raja, bocah itu tertangkap membawa buntelan berjalan hendak masuk. Pelan semula yang mengetahui, namun bocah laki-laki itu berhasil membungkam dan membuat pelayan tidak sadarkan diri. Namun beruntung ada prajurit yang sempat mendengar teriakan lalu Dayi sigap menghampiri dan membereskan bocah itu.     

Rambut hitam sedikit panjang hingga menutupi dahi, wajah lebam bocah itu masih jelas terlihat. Dia baru saja mendapat sebuah pukulan keras dari Dayi.     

Bocah itu mendengkus kesakitan, namun dia tidak mengatakan apapun.     

Para penjaga mengecek isi buntelan yang dibawa bocah itu, rupanya itu adalah jubbah kebesaran Raja Gael.     

Seketika semua orang terkejut dan bertanya-tanya.     

Bocah itu masih bungkam, dia sempat menatap semua orang yang ada di sekitarnya lalu menatap tajam Logne.     

"Aku hanya ingin mengembalikan benda itu. Aku bahkan tidak tahu kenapa benda itu bisa berada di rumahku selama dua tahun," ucap bocah itu sedikit terbata.     

"Kenapa kau menyusup ke kerajaan? Kau seharusnya bisa menemui penjaga di depan," ujar Dayi yang masih menahan bocah itu dengan lengannya.     

"Aku … tidak suka bertemu banyak orang."     

"Ah omong kosong! Kau pasti pencuri!" Dayi kesal sekali.     

Dia segera memerintahkan pasukan untuk membawa bocah itu ke jeruji untuk mengikuti proses selanjutnya.     

Kini giliran Logne yang mendapatkan amarah Dayi. Sebagai penjaga kerajaan, Logne telah lengah hingga membuat bocah perkampungan dapat memasuki bangunan yang harus dijaga ketat.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.