Langit Cerah Wilayah Timur
Langit Cerah Wilayah Timur
Pagi yang cerah, seperti biasa Wedden akan pergi berkuda yang kali ini akan ditemani oleh Pangeran Raddone. Mereka memiliki rute yang cukup panjang kali ini, mulai dari Selatan hingga ke wilayah Barat terluar.
Sebelum kedua pria itu berangkat, seorang pelayan menghampiri Wedden terlebihdulu dengan membawa sebuah buntelan besar.
"Ada apa? Kirimand ar nelayan lagi?" tanya Wedden yang sedang menyiapkan kudanya.
"Bukan, Raja. Dari Kerajaan Timest. Ini adalah hadiah untuk tuan Putri," ujar pelayan itu.
Wedden sempat terdiam, lalu dia memerntahkannya untuk menyerahkan itu langsung pada Leidy.
"Penggemar adikku?" sahut Pangeran Raddone yang sempat mendengar sedikit.
"Emm, kurasa itu dari Raja Gael. Dia selalu berterimakasih dengan sebuah hadiah," ucap Wedden.
Raddone mengerutkan dahinya, dia mulai kesal.
"Kau masih membencinya? Kurasa dia orang yang baik."
"Tidak ada orang baik yang hanya mengorbankan para pasukan untuk mendapatkan kemenangan sementara dirinya berleha di kerajaan."
Wedden terdiam. Seketika mengingat Seredon dan Nig. Dua pria dengan dua kepribadian juga pekerjaan yang berbeda namun sama-sama berasal dari Timur. Keduanya mengorbankan diri untuk memenangkan Negeri Persei.
"Dia memiliki gangguan kecemasan yang cukup parah. Dia tidak bisa bertarung dengan keadaan seperti itu." Wedden masih memberikan pembelaan untuk Raja Gael.
Raddone menggeleng. Dia heran sekali karena Wedden tidak pernah membenci sosok sombong dan kejam itu.
Wedden dan Raddone memulai perjalanan mereka dengan berbekal roti dan sebotol air. Mereka akan melewati banyak mata air sehingga tidak perlu membawa cadangan air banyak.
"Jadi, kapan penobatanmu sebagai Raja Barat akan dilaksanakan?" tanya Wedden. Mereka mengawali perjalanan dengan santai.
"Ah kau sudah mendengar tentang ini juga rupanya. Aku merasa malu dan belum siap untuk mengabarkan pada siapapun." Raddone membuang pandangannya jauh.
"Kurasa batal," imbuhnya lagi.
"Kenapa? Apa sesuatu yang harus kau selesaikan terlebihdulu? Seperti sebuah tantangan?" kata Wedden.
"Bukan. Aku hanya menolaknya. Ayahku masih hidup dan baik-baik saja. Tidaka da alasan yang mendesa untuk menobatkanku."
"Ah benar juga. Tapi kurasa kau sudah sangat pantas untuk menjadi Raja. Kau melupakanku yang dinobatkan dalam keadaan bodoh?" ucap Wedden terkekeh.
Raddone menggeleng. "Aku tidak sehebat dirimu," sahut Pangeran Barat itu lagi.
Detik berikutnya mereka memacu kuda menuju perbatasan Selatan dan Barat. Keduanya melakukan kegiatan tanpa ada gangguan dari manapun.
Tanpa mengetahui kekacauan yang ada di dalam kerajaan Barat.
Sementara di Timur, Raja Gael sedang menatap jauh kearah Selatan dari menara kerajaan. Dia juga hanya seorang diri memimpin wilayah Timur, sama seperti Wedden. Namun selama ini dia tidak pernah meminta pendamping kerajaan seperti Keturunan Raja Elf itu.
Gael sedang mempertimbangkan untuk mencari pendamping, selain membutuhkan seseorang untuk membantunya di kerajaan, dia juga membutuhkan keturunan untuk meneruskan tahta.
"Apakah aku perlu memiliki kekuatan sihir agar aku dapat mendapatkan segalanya yang kuinginkan? Ah kenapa hidup pria itu sangat beruntung," gumamnya lirih.
Seorang pelayan menghampiri dengan membawa minuman panas.
"Hey, Pelayan. Bagaimana menurutmu kalau aku memiliki pendamping? Kau siap dengan keberadaan Ratu?" tanyanya acak pada pelayan yang bekerja.
Pelayan itu sempat diam sejenak lalu dia mengangguk sopan. "Dalam sebuah kerajaan pada umumnya selalu ada Raja dan Ratu, Tuan. Tapi jika memang Anda tidak menginginkan hal itu, kurasa semuanya akan baik-baik saja," ucapnya.
"Aku tidak menyukai ada orang lain dalam hidupku yang merepotkan. Tapi kurasa tidak akan masalah jika dia dapat membuatku selalu bahagia. Bukan begitu?" tanya sang Raja lagi.
Pelayan itu kembali mengangguk dengan sopan.
Gael tersenyum samar, dia lalu menyeruput minuman panas yang baru diberikan oleh pelayan.
"Aku akan menemui ayah," gumamnya. Dia menjadi sangat bersemangat saat memikirkan tentang hal ini.
Pertama kekuatan sihir, kedua pendamping dalam kerajaan. Itu adalah dua hal yang akan didapatkan oleh Raja Gael dalam waktu dekat. Dia tidak suka kalau seluruh penduduk TImur bahkan mengelu-elukan Raja Wedden yang notabennya adalah Raja wilayah Selatan.
"Tuan. Kami mendengar kabar kalau Raja Wedden bersama dengan Pangeran Barat berkuda kearah Timur." Seorang prajurit menghampiri Gael yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Hanya berdua?" tanyanya.
"Benar, Tuan."
Gael tersenyum samar. "Apa yang sedang pria itu rencanakan? Mengambil hati Wedden dengan cara kotor?" gumamnya.
"Siapkan kuda terbaikku, beri aku tiga prajurit untuk menemani berkuda hingga perbatasan," perintah Raja Gael pada prajuritnya.
Prajurit itu segera menuruti perntah sanga Raja dan tidak butuh lama kuda terbaik dan tiga prajurit siap untuk menemani Raja Gael berkeliling wilayah Timur.
.
.
Langit yang sangat cerah menyambut Wedden dan Raddone di perbatasan TImur. Rupanya mereka mengalihkan rute yang semula direncanakan. Wilayah TImur adalah wilayah dengan hutan terluas, sehingga mereka lebih tertantang jika berkuda hingga wilayah itu.
Wedden banyak mengenang perjalanannya saat masih melakukan pencarian Buku Sihir bersama dengan pasukan Timur juga Rend an Corea.
Keduanya beristirahat dibawah pohon besar dengan akar yang membentuk gua. Persis seperti pepohonan yang digunakan oleh Wedden dan Ren berlindung dahulu.
Srk! Srk!
Wedden memekakan pendengarannya. Raddone yang sedang sibuk memakan roti sama sekali tidak mempedulikan suara di sekitar.
Wedden tiba-tiba memunculkan api di kedua telapak tangannya, hal itu tentu saja mengejutkan Raddone hingga membuat Pangeran barat itu nyaris tersedak.
"Seekor ular raksasa," ucap Wedden lirih.
Raddone siaga segera, dia menarik belati Katar masih sambil mengunyah rotinya.
Luput dari perkiraan Wedden, rupanya ular raksasa itu telah berada dibelakang Raddone. Wedden harus merasa menyesal karena nyaris membuat rekannya itu celaka.
Tanpa aba-aba, Wedden melemparkan api pada ular raksasa itu dan membuatnya semakin marah.
"Hey, Bung. Apa kau menginginkan daging ular bakar? Aku pernah memakan hatinya, itu enak," ujar Wedden pada Raddone yang telah beranjak dari tempat duduknya.
"Kurasa itu ide bagus. Bisakah aku saja yang memotongnya?" ujar Raddone bersiap dengan belatinya.
"Silahkan."
Baru saja Wedden berhenti bicara, Pangeran Barat itu telah melemparkan Katarnya dan berhasil merobek tubuh ular yang besar tubuhnya sama dengan dirnya itu.
Nampak sangat berpengalaman, Raddone segera menguliti dan mengambil bagian hati untuk segera dibersihkan dan dibakar.
Kekuatan Wedden sangat membantu dalam keadaan ini. Mereka hanya perlu menyiapkan dedaunan dan ranting pohon, lalu mereka dapat menikmati makan malam yang menyenangkan.
"Apakah kita kan melaukan perjalanan hingga berhari-hari?" celetuk Raddone.
"Kau tidak masalah dengan itu? Bagaimana kalau kita mengundang Raja Gael dan pangeran Ren. Kurasa mereka akan sangat senang karena mereka adalah pemburu."
"Bawa Ren saja. Raja Gael pasti akan sibuk karena dia tidak memiliki pengganti di Kerajaan."
"Begitukah? Tentu saja. Aku tidak memiliki jadwal pekerjaan atau apapun untuk beberapa waktu kedepan," ujar Wedden. Dia disibukkan dengan proses memanggang yang membutuhkan api darinya.
***