BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Tuan Putri Barwest



Tuan Putri Barwest

1Jana, prajurit kepercayaan keluarga besar keluarga Barwest sedang bersama dengan pasukan berkuda. Mereka bercengkerama di dekat area berlatih kuda di halaman belakakng kerajaan.     

Salah satu anggota pasukan berkuda memerintah Jana untuk menoleh dan melihat tuan Putri yang sedang berkuda seorang diri seraya memandangi halaman yang diurus rapi oleh para pekebun.     

"Dia cantik sekali," gumam seorang anggota yang masih Nampak muda, pria itu bernama Abda.     

"Kau belum berada di Barat saat ia masih berambut putih? Bagitu, waktu itu dia jauh lebih cantik. Sangat anggun," sahut pria berjambang dengan rambut yang hampir botak.     

"Ah aku tahu, tapi au lebih menyukai Putri Leidy yang sekarang. Dia lebih menarik," sahut seorang pria lainnya.     

Jana hanya diam, dia memperhatikan tuan Putri dari kejauhan lalu segera menghampiri dan memanggil.     

Ketiga pasukan berkuda sempat saling pandang sejenak. Rupanya mereka memiliki pikiran yang sama mengenai satu hal. Jana dekat dengan keluarga Raja, tentu saja dia juga dekat dengan tuan Putri.     

"Hey, hanya sendiri?" sapa Jana pada tuan Putri yang telah tersenyum padanya dari kejauhan.     

Leidy mengangguk. "Semula Dipa menemaniku, tapi dia meninggalkanku di dekat hutan. Kukira dia melaukan tugas bersamamu, jadi aku kemari karena sudah terlalu menunggu," ucapnya.     

Jana menoleh pada semua pasukan yang sedang bersiap untuk berlatih, tidak ada sosok Dipa disana.     

"Kami belum bertemu sejak kemarin. Mungkin dia sedang bersama Raja?"     

"Tidak. Ah mungkin saja, karena ayah sedang membutuhkan teman bicara saat ini."     

"Aku akan menemani jika tuan Putri membolehkan," ujar Jana menawarkan diri.     

Leidy mempersilahkan tanpa ragu. Jana lalu menuntun kuda dan berjalan mendampingi Putri Leidy meredakan bosan.     

Keduanya mengobrol tentang banyak hal tanpa merisaukan mengenai status sosial masing-masing. Jana merupakan seorang ahli pedang di sebuah desa kecil, dia bertemu dengan Raddone saat pangeran Barat itu berburu hingga ke pelosok wilayah Barat.     

Keduanya lalu berteman dan Raddone mengajaknya pulang ke kerajaan dengan menawarkan posisi kepala Pasukan sekaligus penjaga Raja dan seluruh keluarga.     

Selama Jana bergabung dengan pasukan Kerajaan yang sudah lebih dari sepuluh tahun, tidak ada catatan buruk mengenai sikap maupun prestasinya. Jana sungguh pria yang tekun dan memiliki banyak keahlian sehingga membuat sang Raja selalu puas dengan kinerjanya.     

Jana mengajak Leidy untuk berhenti di dekat aliran sungai buatan yang digunakan untuk perairan perkebunan.     

"Ah bisakah kau membantuku untuk turun?" ujar Leidy yang saat itu mengenakan gaun coklat lebarnya.     

Jana menjulurkan tangan kanan, bersiap menyambut tangan tuan Putri dan membantunya saat turun, namun melihat Leidy kesulitan ia segera memberikan kedua tangannya, siap menangkap wanita itu dan memerintahkan untuk sedikit mencodongkan tubuh.     

Rupanya gaun tuan Putri tersangkut pada bagian belakang sepatu yang membuatnya kebingungan. Leidy mencoba untuk sedikit mencondongkan tubuh namun rupanya kuda yang ditunggangi berulah hingga membuatnya terjatuh.     

BRUK!     

"Argh!"     

Beruntung Leidy terjatuh diatas tubuh Jana sehingga tidak membuatnya terluka karena bersentuhan langsung dengan tanah.     

Jana merasakan nyeri pada punggung dan kepala karena terhempas ke tanah dengan tambah beban tubuh tuan Putri.     

"Maafkan aku," ucap Leidy yang berusaha untuk bangkit. Dia menatap Jana yang meringis kesakitan.     

"Apa aku seberat itu?" tanyanya.     

Jana menggeleng. Leidy tertawa kecil, ia lalu mencoba duduk dan merapikan kembali pakaiannya.     

"Kuda sialan! Dia selalu saja tidak nurut," gerutu Leidy pada kudanya yang telah melangkah maju dan memakan rerumputan hijau.     

Jana mencoba untuk bangun. "Kurasa kuda itu memiliki sikap yang sama dengan pemiliknya. Seharusnya kau tidak mengumpat padanya."     

"Maksudmu? Aku sialan?" Leidy mengerutkan dahi kesal.     

"Aku tidak mengatakan itu. Hanya saja sedikit keras kepala, tidak nurut, dan ...." Jana menunda kalimatnya.     

Leidy sudah menatap pria itu lekat, mengerutkan dahi karena dia sangat tidak suka jika ada orang yang mengatakan keburukan padanya.     

"Dan menarik," sambung Jana. Dia membalas tatapan sang Putri untuk beberapa lama.     

"Ah omong kosong! Aku mungkin menarik karena sudah banyak pria diluar sana yang mengatakan itu padaku. Tapi kuda itu? Apakah banyak juga yang menyukainya?" ujar Leidy.     

Jana tertawa samar. "Beberapa kuda betina pernah mengatakan itu padaku," sahutnya.     

"Benarkah? Haha ternyata kau selain jago berkelahi, juga jago bahasa hewan?" celetuk tuan Putri.     

Keduanya sempat saling diam, hanya menatap aliran sungai seraya menikmati sepoi angin yang menyapa.     

Tidak lama kemudian, seorang prajurit menghampiri Leidy dan mengatakan kalau Kerajaan Barat mendapatkan undangan dari kerajaan Peri Lembah di perbatasan Barat dan Selatan.     

"Kurasa itu tugas Raddone," ucapnya menolak.     

Namun prajurit itu mengatakan kalau Raja memerintahkan Leidy karena sang Pangeran sedang tidak ada di tempat.     

"Apa ini pemberitahuan dadakan?" Leidy segera berdiri.     

"Sudah terjadwal, Putri. Namun sepertinya Pangeran melupakan ini."     

Cukup lama berpikir, Leidy lalu bersedia untuk menggantikan sang Ayah juga Kakaknya. Jana diminta untuk mendampingi, pria itu selalu bersedia tanpa penolakan apapun.     

Leidy menganakan gaun terbaiknya, dia tahu kalau kali ini dia tidak hanya sedang mewakili Kerajaan Barat namun juga Selatan karena memang Raja Wedden sedang pergi bersama Pangeran Raddone. Dia juga harus menjaga penampilan apabila akan bertemu dengan Raja Timur juga Utara.     

Dia menata rambutnya seperti biasa, di gelung tinggi dengan riasan tiara emas mungil nan mempercantik penampilannya.     

Sebuah kejutan yang ia dapatkan kali ini adalah ternyata hanya dua kerajaan besar yang mendapat undangan dari Kerajaan Peri Lembah Hugre, lembah yang tidak securam lembah Giger di Utara.     

Kerajaan Barat dan Selatan, hal itu tentu saja karena Lembah Hugre berada tepat diantara kedua wlayah itu.     

Namun yang paling mengejutkan adalah, kereta kuda Kerajaan Selatan nampak telah tiba dan terparkir dengan dikelilingi oleh para prajurit. Leidy mengingat beberapa wajah pria itu.     

Rupanya, kali ini Cane datang dengan mengenakan pakaian terbaiknya sebagai perwakilan kerajaan juga sebagai ketua Pasukan Selatan. Tidak hanya sendiri, Cane didampingi oleh Corea yang keduanya terlihat cantik dan rapi.     

Leidy mengerutkan dahinya, dia tidak menyukai pemandangan itu.     

"Apa mereka adalah Ratunya?" gerutu Leidy kesal.     

Seharusnya dialah yang menjadi perwakilan dari kedua kerajaan, tetapi sosok dua peri wanita itu sungguh mengganggu keadaan hatinya.     

"Kau baik-baik saja, Putri? Kau terlihat pucat? Apa kau sakit?" tanya Jana ramah pada tuan Putrinya yang masih enggan untuk turun dari kereta.     

"Aku baik-baik saja. Bisakah aku hanya datang dan menyapa tuan rumah lalu pulang? Tempat ini tidak begitu cocok untuknya," ujarnya seraya mehela napas panjang.     

"Tentu. Akan kutemani." Jana segera membantu Leidy untuk turun dan menggandengnya menuju Raja Peri lembah Hugre yang sedang berbincang dengan tamunya yang lain.     

Sebuah acara perayaan kecil-kecilan karena kelahiran putra mereka setelah anak pertama dan kedua berusia dewasa. Sang Raja yang sudah terlihat tua itu masih sangat bersemangat dan ceria sekali saat menimang bayinya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.