BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Rahasia Raddone



Rahasia Raddone

2"Apa? Kenapa ayah membatalkannya? Apa ayah tidak kasihan pada Raddone yang sudah berlatih keras untuk menjadi Raja? Lagipula, bukankah ayah sendiri yang mengatakan kalau dia layak?" Leidy bertanya-tanya.     

Sang Raja yang sedang terduduk di tempat tidurnya itu hanya diam tidak ingin berpanjang lebar lagi.     

"Ayah. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuat hubungan kalian menjadi seperti ini. Aku hanya … ingin jujur," imbuhnya lirih.     

Putri Leidy menghampiri Sang Raja dan segera duduk didekatnya. "Maafkan aku, sungguh. Kami tidak bermaksud untuk menggulingkan ayah. Kami hanya …"     

"Hentikan, Leidy! Kau tida perlu berkelit membuat pernyataan pembelaan! Kakakmu sudah sangat keterlaluan. Bukan masalah dia ingin menjadi Raja dengan segera, namun menjadikanmu alat agar dapat mendapatkan kehormatan dari Raja Wedden. Itu sungguh tidak tahu diri. Sangat memalukan! Aku kecewa sekali!" Raja Audore meninggikan suaranya.     

Beliau benar-benar marah dan tidak habis piker.     

"Kukira, maksud dari Raddone bukan seperti itu, Ayah. Dia hanya ingin mengajariku untuk mengenal tugas sebagai seorang pendamping. Dia mempersiapkan masa depanku jika suatu saat aku akan dilamar oleh seorang pangeran atau Raja," ujar Leidy. Dia menggenggam erat lengan sang ayah.     

"Ayah tenanglah. Jangan lagi marah, kumohon. Ini semua hanya salah paham. Maafkan aku telah salah memberitahumu tentang hal ini."     

Raja Audore diam. Hal itu membuat Leidy merasa serba salah dan tidak tahu harus melakukan apa.     

      

"Berhentilah kau untuk menjadi pendamping Raja Wedden."     

"Lalu apa yang akan kulakukan, Ayah? Bukankah sebagai seorang Putri aku harus belajar banyak hal? Dengan menjadi pendamping Raja Wedden, aku kini banyak keahlian dan ilmu."     

"Bersiaplah kau untuk penobatan Ratu pecan depan."     

Leidy terdiam. Dia sangat terkejut dengan pernyataan sang ayah.     

"Ayah bercanda? Aku tidak mungkin diangkat selama Raddone sangat layak untuk menjadi penggantimu."     

"Diamlah kau! Jangan lagi membahas Raddone!"     

"Ayah. Kau tahu aku tidak pandai membela Kerajaan. Nama baik kerajaan, apapun itu adalah usaha dari Raddone. Kurasa, dia memang kandidat terbaik."     

Raja Audore terdiam.     

"Aku akan tetap menjadi pendamping Raja Wedden. Dan aku menyetujui Raddone untuk menjadi Raja."     

"Leidy …,"     

"Ayah. Dia pria, dialah Raja yang sesungguhnya. Bukan aku yang lemah dan akan segera mati."     

Hening.     

"Hatimu baik sekali, Putriku. Kau masih sangat mempercayai kakakmu yang sialan itu?"     

"Ssst ayah tidak boleh menyebut Putra Mahkota seperti itu." Leidy tersenyum. "Aku selalu emngingat kalimat ayah. Ayah bilang kita adalah keluarga, hal yang paling berharga dibanding apapun di Negeri ini. Jadi, kita akan tetap begitu apapun yang terjadi. Benar, 'kan?" ujarnya lagi.     

Raja Audore mengangguk pelan. Ia lalu mengusap lembut kepala Putri dan membuat suasana di kamar khusus Raja itu menjadi hangat.     

      

Seorang pelayan masuk dengan membawakan sewadah hasil kebun yang masih segar. Dia menjelaskan kalau itu adalah kiriman dari Timur sebagai ucapan dari Raja Gael pada Raja Audore agar lekas sembuh dan kembali beraktifitas seperti semula.     

Leidy mengangkt kedua alisnya. Dia memijat pelan dahinya saat disadari Raja Timur itu mengirim banyak barang pada dirinya juga keluarganya.     

      

"Kau ingin beberapa?" ujar sang Raja menawari Putrinya buah apel.     

Leidy menggeleng dan tersenyum, dia lalu meminta ijin untuk berkeliling kerajaan bersama dengan Dipa, pengawal pribadi yang juga ikut mendampingi selama Leidy berada di Kerajaan Northan.     

      

Putri Leidy berkuda sementara Dipa mendampingi dengan memegangi tali kuda dan mengiringi tuan Putri berkeliling.     

Mereka melihat kebun bunga yang sedang dirawat oleh para petani yang dikhususkan untuk hiasan kerajaan.     

Leidy lalu berpikir kalau dia juga akan mengusulkan pembuatan taman bunga lebih banyak lagi di lingkungan kerajaan Northan, karena selama ini baru sedikit jenis bunga yang di tanam.     

Leidy sangat ingin kerajaan Raja Wedden menjadi kerajaan terindah di Negeri Persei, karena memang kedudukan tertinggipun memang ada di tangan Raja Wedden.     

Pasukan perang dan pasukan terkuda, masih memiliki nilai standar. Bahkan jika dilihat dari prestasi, pasukan Timur masih terbaik. Mereka seringkali berburu bersama, lalu berlatih berkuda juga kompetisi lainnya yang bersifat menghibur.     

      

"Kau, apakah asli dari wilayah Barat?" tanya Leidy tiba-tiba pada Dipa.     

"Benar, Putri. Kedua mendiang orangtuaku adalah pelayan kerajaan saat masa kakek dari tuan Putri," jawab Dipa sopan.     

"Emm, kau juga sangat dekat dengan Raddone. Benar?" tanyanya lag yang dijawab dengan anggukan.     

"Apakah dia sering memberimu hadiah atau imbalan jika kau melakukan sesuatu untuknya?" suara Leidy sangat manis.     

"Pangeran beberapa kali memberiku koin dan berlian sebagai tanda terimakasih karena telah menjaga tuan Putri dengan baik."     

"Begitukah? Kau lebih menyayanginya daripada diriku? Kurasa akulah yang harus kau jaga, tapi kau lebih mempedulikan Raddone."     

"Maksud tuan Putri? Aku tidak pernah tidak memperdulikanmu. Aku melakukan tugas dari sang Raja dan aku senang dengan yang kulakukan ini. Pangeran hanya memberkan bayaran tambahan," jawab Dipa menjelaskan.     

      

Leidy lalu minta berhenti dan turun. Mereka sedang berada di halaman belakang kerajaan, tempat dimana Leidy sering jatuh pingsan kemudian sakit.     

"Jadi, kau yang memberitahu Raddone mengenai pembicaraanku dengan Raja?" tanya Leidy lirh, masih dengan gayanya yang anggun.     

"Pembicaraan? Yang mana? Maaf, Putri. Aku bahkan tidak pernah menyimak saat kalian berbincang tentang hal rahasia." Dipa nampak polos, suaranya sangat menyakinkan.     

"Aku melihatmu bertemu dengan Raddone kemarin dan kalian berbincang lama. Apa itu?"     

Dipa sempat diam, dia mencoba untuk mengingat pertemuan yang mana yang sedang dibahas oleh tuan Putri, karena dia cukup sering bertemu dengan Pangeran Raddone.     

"Ah aku mengatakan kalau mungkin Raja akan segera menobatkannya sebagai Raja Barat …," kalimat Dipa belum selesai. Dia berhenti bicara saat ia mengetahui tuan Putri sedang menggenggam erat Belati Katar yang baru ia cabut dari balik gaunnya bagian pinggang.     

      

"Kau tahu aku tidak menyukai pembohong dan pengganggu," ucap Leidy. Kali ini tetepannya sangat tajam membuat Dipa melangkah mundur karena takut.     

"Pergilah kau menemui kedua orangtuamu!"     

      

BRUK!     

      

Tubuh pengawal pribdinya terjatuh bersimbah darah di atas tanah. Leidy segera membersihkan belatinya dengan pakaian Dipa. Pria itu jatuh tak bernyawa setelah ditikam oleh tuan Putri berparas cantik itu.     

Tidak seorangpun melihat kejadian itu. Leidy segera memanggil penunggu hutan dan menyuruhnya untuk melenyapkan tubuh pengawal pribadinya itu tanpa sisa.     

"Ah sialan! Aku mengotori tanganku dengan hal ini," umpat Leidy lirih. "Huhh! Tidak ada yang boleh mengacaukan semua rencanaku. Rahasia Raddone telah terbongkar, kini giliranku yang mengunci rahasia dalam diriku sendiri," gumamnya diiiringi dengan senyum tenang.     

      

Leidy melanjutkan berkeliling kerajaan. Samar dia tersenyum dan merasa bangga dengan dirinya sendiri. Dia baru saja mendapatkan tiket untuk menjadi Ratu, walau dia menolaknya. Dia juga sedang dalam hubungan baik dengan Raja Wedden, lalu Raja Gael yang selalu memberikan hadiah yang dia rasa memiliki maksud lain.     

"Apakah ini artinya mimpiku untuk menjadi seorang Ratu akan segera terwujud?"     

      

***     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.