BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Prosesi Penobatan Raja



Prosesi Penobatan Raja

2Ribuan warga telah memadati halaman kerajaan yang telah dibersihkan dari sisa peperangan. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyambut riuh kedatangan kereta kuda yang diisi oleh seluruh Raja dari seluruh Wilayah.     

Semua warga menyambut antusias dan merasa sangat bersyukur karena kegelapan telah lenyap.     

Tidak hanya para manusia, kaum peri juga berdatangan. Raja peri lembah, orang tua dari Hatt, Raseel juga Coreapun berhadir dengan ditemani oleh para pengawal. Raja peri hutan, juga para penjaga hutan yang berpakaian sangat cantik nan anggun menjadi tamu kehormatan har itu.     

Raja per lembah mengenali sosok ketua pasukan peri hutan yang berada di barisan depan. Pandangannya tak teralihkan bahkan saat putrinya menghampiri dan menyapa.     

"Ayah masih mengngatnya? Dia tumbuh hebat sekarang." Corea mengikuti arah pandang sang ayah.     

"Dia masih membenci kita," ucap sang Raja.     

"Kurasa tidak. Kita hanya salah paham selama ini. Dia hanya emrasa tida nyaman. Aku pernah bersama dengannya saat melintasi hutan Timur," jawab Corea.     

"Begitukah? Apa kau bisa mengundangnya untuk minum bersama? Aku ingin meminta maaf dengan hormat pada wanita itu."     

Corea mengangguk.     

Hatt yang baru saja menghampir ayah dan adik perempuannya itu bertanya-tanya dengan topic pembicaraan mereka, namun Corea segera mengalihkan pembicaraan dan mengisahkan tentang perjalanan serta perjuangan Wedden selama ia bersama dengan pria itu.     

Sementara itu, di sisi yang berbeda. Diya sedang memperhatikan Tsania yang sedang mencoba untuk bernteraksi dengan Putri Barat namun terabaikan. Samar Diya tertawa, namun dia berpura untuk melihat apapun.     

Cane masih bersama dengan pasukannya. Kaki wanita itu cidera sehingga dia tidak dapat banyak bergerak. Hanya berinteraksi dan tertawa sekenanya jika ada pasukan yang melontarkan kisah lucu.     

Cane sempat melirik pasukan peri lembah, namun dia enggan menyapa. Terlebih saat ia melihat sosok Hatt disana. Dia merasa terlalu canggung dan itu akan tidak baik untuk kehidupannya.     

Angin sejuk menyapa, awan putih cerah seolah menyambut kedamaian yang akan datang. Rintik hujan ringan membasahi halaman yang berdebu. Kicau burung menjadi hiburan tersendir untuk para warga yang telah menunggu sejak beberapa waktu.     

Di bagian atas kerajaan, telah disiapkan tempat penobatan. Ada empat vas tanah liat berukuran sedang disana yang dipenuhi dengan air dari empat sumber terbaik di empat wilayah, dilengkapi dengan tempurung kelapa yang akan digunakan sebagai gayung.     

Tidak hanya itu, mahkota raja Rapher yang selama ini tersimpan dengan baik di kerajaan Selatan telah kembali disiapkan untuk dikenakan oleh sang Raja Baru.     

Para pelayan kerajaan Selatan yang selama ini diperbudak oleh Kimanh merasa sangat lega dan beruntung karena mereka berhasil emnyimpan dan menyelamatkan satu-satunya sisa peninggalan raja Rapher itu selama bertahun-tahun.     

Tidak ada jubbah kebesaran Raja, semua barang milik Rapher telah dimusnahkan oleh Kimanh. Raja Soutra yang membawakan jubbah Raja yang sengaja ditenun oleh pengrajin terbaik di Utara.     

Semula, jubbah itu hendak diserahkan pada Ren namun beliau merasa kalau ada yang lebih membutuhkan dan lebih pantas mengenakan jubbah Raja dalam waktu cepat.     

Kereta kencana mulai memasuki wilayah kerajaan Selatan. Riuh ramai para warga bersuka cita.     

"Hidup Raja Baru!"     

"Hidup Rapher!"     

Berbagai jenis teriakan terdengar nyaring. Para Raja dan pangeran yang berada di dalam kereta membuka sedikit tirai dan melambai. Setidaknya itu memberikan sedikit ketenangan dari para warga yang ingin disapa langsung oleh pemimpin mereka.     

"Wedden, kau baik-baik saja? Kita sudah tiba." Ren menepuk pelan tubuh Wedden yang tersandar dengan memejamkan kedua mata. Tubuh Wedden kaku dan dingin, hal itu sempat membuat panic semua orang yang ada di dekatnya.     

Wedden terbangun dan ia segera membenarkan posisi duduknya.     

"Kau tegang, Kawan? Tenanglah. Semuanya akan berjalan lancar. Kau adalah Raja yang hebat," ujar Raja Gael ramah.     

Raddone mehela napas panjang, dia meminta bantuan sang ayah untuk dapat segera turun dari kereta kuda itu.     

Wedden mengusap wajahnya beberapa kali. "Maafkan aku. Kurasa aku tertidur," ujarnya.     

Raja Soutra menatap Wedden dengan senyum hangat. Beliau adalah yang terbaik diantara semua yang Wedden kenal. Selalu memberkan respon yang menyenangkan.     

Setibanya di samping kerajaan, para Raja segera turun dan mempersilahkan Wedden untuk menyapa warga sebentar.     

Terik matahari sama sekali tidak mengurangi semangat para warga yang sudah tidak sabar dengan kepemimpinan yang baru.     

Raja Audore barwest yang menjadi pemandu Wedden untuk menjalani prosesi penobatan.     

Selama prosesi, seluruh warga diharapkan untuk tenang agar acara berlangsung hikmat. Bahkan burung-burung yang semula berkicau riang, menjadi sangat hening memberi ruang para Raja untuk menyelesaikan acara.     

Wedden harus membasuh kedua tangan, kaki serta wajahnya dengan keempat air dalam vas. Satu per satu, semuanya dilakukan dengan konsentrasi tinggi.     

Ketiga raja yang hadir juga menyerahkan tiga symbol kekuasaan dari masing-masing daerah. Raja Soutra menyerahkan pedang dan Sang Saka Agung Utara, yaitu pedang milik Kerajaan serta bendera lambing kerajaan.     

Raja Timur menyerahkan busur panah beserta anak panah emas serta Sang Saka Angung Timur.     

Raja Barat menyerahkan belati Katar juga Ladam emas serta Sang Saka Agung Barat.     

Sementara dari sisi Selatan, telah berkibar Sang Saka Agung Selatan yang disimpan oleh semua Raja, kali ini adalah milik Raja Gael yang dikibarkan sebagai bendera Selatan.     

Setelah selesai dengan semua symbol kekuasaan dan penyucian diri, Raja Audore sebagai perwakilan dari para Raja memasangkan mahkota Kerajaan Northan pada Wedden yang telah beralih nama menjadi Wedden Arragegs Rapherson. Lalu ia pun resmi menyandang gelar Raja.     

Di bawah terik dan sedikit hujan rintik-rintik, sorak-sorai para tamu dan warga yang menyaksikan momen tersebut pun terdengar membahana sesudah prosesi tersebut berakhir. Kicau buruk dan awan cerah menghiasi langi Negeri Persei ikut dalam sukacita itu.     

Para Raja tiga wilayah dan beberapa tamu lainnya kemudian memberikan penghormatan kepada Raja Wedden Rapherson.     

"Sepanjang hidupku dan dengan sepenuh hati, aku akan berusaha untuk memenuhi kepercayaan yang Anda berikan," kata Raja Wedden dengan lantang menatap seluruh warganya yang berhadir.     

Keff, Laver, Landa dan Tsania bertepuk tangan dengan heboh. Laver yang paling heboh dengan Landa yang hanya ikut-ikutan karena dia merinding dengan suasana sekitar.     

Sementara Keff, dia meneteskan air matanya dalam diamnya. Dia tidak mengucapkan apapun, hanya tersenyum kearah Wedden yang kini telah mengenakan mahkota dan jubah Raja.     

Wedden yang tidak mungkin sendiriandalam mengurus kerajaan, dia meminta Keff dan tiga pelayannya itu untuk tetap tinggal.     

"Tida perlu memiliki jabatan atau apapun. Aku hanya perlu kalian disini menemaniku," kata Wedden pada saudaranya itu.     

"Aku akan kembali ke Utara dan mengelola penginapan. Walau bagaimanapun, disanalah kau berasal. Aku akan menjaganya untukmu, karena itu juga warisan dari Tuan Arragegs." Kata Keff.     

"Begitukah?" ucap Wedden lirih.     

"Bukankah akan baik jika seorang Raja memiliki rekam jejak di desa kecil? Kau tenang saja, kami akan tetap bersamamu. Kapanpun kau membutuhkan pasukan, aku siap. Aku akan berlatih perang untukmu," imbuh Keff.     

"Aku juga."     

"Aku juga."     

"Aku juga." Tsania memandangi ketiga rekannya. Dia sangat yakin dengan apa yang ia katakana.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.