BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Menyerang Kegelapan



Menyerang Kegelapan

0Sementara itu, di bagian yang lain pasukan wanita peri sedang melawan para monster yang setiap kali terluka mengeluarkan lender yang sangat lengket dan bau. Bukan hanya itu, makhluk itupun susah untuk mati hingga mereka perlu menebas kepalanya dan menendang jauh tubuh monster itu agar tidak dapat kembali menyatu.     

Leidy merasa lelah dan mual, dia terjatuh dan tidak dapat lagi berdiri untuk menyerang.     

"Aku harus memanggil para pohon," ucapnya.     

Corea tidak mendengar ucapan putri Barat itu, namun dia mendengar erangan monster yang hendak menghujamkan tombak pada Leidy. Segera saja Corea menyerang monster itu dan merobek tubuhnya dengan brutal.     

Leidy sangat terkejut dengan hal itu. Corea segera membawa Leidy sedikit menepi agar tidak terlalu bahaya.     

"Kau tidak perlu memanggil pohon ajaib. Mereka telah berada disini," ujar Corea.     

Benar saja. Pasukan pohon ajaib telah tiba dari segala sisi dan siap untuk membantu menyerang pasukan kegelapan.     

Para gnome hutan satu per satu mulai dihabiskan oleh pohon itu. Hanya saja para pohon mudah dikalahkan dengan kapak dari para monster berlendir.     

Raddone melihat sang adik terduduk, emosinya semakin membara. Dia semakin menjadi-jadi dan menyerang musuh secara bertubi.     

"Argh!" teriak Raddone kesakitan saat sebuah panah tertancap pada betisnya.     

Panah dari pasukan nimfa yang memihak pada Raja Kegelapan. Pangeran Barat tidak mungkin akan menyerah, dia segera mencabut ana panah itu bahkan hingga wajahnya memerah dan seluruh uratnya seolah hendak putus.     

"Arrrgrgghhhhh!" Raddone semakin membabi buta.     

Ia menerjeng semua musuh di hadapannya dan bersumpah dalam hatinya untuk menghabisi wanita cantik yang telah menyerangnya.     

Hatt dan Raseel adalah duet yang saling membantu. Keduanya sangat kompak sekali dan menjadi yang paling tenang dalam bertarung.     

Walau keduanya juga mengalami banyak luka, namun jelas sekali kalau mereka benr-benar saling melindungi satu sama lain. Hanya saja mereka melupakan Corea kali ini. Mereka membiarkan adik perempuannya itu berjuang sendiri dengan kekuatana dan senjata yang dimiliki.     

"Nig!" teriak Witt nyaring setelah melihat ketua pasukannya itu mendapat serangan tombak yang tepat mengenai dadanya.     

Hal itu tentu membuat pasukan yang lain segera mengalihkan perhatian untuk sesaat.     

Ren yang sedang disibukkan dengan para gnome bahkan lengah karena mendengar teriakan pria berjambang itu.     

Tubuh Nig segera terjatuh ke tanah setelah sebelumnya dia berhasil menyabetkan pedangnya pada sosok yang ada di depannya.     

Ren bergegas menghampiri tubuh Nig yang masih hangat. Namun tidak banyak harapan karena jantung pria itu segera berhenti berdetak setelah dia sempat menepuk pelan lengan pangeran Soutra.     

"Sial! Aku belum siap untuk yang seperti ini," umpat Ren yang mendadak merasakan seluruh tubuhnya gemetar.     

Dia mencari di sekitar, ingin menemukan dimana kiranyaa sang Pewaris Raja Elf itu berada.     

Dia tidak ingin kehilangan pasukan lagi. Cukup Nig untuk yang pertama dan terakhir.     

BRUK!!     

Ren terkejut dengan jatuhnya makhluk tinggi besar di dekatnya. Rupanya, makhluk itu hendak menyerang Ren namun berhasil dihalau oleh Diya yang segera memenggal kepala makhluk itu.     

"Fiuh. Beruntung aku ada di sekitarmu," ucap DIya menyombongkan diri. Wanita itu segera pergi dan kembali bertarung.     

Ren mencoba untuk memekakan pendengaran, mencari suara Wedden. Namun dia hanya berhasil mendengar suara Seredon yang terengah dan tidak menyerah.     

Di dalam kerajaan kegelapan yang cukup sepi. Wedden telah tiba di depan sebuah pintu besar yang berada di puncak menara kerajaan. Ia merasakan energy besar di dalam sana, diapun kembali menyiapkan diri dengan apapun yang akan dia hadapi.     

Huh!     

Wedden menghembuskan napas kasar. Dia lalu menancapkan pedangnya pada lantai hingga membuat suara dentingan nyaring yang menggema.     

"Ekstecafotime," ucapnya lirh. "Akulah sang raja yang akan memimpin negeri Persei. Kegelapan harus musnah," ucapnya lirih.     

"Keluarlah wahai Raja Kegelapan! Aku, keturunan raja peri Rapher Elkfinn akan mengalahkanmu!" tantan Wedden sangat percaya diri.     

BLAM!!     

Pintu besar itu terbuka seketika hingga membuat Wedden terkesiap karena angin yang disebabkannya.     

Kabut hitam tebal keluar dan segera mengelilingi seluruh tubuh Wedden yang tidak lagi memiliki senjata.     

"Kau bocah ingin melawanku?"     

Suara menggema dan terdengar serak sangat tida nyaman untuk didengar oleh Wedden.     

"Kau bahkan tidak memiliki kekuatan apapun. Ha Ha Ha!" gelak tawa yang menggelegar membuat Wedden harus memirngkan kepalanya agar tidak terlalu pening karenanya.     

Hanya kabut hitam. Wedden mengerutkan keningnya, berharap ia dapat bertemu langsung dengan sang raja Kegelapan.     

"Aku ingin kau berhenti menguasai wilayahku. Kau telah memiliki wilayah untukmu sendiri di dasar perut bumi. Pergilah dan kembalilah kau disana!" ujar Wedden.     

"Ha Ha Ha. Kau bocah yang sangat menghibur. Kenapa kau menyuruhku kembali kalau kau bahkan tidak sanggup untuk menjaga wilayahmu sendiri?"     

Wedden diam. Mendadak dia pening karena dia bahkan tidak mengetahui tentang sejarah leluhurnya di masa lalu yang menyebabkan Negeri Persei jatuh ke tangan kegelapan.     

Enggan terlalu lama dipermainkan, Wedden akhirnya melenyapkan kabut hitam dihadapannya dengan kekuatan angina dan sekali sabetan pedang.     

"Aku akan mengalahkanmu!" ucap Wedden lag. "Aku adalah rajanya. Kegelapan harus dimusnahkan!"     

Brrrrr!     

Wedden menyerang dengan kekuatan apinya dan segera masuk ke ruangan yang sangat gelap itu. Apinya berhasil membakar salah satu sudut meja. Kembali memunculkan api dari kedua tangannya. Wedden memilih untuk mempertahankan api itu untuk menjadi penerang.     

Samar terlihat olehnya sosok tinggi besar berdiri di hadapannya. Lengkap dengan jubbah bertudung api biru persis seperti yang dikenakan oleh Rader.     

Tapi …     

"Rader?" ucap Wedden lirh. Dia mengenali postur tubuh dari pria yang berdiri membelakanginya itu.     

Segera saja pria itu berbalik dan menyunggingkan senyuman lebar.     

Betapa terkejutnya Wedden kalau pria itu benar-benar sosok Rader yang selama ini ia kenal sebagai sosok kegelapan yang baik.     

"Kau? Kenapa? Ah diaman ayahmu? Diamana Raja Kegelapan!?" Wedden menoleh kesana kemari. Dia menyalakan api di ekdua tangannya menjadi lebih besar lagi untuk dapat menerangi seluruh ruangan.     

"Akulah rajanya. Akulah Rader Kimanh. Ha Ha Ha Ha." suara itu sangat tidak cocok dengan suara Rader sebelumnya.     

Wedden segera mencermati wajah dan tubuh pria itu, dia baru saja melawan Rader. Dia sedang mencari bekas luka bakar setelah ia menyerang Rader dengan bertubi sebelumnya.     

Wedden semakin tidak paham. Namun satu hal yang membuatnya tertarik, yaitu tongkat berlian ungu yang ada di genggaman pria berjubah hitam itu.     

Dia inget betul kalau Rader tidak memiliki tongkat itu. Entah apa motif dari penyamaran sang Raja Kegelapan, namun wujudnya berhasil mengecoh Wedden dan membuatnya ragu untuk menyerang.     

Saat wedden masih berfikir, Pria itu menyerangnya dengan kekuatan pada tongkat berlian itu. Tubuh Wedden terpental dan merasa kaku pada seluruh tubuhnya karena sengatan listrik bertekanan tinggi.     

Wedden mengepalkan kedua tangannya. Dengan focus, dia berhasil kembali mendapatkan aliran energy di seluruh tubuhnya dan membuatnya dapat mengatur kekuatan untuk menyerang kegelapan.     

*     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.