BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Utara yang Berantakan



Utara yang Berantakan

0Bukan hanya membekukan tubuh ketiga pelayan penginapan, wanita itu juga memporak porandakan desa Vitran bahkan hingga seluruh wilayah Utara yang ia lalui.     

Air hujan yang semakin deras mulai menggenang di berbagai sudut jalan dan menimbulkan aroma yang tidak sedap.     

Makhluk putih menyerupai kupu berterbangan dan memenuhi wilayah utara. Warga yang tidak sengaja bersentuhan dengan makhluk itu segera mengalami keram. Hal itu membuat mereka sangat waspada dan menyerang makhluk itu dengan barang apapun yang sedan mereka bawa.     

Tsania kebingungan mencari ketiga rekannya, karena semakin banyak warga yang ikut berteduh di penginapan serta beberapa lubang di atap yang semakin parah karena terjangan air hujan yang turun.     

"Ah ini disana sini air. Apa kalian tidak memiliki ember untuk menampung kebocoran ini?" seru seorang wanita tua yang berdiri tepat disamping titik turun air bocor.     

Tsania bergegas mencarikan ember, namun sayangnya ia tak lagi memiliki benda itu. Sebuah guci kuno milik keluarga Arragegs bahkan ia pakai untuk menampung air bocor, jika hal itu diketahui oleh Wedden tentu saja pria itu akan sangat marah.     

Suasana diluar sangat tidak nyaman. Gelap, basah, lembab dan sangat berbahaya. Makhluk putih masih berterbangan dan hinggap di hampir seluruh benda yang mereka temui dan membuatnya mengeluarkan semacam sengatan listrik lalu terbakar.     

Angin kencang membuat atap semua rumah warga bergerak tak keruan, sebagian lagi bahkan ada yang telah terbang terbawa angina. Sangat miris jika menyaksikan hal itu terjadi.     

Tsania kembali menambahkan kayu untuk perapian. Beruntung para tamu pria membantunya untuk membereskan masalah atap bocor.     

Menjadi sangat kesal, namun saat Tsania naik untuk mencari Keff, Laver dan landa. Dia kembali terkejut dengan ketiganya yang masih kaku di depan pintu kamar milik Wedden.     

"Oh ya ampun! Apa yang terjadi pada kalian!" Tsania histeris. Dia hendak menolong namun dia sangat takut karena dia melihat ada lilitan hitam di tubuh ketiga rekannya itu.     

Tsania mengikuti arah pandang mereka, jendela kamar Wedden terbuka dengan tirai yang berterbangan dan air hujan yang masuk dan membasahi seluruh isi kamar itu. Bukan hanya itu, serbuk putih gemerlip nampak berbanjar seperti sebuah permadani untuk berjalan ratu.     

Tsania masuk ke kamar itu dan hendak menutup jendela, namun dirinya dibuat kaget dengan susunan awan hitam yang menggulung di kejauhan. Ia juga melihat kukusan api di puncak gunung nun jauh disana.     

"Hah! Apakah ini akhir dari kehidupan?" ucap Tsania terbata. Seluruh tubuhnya menjadi sangat lemas dan mendadak tidak dapat melakukan apapun lagi.     

Hanya dalam hitungan detik, kabut hitam menggulung kearah Utara dan membuat suasana benar-benar menjadi sangat gelap tanpa adanya cahaya sedikitpun.     

Keff hendak berteriak untuk menyuruh Tsania menutup jendela, namun apa daya, dia hanya bisa mengucapkannya dalam hati dan berpasrah dengan semua kegelapan yang menerpa mereka semua.     

.     

.     

Bukan hanya di Utara. Hal buruk terjadi di wilayah Timur dan Barat, hanya saja Barat telah mendapat perlindungan dari kekuatan raja Audore walau tidak akan kuat menahan kekuatan Kimanh dalam waktu yang lama.     

Kerajaan adalah tempat berlindung terbaik bagi para warga di sekitaran. Disana mereka akan mendapatkan perlindungan juga jaminan untuk makan.     

Kerajaan Soutra dipenuhi dengan warga di ruangan bawah tanah mereka. Namun karena sang Raja tidak memiliki kekuatan sihir, bagian atas kerajaan tetap tertimbun abu hitam dan sebagian mulai terkikis karena volume air hujan yang sangat besar.     

Raja Gael menjadi salah satu pimpinan yang paling sibuk. Dia harus memilah mana warga yang benar-benar taat dan mana warga yang menentang, jika warga yang menentang maka mereka tidak diperkenankan untuk berlindung di Kerajaan.     

Hal itu menyulitkan para prajurit yang menyelamatkan semua warga tanpa pilih.     

Raja Gael bahkan dapat mengetahui ciri warga yang selalu menentang perintahnya sehingga walaupun sudah berada di Kerajaan, dia harus memisahkan warga itu dengan warga yang lainnya.     

"Aku tidak akan menyelamatkan mereka yang menentang ataupun makar. Jadi beruntunglah kalian orang-orang yang menaati perintahku karena kalian akan selamat dari bencana ini!" teriak raja Gael nyaring.     

Semua warganya tidak merespon. Ada banyak anak-anak yang menangis ketakutan karena hujan deras dan angina kencang yang datang.     

Kabut hitam yang membuat udara lembab sangat tidak nyaman untuk bernapas.     

Raja Gael melihat keadaan sekitar dari jendela di ruangan khusus Raja. Pandangannya beredar dari sisi kanan ke sisi kiri dengan arak pandang yang sangat jauh.     

Jelas sekali dia melihat kegelapan telah memenuhi seluruh wilayah tanpa terkecuali. Melihat hal itu, segera saja dia berdecak kesal. Dia menarik napas panjang dan mengerutkan dahi.     

"Dua puluh ribu pasukan, apakah itu masih kurang? Apakah mereka semua kalah dalam peperangan itu? Apakah kematian mereka sia-sia? Dimana Pewaris Raja Elf yang akan membawa perdamaian dunia itu!" gumamnya geram.     

Suara gemuruh di langit beserta kilatan cahaya yang muncul dari arah Selatan membuat suasana terasa semakin mencekam.     

Angina kencang tak kunung berhenti. Seluruh wilayah gelap gulita, hanya ada sedikit rumah yang cerobong asapnya mengepulkan asap, sebagian lagi nampak sepi.     

Seluruh prajurit kerajaan harus tetap berjaga dan siaga, mereka berlindung dibalik pos jaga dengan tanpa alat bantu penglihatan.     

Sesekali mereka masih menjemput dan mengantarkan warga untuk berlindung di dalam.     

.     

.     

.     

.     

Di tengah badai, masih sangat jauh dari wilayah Utara, namun juga sudah berhasil meninggalkan perbatasan Barat, Wedden dan Seredon masih berusaha menembus badai dengan kekuatan kuda terbaik dari Barat.     

Keduanya tidak mempedulikan apapun di sekitar mereka. Angina kencang dan kabut yang menyapapun tidak mengurangi tekad mereka.     

Wedden terus menggumamkan beberapa kalimat sihir yang ia ciptakan sendiri. Ia menginginkan segera tiba di Utara dan benar-benar dapat mengalahkan kegelapan seperti yang orang-orang harapkan pada dirinya selama ini.     

Mereka berdua berencana untuk mengambil jalan pintas agar lebih dekat, tanpa mengetahui telah berapa lama mereka berkuda, mereka perlahan mulai dapat melihat dengan jelas.     

Kabut hitam tidak lagi tebal, mereka mulai dapat melihat pepohonan ataupun batu besar di sekitar mereka.     

Namun saat mereka hendak menarik napas lega, mereka dikejutkan dengan suara hentakan kaki bebsar yang membuat kedua kuda berhenti berlari dan menggidik kearah depan.     

Wedden dan Ser siap dengan pedang masing-masing. Hanya saling pandang untuk sesaat, lalu keduanya kembali memerintahkan kuda untuk berjalan dengan tenang.     

DUMM!!     

Suara tumbukkan keras terdengar sangat nyaring.     

DUMM!!     

Wedden merasakan nyeri pada bagian kepalanya setiap kali mendengar suara itu.     

"Ekstecafotime …." Suara samar terdengar di dekat telinga Wedden. Suara besar serak, dan jelas suara pria.     

"Ekstecafotime."     

"Ekstecafotime."     

"Ekstecafotime."     

"Ekstecafotime."     

Wedden memiringkan kepalanya, masih dengan memerintah kuda untuk berjalan. Semakin lama, kepalanya semakin berat hingga akhirnya dia terjatuh dan tidak sadarkan diri.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.