BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Perubahan Sikap Wedden



Perubahan Sikap Wedden

3"Kalian hanya perlu membawa pasukan Nimfa cantik untuk Kimanh, maka dia akan menjadi lemah dan mudah dikalahkan." Rader bicara tanpa ijin dari raja Barwest sebagai tuan rumah.     

Raddone segera berdiri. "Hey! Bisakah kau tunjukkan sikap hormat terhadap tuan rumah? Kau bahkan baru saja tiba dan langsung banyak bicara. Kau piker kau siapa?!" rupanya Raddone memang sangat suka marah.     

Para pria Utara dan Timur yang telah mengetahui mengenai Rader hanya diam, mereka membiarkan dan sengaja ingin tahu bagaimana reaksi si Putra Kimanh ketika berhadapan dengan pangeran Barat.     

"Kau tuan rumahnya? Ah maafkan aku. Tapi aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbasa-basi. Mereka sungguh sudah siap dan lebih kuat dari yang kalian bayangkan. Mereka menarik mundur pasukan besar bukan karena lemah, namun karena mereka memperkuat perlindungan internal. Percayalah padaku." Rader bicara dengan menatap Raddone meyakinkan.     

Api piru pada tudung jubah penyihir itu nampak redup, lalu kembali menyala namun berwarna merah.     

Hal itu membuat semua orang siaga. Tidak biasanya Rader memancarkan api sihir merah, ini adalah pertama kalinya dan terasa sangat berbeda.     

Ley mengerutkan dahinya, dia pun tidak memberikan isyarat untuk tetap tenang pada rekan-rekannya. Dia justru ikut bersiaga dengan tangan yang siap pada pedangnya.     

"Aku terlalu sering bertemu denganmu sehingga energiku terkuras dan Kimanh menghukumku. Namun aku masih berada pada pihakmu, Wedden. Hanya saja kita tidak bisa sering berinteraksi." Rader menatap Wedden.     

Pria keriting itu menarik napas panjang. Jelas sekali dia kesal karena tidak ada orang yang mendukung keinginannya.     

"Kau ingin pergi ke Utara? Apa kau menginginkan sesuatu disana? Ataukah kau mengingat sesuatu yang mungkin kau simpan disana?" tanya Rader.     

"Seperti yang au katakana sebelumnya padaku, Rader. Aku melihat pada diriku sendiri dan aku menemukan bahwa semakin aku melangkah jauh meninggalkan Utara, aku semakin ingin pulang. Aku tidak tahu kenapa, namun perasaan itu sungguh semakin besar," jawab Wedden.     

"Apakah mungkin kau meninggalkan kekuatanmu disana?" tanya Rader langsung pada inti.     

Wedden menggeleng pelan. "Aku tidak yakin. Tapi aku harus pulang. Sekarang."     

Rader diam. Dia menatap Ren, lalu menatap Ley dan Tao secara bergantian. Mereka semua berasal dari Utara, dan hanya mereka pula yang mengenal Rader dengan baik. Namun tidak ada satupun dari mereka yang memberikan jawaban atas sikap Wedden yang aneh.     

"Tapi, Nak …." Rader belum sempat menyelesaikan kalimatnya.     

"Ah tidak apa. Aku tahu kau juga tidak akan mengijinkanku pergi. Aku tidak akan pergi. Aku akan tetap disini dan siap ikut berperang bersama semua pasukan. Aku tidak akan kabur." Wedden menyelah kalimat Rader.     

Raja Barat yang tengah menikmati cemilannya segera mengerutkan dahinya. Tidak ada seorangpun yang merasa kalau Wedden baik-baik saja.     

Raja Audore melirik Tao. Dia merasa perubahan sikap san Pewaris Raja Elf ini disebabkan oleh energy dari gagak yang sebelumnya ditangkap oleh bocah itu.     

"Ah apa dia sungguh pewaris Raja Elf? Calon raja negeri Persei? Dia bahkan masih sangat kekanakan dan tidak elas," gumam putri Leidy yang duduk di dekat Corea. Mereka sedang menikmati cemilan sambil menyaksikan percakapan para pria sebelumnya.     

Corea merasa tidak nyaman dengan kalimat tuan Putri Barat itu.     

"Dia sungguh Calon Raja," sahut Corea menanggapi ucapan Leidy. "Dia memiliki kekuatan besar dalam tubuhnya. Dia hanya belum bisa mengendalikan itu karena dia sejak kecil diasuh oleh sepasang manusia yang sangat awam dengan kekuatan sihir atau semacamnya," imbu Corea.     

"Kau pernah melihat kekuatannya? Kau telah menjadi pasukannya dalam waktu yang lama, bukan?" ujar Leidy.     

Di posisi ini, Leidy terlihat seperti sedang mengobrol dengan pelayannya. Dia masih dengan pakaian kerajaan yang membuatnya nampak anggun, sementara Corea yang notabennya juga merupakan seorang Putri hanya terlihat biasa saa dengan pakaian yang telah ia kenakan untuk melakukan perjalanan jauh.     

"Dia … memiliki insting dan perhitungan yang baik. Dia sangat setia kawan, dia belum pernah bertarung namun saat ia memegang pedang, dia seperti seorang ahli." Corea bercerita sedikit.     

"Emm, aku tidak merasa itu special." Leidy tidak begitu minat.     

Corea mehela napas panjang. Dia lalu mengalihkan pandangannya pada Raddone yang sedang berbincang dengan Rader dan pria lainnya.     

Satu hal yang dapat disimpulkan oleh Corea sementara ini, yaitu keluarga Barat memiliki sikap angkuh. Sejak peristiwa di hutan, Corea masih menyimpan berlian Hamadriad itu dan benar akan memberikannya setelah pasukan Barat membantu peperangan dengan sungguh-sungguh.     

Hanya Raddone dan para pria dari Utara yang mengetahui hal itu. Seperti yang diakatakan oleh Ren, orang yang tidak tahu terimakasih harus diberikan ancaman kecil agar dapat membalas budi pada yang telah menolongnya.     

Rader pergi saat ia merasa energinya melemah. Belum sempat dia mendengar seluruh strategi perang yang dibangun oleh pasukan Barat, dia telah menghilang seiring dengan munculnya mentari yang menghangatkan bumi.     

Wedden hanya duduk di pojokan dengan pandangan kosong namun berusaha untuk menyimak. Ia membiarkan para petarung yang merencanakan penyerangan.     

Ren, Hatt, Raseel, Ley, Tao, Seredon, Nig dan pasukan lainnya menyimak dengan sungguh-sungguh. Mereka sangat antusias sekaligus takut karena mereka akan menyerang pusat dari kegelapan yang selama ini menghancurkan sisi negeri secara perlahan.     

"Hari ini kita sambut pasukan yang datang dan istirahat untuk sejenak, setelahnya boleh jika ada yang hendak berlatih. Jika perhitungan kita tidak meleset, tiga hari lagi kita akan siap menyerang. Aku telah memasang pelindung untuk seluruh wilayah Barat." Raja Audore bangkit dari tempat duduknya.     

Beliau berjalan menuju Wedden.     

"Aku hanya berharap wilayah TImur mengirim Pangeran mereka juga untuk misi ini," ujar beliau yang melirik Nig.     

Nig hanya diam. Hanya wilayah TImur yang tidak diwakili oleh seorang Pangeran, namn itu bukan hal buruk selama pasukan Nig dan pria berjubah hitam itu mampu untuk membantu menyelamatkan negeri.     

Nig dan pasukannya membubarkan diri. Mereka pergi untuk meihat keadaan luar. Mereka bertemu dengan banyak pasukan yang rupanya telah tiba sebelum amtahari terbit.     

Nig mengenal banyak orang, dia segera saja menyapa dan berbincang.     

Ren sebelumnya sangat tidak minat untuk ikut keluar, namun Ley dan Tao mengajaknya karena mereka memerlukan tambahan energy dengan bertemu dengan orang banyak.     

Hatt dan Raseel masih mengurus Corea yang belum dapat menggerakkan kakinya dengan baik. Kedua peri pria itu masih saja mengomel pada sang adik yang berkenan untuk membantu tuan putri tanpa rasa terimakasih itu.     

Sementara Seredon, dia masih duduk di dekat perapian dengan tatapan kosong. Dia merasakan kehangatan yang menyapa tubuhnya.     

Bara api yang merah menyala membuatnya termenung. Dia memikirkan kalimat Wedden mengenai 'pulang'.     

Sama sekali tidak terbayang oleh Ser sebelumnya kalau dia akan menjadi salah satu bagian dari perjalanan dan pertarungan pewaris Raja Elf. Kedua tangannya gemetar. Dia lalu menghembuskan napas panjang.     

Tubuh kecilnya memang tidak sekecil Tao, namun nyalinya tidak sekuat bocah itu pula. Ser hanya berharap kalau dia benar-benar akan dapat memberikan bantuan, juga dia akan mendapatkan kesejahteraan seperti yang dijanjikan oleh Wedden sebagai Calon Raja.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.