Bersiap Ke Selatan
Bersiap Ke Selatan
Tempat berkumpul adalah Barat, disitulah tempat yang telah disepakati bersama dengan pesan yang disampaikan melalui burung penyampai pesan.
Kerajaan Timur masih belum memberikan kebijakan penuh. Sang Raja masih geram dengan pencuri mahkota yang membuatnya tidak dapat memikirkan nasib Pewaris Raja Elf yang justru membutuhkan bantuan banyak darinya.
Seorang pasukan berjubah hitam anak buah Nig, telah menjelaskan semuanya pada Raja Gael, namun sang Raja rupanya telah diselimuti kebencian. Dia semakin enggan untuk membantu Wedden karena pencuri itu kini bersama dengan Pewaris Raja Elf.
"Kurasa delapan ribu pasukan cukup. Jika anak buahku mati sia-sia, aku akan meminta ganti rugi pada pria itu! (Wedden)."
Raja Gael sangat keras kepala. Seluruh anak buahnya tidak dapat memberikan pendapat atau apapun lagi. Mereka yang telah bertemu dengan Wedden dapat merasakan kekuatan yang tidak terkalahkan dalam diri Pewaris Raja Elf itu.
Wilayah Timur, dimana wilayah dengan Raja yang sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja karena pikirannya yang kacau akibat pencuri tiara. Justru menjadi tempat paling aman yang belum diserang oleh kegelapan sekalipun.
Hal itu menjadi renungan tersendiri bagi pasukan Ley dan Raseel. Mereka telah bercengkerama dan tinggal di Timur untuk beberapa waktu dan mereka sungguh merasakan wilayah yang aman.
Berbeda dengan wilayah Barat yang seharusnya menjadi tempat berlindung, justru telah menyambut kedatangan mereka dengan peperangan yang mencekam.
Entah sudah berapa pasukan yang harus tewas sebelum tiba di Selatan. Namun hal itu tidak menyusutkan semangat pasukan yang lain, yang justru semakin ingin berjuang.
Sebagian pasukan yang telah hampir tiba di Selatan masih menunggu instruksi lebih lanjut dari Wedden.
Di Barat, semuanya telah siap untuk benar-benar menyerang.
Mereka sempat mencuri informasi dari gagak yang ditangkap oleh Ser. Bocah itu semula ingin merahasiakan karena dia ingin memeliharanya, namun raja Audore memaksanya untuk menyerahkan lalu dengan kekuatan sihir raja Audore, gagak itu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan iming-iming akan diselamatkan.
Gagak hitam itu menjadi lemah setelah salah satu bulunya dicabut dan kakinya diikat oleh benang emas milik Raja Barat.
Jumlah pasukan kegelapan di Selatan sangat banyak, mereka memiliki pasukan Nimfa juga makhluk lain dengan kekuatan yang mengerikan.
"Pasukan bawah tanah tidak terkalahkan," ujar gagak dengan bahasa yang hanya dipahami oleh raja Audore.
Wedden mengerutkan dahi. Semakin ia mendengar jawaban dari gagak itu semakin ia ingin segera pulang ke Utara.
"Kimanh juga memiliki kawah api," ujar raja Audore menyampaikan bisikan gagak.
Sempat kembali hening dengan semua orang yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Buruk gagak akhirnya dilepaskan oleh raja Audore dengan keadaan lemah yang akan membuatnya mati bahkan sebelum tiba kembali ke sarangnya.
Wedden melirik Ren, lalu beralih menatap Ley, Hatt, lalu Raseel. Dia sungguh ingin kembali ke Utara. Apapun itu, dia hanya merasa kalau dia harus segera pulang.
Disaat semua orang sedang membahas strategi perang, Wedden bahkan tidak menyimak. Dia sedang sibuk menghitung kecepatan lari kuda dan memperkirakan kapan kiranya dia akan dapat tiba di Utara.
"Tolong jangan konyol!" ujar Ren tiba-tiba menghampiri Wedden yang duduk menepi dari pasukan.
"Kita membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan untuk sampai kemari. Apa kau akan menyia-nyiakan semuanya lalu kembali ke Utara? Kau piker semua orang yang membantumu disini bukan orang yang meninggalkan rumah?" Ren sangat marah.
"Ini bukan hanya sekedar rumah. Aku merasa ada sesuatu yang tertinggal dan aku harus mengambilnya sekarang."
Ren mendengkus kasar. "Kau tidak dapat meninggalkan minuman daganganmu? Kau ingin mabuk?" ucapan Ren sangat meremehkan.
Wedden diam, dia tidak ingin beradu argument dengan pangeran Soutra itu.
"Hey, kalian membutuhkan bantuan?" sapa Ley dan adiknya, Tao, yang ikut berkumpul dengan Wedden dan Ren.
Wedden menggeleng, namun Ren menceritakan semuanya pada Ley mengenai apa yang ada dipikiran Wedden.
"Apakah ini jawaban dari kau melihat pada dalam dirimu?" tanya Ley menanggapi.
"Entahlah. Aku hanya merasa harus kembali," sahut Wedden lirih.
"Apa kau meninggalkan sesuatu yang penting disana?" tanya Ley lagi.
Wedden menggeleng. "Hanya penginapan milik keluarga yang sudah kuoercayakan pada sahabatku … dan segudang Bruen kualitas bagus," jawabnya polos.
"Dia penakut. Itulah yang membuatnya ingin kembali. Dia tidak berani menghadapi peperangan. Padahal ini semua dilakukan untuknya," ujar Ren mencibir.
"Hey aku tidak penakut!" suara Wedden nyaring hingga terdengar oleh semua orang di dekat mereka.
Hening.
"Semula aku memang tidak ingin melakukan ini karena ini adalah konyol. Menjadi keturunan Raja Elf, itu konyol karena selama ini aku memiliki kedua orangtua. Aku bersedia karena sahabatku meminta, dia memintaku untuk percaya padamu. Kamu akan menemani dan mendampingi, tapi nyatanya selama perjalanan kau banyak mengabaikanku dan membiarkanku kebingungan dengan apa yang seharusnya kulakukan. Kau piker kau sungguh pangeran? Kau bahkan tidak dapat mengayomi rakyatmu dengan baik!"
Ocehan Wedden menjadi pertunjukan tersendiri yang harus dinikmati oleh banyak orang.
Raddone yang tidak menyukai keributan segera bangkit dan hendak menyuruh pria keriting itu diam, namun ditahan oleh sang ayah yang ingin membiarkan itu selesai.
Ren menarik napas panjang, dia merasa malu namun harus tetap menjaga sikapnya.
"Lalu kenapa kau ingin pulang? Kau tidak memikirkan semua orang yang telah berjuang hingga sejauh ini untukmu?" ujar Ren dengan suara yang masih dikendalikan.
"Selama perjalanan aku terus memikirkan cara untuk menemukan kekuatan yang akan mengalahkan Kimanh. Selama itu pula aku selalu memikirkan rumahku. Jadi, kurasa memang disanalah aku akan menemukannya. Tempat terdekat dengan diriku, sejak aku kecil hingga tumbuh dewasa," jawab Wedden.
Ren lalu mengangguk pelan. "Jika memang begitu, bisakah kau menjamin kau akan berhasil setelah pulang?"
Wedden kembali diam.
"Aku akan pergi dalam sehari, lalu hari berikutnya aku akan kembali kemari."
Semua orang tercengang. Sebagian dari mereka bahkan menggeleng dan tertawa lirih. Itu hal yang mustahil.
"Jika Baginda Raja memberiku seekor kuda terbaik, maka aku akan dapat melakukan itu dan tidak membuang banyak waktu," ucap Wedden penuh percaya diri.
Raja Audore lalu tersenyum, namun Raddone mengerutkan dahi, begitu pula dengan Leidy yang menganggap pria keriting itu hanya asal bicara.
"Aku akan bersama dengan Wedden." Ley tiba-tiba berdiri mebenarkan jubahnya yang sedikit miring.
"Selama kami dalam perjalanan ke Utara, kalian bersiaplah untuk menyerang Selatan. Kami akan menyusul dengan Wedden dalam keadaan berkekuatan penuh," imbuhnya.
Semua orang segera bergumam tidak menyetujui.
"Apa kau bercanda? Bagaimana jika Kimanh dapat mengetahui kalau Wedden kembali ke Utara dan menyerang kalian disana? Serangan kami ke Selatan akan sia-sia saja." Hatt yang pertama menentang.
***